Malam menjelang subuh Zander di landa kepanikan kala mendengar teriakan Atikah dari dalam kamar mereka, tak seperti yang ia rencanakan ternyata kelahiran bayi mereka malah maju jauh dari perkiraan dan hal itu membuat Zander tak bisa tenang.
Semuanya di mulai ketika Atikah mengguncang keras tubuhnya sembari meringis kesakitan, Atikah terlihat pucat bahkan bagian bawah piyama yang ia kenakan telah basah akibat pecahnya air ketuban dari kehamilannya. Zander yang terkejut dengan sigap meminta Asih mencari pertolongan sedangkan dirinya menemani sang istri yang terlihat menahan sakit dengan keringat yang terus bercucuran dari dahinya.
"Bersabarlah sedikit lagi, Asih pasti akan membawa seseorang," Ujar Zander sembari mengecupi pelipis Atikah serta merangkul perempuan itu dalam dekapannya.
"Bayinya, dia terus ... Hhh ... Dia terus memintaku mengejan ... " Atikah meremas kuat tangan Zander.
Tetapi untungnya tak lama kemudian Asih datang membawa serta seorang dukun beranak yang seringkali membantu warga desa mereka melahirkan. Zander akhirnya bergegas menjauh dan membiarkan sang dukun yang bernama Mak Odeh itu untuk membantu persalinan sang istri.
"Apa semua akan baik-baik saja, kau sungguh dapat membantu istriku, kan?" Tanua Zander di tengah kepanikannya sementara Asih tengah bolak balik membawa perlengkapan untuk melahirkan, sebaskom air, handuk dan entah kenapa segelas air berisi bunga tujuh rupa juga tersedia di sana.
Zander tak mengerti mengapa hal seperti itu perlu di persiapkan, tetapi di banding bersikap skeptis Zander lebih memilih memperhatikan kondisi Atikah.
"Maaf, Meneer mau menunggu di sini atau--"
"Saya akan menemani istri saya. Saya mohon bantulah sebaik mungkin," Zander dengan nada lirihnya meminta pertolongan dengan tangan senantiasa menggenggam jemari Atikah.
"Ahh ... Sakit ... " Atikah terus mengeluh sembari menarik dan menghembuskan nafasnya.
Maka saat itu juga proses melahirkan bayi mereka di mulai. Atikah berteriak dengan keras kala merasakan sakit yang luar biasa, kepala bayi itu terasa merobek dirinya menjadi dua dan Zander yang melihat langsung kejadian itu memasang wajah pucat, bahkan ia hanya menatap Atikah tanpa tega melihat ke arah kaki di mana terdapat darah dan sosok bayi mereka akan terlahir ke dunia.
Pada tarikan nafas terakhir yang amat panjang akhirnya Zander dapat mendengar suara tangisan keras sesosok bayi, rasanya Zander nyaris jatuh pingsan karena lega setelah melihat perjuangan Atikah.
"Ohh terimakasih Tuhan," Zander mengecupi seluruh wajah Atikah yang terlihat lemah dan di basahi air mata, Atikah menangis dengan tangan yang turut membalas dekapan sang suami, "terimakasih mijn vrouw, kau sangat hebat," Zander terus berbisik lirih memuji kehebatan sang istri dalam perjuangannya.
"Bayinya sudah bersih, silahkan di gendong dulu, Nyai," Ujar Mak Odeh yang membuat Atikah yang belum berhenti menangis kian tersedu. Ia mengulurkan tangannya untuk meraih sosok yang telah di lapisi kain tebal, "bayinya laki-laki, Nyai, Meneer."
Ucapan sang dukun membuat senyum Zander semakin lebar, bayi berambut pirang dengan mata biru itu membuat Zander begitu gembira hingga tak sadar ia menangis melihatnya.
"Astaga ... Dia sangat mirip denganku," Ucapan Zander membuat Atikah menatap sang suami. Dalam hati ia setuju, bayi itu memiliki seluruh genetika Zander tak ada secuilpun raut Inlader darinya.
"Aku akan menangis setiap hari karenanya," Sela Atikah sembari menangis dan menciumi sang putra.
***
"Bagaimana? Apa bayinya telah lahir?" Tanya Jose, putra pertamanya itu ternyata telah berdiri di depan kamar sejak ia terbangun dari tidur karena mendengar keributan. Tatang juga berada di sana karena memang Asih memintanya mengantar ke rumah Mak Odeh.
"Ya, adikmu telah lahir," Jawab Zander sembari mengusap rambut lepek Jose.
"Sungguh, Papa? Apa dia perempuan?" Zander tersenyum kepada sang putra mengingat perkataan Jose tempo hari yang menginginkan adik perempuan walaupun tak terlalu gamblang tetapi Zander dapat menangkap keinginan sang putra sulung.
"Dia laki-laki, Jose, sangat mirip sepertimu."
Mendengar jawaban sang papa Jose sedikit merasa kecewa, tetapi berselang detik senyuman Jose kembali terpatri, "wah, dia pasti tampan," Jawaban Jose mengundang kegemasan dari Zander hingga membuatnya menarik Jose ke dalam pelukan.
"Terimakasih sudah menjadi putraku, terimakasih sudah menerima keputusanku untuk menikah lagi, Jose"
"Het is oké, papa, alles, zolang je maar gelukkig bent, (tak apa Papa, apapun asal kau bahagia)"
Ucapan Jose membuat Zander dapat bernafas lega. Setelah kelahiran putra keduanya Zander merasa sedikit bebannya akan terangkat, di tambah kini satu-satunya persyaratan terakhir dari keluarganya telah terpenuhi dan selangkah lagi dirinya dapat membawa Atikah dan kedua putranya mendapatkan hak mereka yang seharusnya.
"Ah, ngomong-ngomong, apa Papa telah menyiapkan nama untuk adiku?"
Pertanyaan Jose tentu saja di angguki oleh Zander, "namanya Arne Van Zander."
welkom in de wereld, baby Arne
Tbc ...
Bentar lagi nih klimaksnya heuheu. Happy reading jgn lupa vote & komen.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pribumi [Jaedy]
FanfictionCOMPLETED Cerita ini berlatar pada jaman penjajahan kolonial Belanda, di mana seorang perempuan yang lahir dari hasil pernikahan campuran antara Bangsawan dari Netherland (Belanda) dan rakyat Pribumi di paksa menikah dengan Bangsawan dari Netherland...