11 : Anak Gundik

552 91 11
                                    































Zander memarkirkan kendaraannya di halaman rumah yang begitu luas, Atikah sebelumnya telah mengetahui rumah yang sebelumnya di jadikan Villa paling mewah di lingkungannya. Dengan halaman yang luas dan desain khas eropa yang begitu menonjol membuat siapapun dengan mudah mengetahui di mana rumah londo terkaya di desanya.

Zander menguasai hampir seluruh area perkebunan di sana, bahkan londo-londo lain yang berada di desa mereka hanyalah bawahan Zander yang akan tunduk jika di perintahkan oleh lelaki itu. Lalu, apakah Atikah dengan serta merta merasa bangga telah di lamar dan akan di jadikan istri oleh londo sekaya Zander? Tentu saja jawabannya tidak sama sekali, karena pada akhirnya dirinya harus menggadaikan prinsip dan harga dirinya sebagai pribumi.

Mengingatnya saja telah membuat Atikah merasa begitu sakit hati dan putus asa. Bagaimana selama ini dirinya mempertahankan diri di bawah tekanan beberapa anggota keluarga yang mengucilkannya karena memiliki darah campuran membuat Atikah semakin merasa tak berdaya.

Lalu saat ini dirinya sungguh berada di rumah lelaki yang kelak akan meminangnya, di tambah pula lelaki itu adalah seorang londo berdarah murni dan berasal dari kalangan bangsawan dengan sikap superior yang begitu kental.

Baru saja Atikah akan membukakan pintu untuk keluar dari dalam mobil dengan cepar Zander keluar terlebih dulu dan membukakan pintu untuknya. Sesaat Atikah hanya menatap heran kepada sikap Zander yang sulit di tebak, terkadang begitu kasar di waktu lain akan memperlakukannya sangat manis.

"Apa yang kau lakukan?" Tanya Atikah sembari memandang sinis sosok di hadapannya.

"Membukakan kau pintu, kau tak suka gaya bangsa kami?"

Atikah mendecih lalu merapihkan sedikit kebaya yang ia kenakan karena sempat sedikit kusut ketika ia duduk di dalam mobil.

"Saya tak pernah suka dengan apapun yang kau dan bangsamu lakukan."

"Jangan mulai Atikah, saya tak ingin Jose melihat kita berseteru di hadapannya."

Dengan itu Atikah akhirnya menutup mulut karena tak ingin membuat suasana semakin tak kondusif dan malah membuat pria Netherland itu marah.

































***












Ketika memasuki beranda rumah, Atikah dapat melihat ruang tamu yang luas dengan gorden berwarna putih bersih terlihat dari balik jendela. Awalnya Atikah hanya terdiam dan merasa ragu untuk melanjutkan langkah masuk ke dalam rumah Atikah sedikit banyak khawatir dengan sinyo jenis apa yang akan ia temui. Atikah merasa tak sanggup jika harus berhadapan dengan dua Zander sekaligus karena satu saja telah membuatnya hampir kehilangan kewarasan.

"Masuklah, kau tak akan selalu berdiri di sana, bukan?"


Mendengar Zander Atikah segera masuk ke dalam rumah mengekori pria yang lebih tua. Atikah tak melihat apapun selain rumah yang begitu rapih dan suasana sepi yang mendominasi.

"Jose ada di kamarnya, kau tunggu dan duduklah dulu," Ucap Zander, tak ada yang Atikah dapat lakukan selain menurut dan akhirnya ia duduk di kursi ruang tamu sembari memperhatikan betapa rumah bergaya Eropa yang begitu kental.

Ada sebuah foto cukup besar terpajang di dinding ruang tamu dengan sosok Zander, seorang perempuan dan sosok anak lelaki yang ia tebak itu adalah istri dan putranya.

"Kau memperhatikan fotonya, bukan?" Tanya Zander yang membuat Atikah terkejut, semakin terkejut lagi kala Atikah melihat sosok remaja lelaki dengan rambut blonde, mata berwarna biru dan tubuh tinggi yang hampir 98 persen menyerupai Zander. Melihat raut dinginnya membuat Atikah dapat menebak jika sikap Sinyo itu tak akan jauh dari Zander.






Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Jose, zij is Atikah, het meisje dat papa leuk vindt (dia Atikah, perempuan yang Papa suka)."

Mendengar ucapan Zander Atikah sontak tak dapat menyembunyikan rasa terkejutnya. Bagaimana tidak, raut wajah Jose terlihat kian keruh dan menatapnya dengan amat sinis.

"Ada apa dengan pakaiannya? Bagaimana bisa Papa menyukai perempuan yang terlihat seperti seorang Inlander?"

Atikah terdiam mendengar pernyataan Jose yang amat tajam, Jose terlihat amat familiar seperti kebanyakan Sinyo lain yang begitu membenci kaum pribumi.

"Tak perlu kau pikirkan, berkenalanlah dulu. Atikah adalah perempuan baik."

Jose terdiam sejenak, masih dengan menatap Atikah penuh ketidak sukaan, lalu dengan terpaksa Jose akhirnya menurut dan berjalan mendekat ke arah Atikah. Jose tak berniat berjabat tangan, ia hanya ingin lebih jauh mengintimadasi perempuan yang rupanya akan menggantikan sosok mendiang sang mama.

"Kau, anak dari gundik bukan, Atikah? Kau bermata coklat meskipun rambutmu serupa dengan kami."




















































Tbc ...


Aku gak akan update selama yang vote & komen masih dikit 😂😂 20+ deh ...

Pribumi [Jaedy]  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang