20 : Rencana

584 76 11
                                    

























Jose masuk ke dalam rumah dengan ekspresi sedikit terkejut kala mencium aroma tak biasa yang melingkupi kediamannya, aroma makanan yang tercium adalah khas orang-orang Inlander dan itu cukup mengganggunya. Tetapi Jose buru-buru teringat jika kini dirinya telah tinggal seatap dengan seorang Inlander yang merupakan ibu sambungnya.

Dengan langkah lebar Jose menuju ruang makan yang terlihat telah rapih dan beberapa hidangan juga tersaji matanya menyipit kala membuka tudung saji karena yang ia lihat adalah beberapa makanan yang entah apa namanya.

"Asih!" Teriak Jose yang membuat babu paruh baya itu berjalan tergopoh menghampiri sang sinyo.

"Iya Tun?" Tanya Asih sembari sedikit merunduk.

"Kau yang menyiapkan makanan ini?" Tanya Jose tajam.

Asih tak berani menjawab dan hanya terdiam membuat Jose mengernyitkan dahi, jawaban yang lamban ia terima membuat Jose menarik kesimpulannya sendiri, "Atikah?" Tanyanya lagi dan tak lama Asih menganggukkan kepalanya pelan, melihatnya Jose sontak menghela nafas, "perempuan itu benar-benar--"

"Makanlah, sudah jam makan siang," Tetiba Atikah muncul dari arah halaman belakang sembari membawa pakaian kering yang seharusnya menjadi tugas dari Asih.

"Tapi--"

"Ibu akan menemanimu," Ujaran Atikah sontak membuat Jose hilang kata, ibu katanya? Apakah ia tak salah dengar?

"Atau kau ingin mengganti baju dulu?" Tanya Atikah untuk kedua kalinya membuat Jose akhirnya hanya melengos pergi ke arah kamar tanpa membalas satupun pertanyaan dari Atikah.

Sesulit itukah memakan makanan yang telah susah payah ia masak? Pikir Atikah.


















***




















"Meneer," Sapaan Atikah membuat Zander yang sedari tadi tengah duduk di sofa kecil yang menghadap ke arah jendela dengan memangku buku di tangannya menoleh. Cukup terkejut mendengar Atikah membuka pembicaraan dengannya mengingat perempuan itu terlihat masih marahpun Zander seharusnya membuat Atikah semakin emosi karena menolak masakannya. Tapi apa yang kini ia lihat, Atikah menghampirinya?

"Ya?" Tanya Zander sembari menutup buku yang tengah ia baca.

"Kau sungguh tak ingin memakan masakanku?" Tanya Atikah kini telah berdiri di samping sang suami dan menatap Zander dengan mata yang terlihat sedikit sembab.

"Aku tak berniat hidup sebagai inlander," Jawaban Zander membuat hati Atikah sedikit banyak meradang, tapi kini ia sadar perlakuan Zander yang keras ini harus ia tangani dan kendalikan. Ia tak perlu membalaspun mengikuti emosinya karena tak akan berjalan baik.

"Dengan memakan masakanku, kau tak serta merta menjadi bagian dari bangsaku, Meneer. Tapi, jika memang kau tak ingin memakannya tak apa, saya bisa membuat masakan yang lainnya, kau ingin semur?" Tanya Atikah membuat Zander sedikit kebingungan. Nada ramah dan lembut ini apa perempuan yang ia hadapi kini sungguh seorang Atikah?

"Ya, buatlah," Jawab Zander singkat yang di angguki Atikah bahkan di bumbui seulas senyum yang tak Zander duga. Ia rasa ia baru pertama kali melihat istrinya itu tersenyum di hadapannya. Zander tak salah melihat, bukan?

Tapi Zander tak mau ambil pusing dirinya tak ingin memikirkan hal sepela itu karena mungkin Atikah hanya telah pulih dari amarahnya ia sama sekali tak curiga dengan tingkah tak biasa sang istri.

















"Nyai yakin Tun memang menginginkan semur ini?" Tanya Asih yang tengah memotong daging sapi di samping Atikah yang sibuk menyiapkan rempah dan bumbu untuk semur yang akan di buatnya.

"Saya telah bertanya lebih dulu, tadi," Jawab Atikah dengan nada ramahnya. Asih bahkan tak melihat ekspresi keberatan sedikitpun dari Atikah.

"Saya sadar, menghadapi seorang Meneer seperti Zander tak bisa dengan keras. Saya akan perlahan menghadapinya," Jawaban Atikah sontak membuat Asih tersenyum lebar. Bagaimanapun Asih sadar jika Atikah diam-diam telah perlahan mempraktikan nasihatnya walaupun egonya begitu besar tetapi Atikah perlahan mengerti cara menghadapi londo sejenis suaminya.

























Satu jam berselang Atikah kembali ke kamar mereka dengan semangkuk semur dan sepiring nasi hangat juga roti sebagai opsi. Atikah melihat Zander masih dalam posisi sebelumnya membaca buku dengan kacamata yang bertengger di hidung bangirnya. Zander menoleh kala Atikah menaruh makanan di meja kecil di hadapannya dan perempuan itu duduk dengan anggun di ranjang tepat di samping Zander.

"Saya akan temani," Singkat Atikah membuat Zander menutup bukunya dan menatap Atikah penuh curiga karena sungguh ia tak mengerti apa yang terjadi pada istrinya itu.

"Apa yang kau inginkan?" Tanya Zander penuh curiga.

"Ada apa Meneer? Saya tidak mengerti," Atikah berujar polos.

"Katakan saja, jika hal itu membuat kau rela bersikap seperti ini."

"Saya sungguh tak mengerti," Jawabnya lagi sembari memasang ekspresi polos yang bahkan Zander baru kali itu melihatnya.

"Baiklah," Zander menggeser nampan berisi menu makan siangnya, "duduklah di lantai," Titah Zander Atikah menatap suaminya bingung. Ia tak menyangka jika Zander akan memintanya melakukan hal itu. Tetapi akhirnya Atikah menurut ia tak mau rencananya berantakan ia tak ingin Zander mencurigainya.

"Saya akan menyuapimu, kau juga harus ikut makan," Zander mengusap lembut rahang Atikah yang masih berhias bekas perbuatannya kemarin.



































Tbc ...

Apa rencana Atikah??



Pribumi [Jaedy]  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang