Batavia, tempat indah dengan berbagai gedung yang di desain oleh sebagian besar arsitek Netherland itu terlihat ramai. Tak pernah sepi oleh eksistensi manusia dan hal itu membuat Atikah cukup pening, apalagi Arne yang terus merengek karena merasa kepanasan sejak dari dalam mobil tadi.
Keluarga kecil itu tengah menuju rumah Diederik seperti yang telah Zander katakan sebelumnya jika ia memang akan memboyong Atikah serta anak-anaknya ke sana. Zander memang takut, tetapi ia telah menyiapkan mentalnya untuk menghadapi amukan Atikah jika perkiraannya benar, Atikah pasti akan menuduhnya dengan berbagai makian.
Tetapi Zander sungguh hanya ingin mengembalikan hak Atikah yang memang harus menjadi miliknya.
"Sebentar lagi sampai, tolong bersabarlah," Zander mengusap rambut Atikah. Mereka memang tengah mengendari sebuah kereta kuda menuju rumah utama milik Diederik. Jangan heran, dari gerbang menuju pintu rumah saja mereka harus menggunakan alat transportasi sangking jauhnya.
Tak lama berselang mereka akhirnya tiba di rumah utama, terlihat Diederik, Beatrix, Evi dan beberapa anggota keluarga menunggu di halaman rumah. Sepertinya kehadiran Arne adalah bintang utamanya.
"Selamat datang," Avaline, istri dari Diederik menyapa Atikah terlebih dulu. Atikah pernah mendengar nama perempuan itu tetapi Atikah tak pernah melihatnya secara langsung.
"Ah, Selamat siang," Jawab Atikah, matanya menelisik ke arah satu persatu keluarga besar Zander, Atikah akui mereka terlihat rupawan dan jauh berbeda dari para londo biasanya yang berkeliaran di mana-mana.
"Masuklah, bayi kalian pasti merasa kepanasan," Tutur Avaline membuat Zander segera merangkul bahu sang istri juga Jose yang mengekor di belakang kedua orangtuanya.
"Istirahatlah dulu, nanti malam akan ada acara makan malam kau dan bayimu harus ikut datang juga," Kali itu Beatrix yang berujar sementara anggota keluarga yang lain juga pergi ke kamar mereka masing-masing setelah melakukan perbincangan singkat sebelumnya.
Atikah merasakan atmosfir yang begitu menyesakan berada di sekeliling keluarga besar Zander. Apalagi tatapan perempuan bernama Evi yang tak pernah lepas darinya membuat Atikah semakin tak nyaman.
"Ya, Tante betul. Kau pergilah ke kamar, saya ingin bicara sebentar dengan Oom. Jose akan menemanimu," Zander mengusap sayang rambut halus Atikah.
"Ayo Ibu, aku tahu di mana kamarnya," Ajak Jose yang segera di angguki Atikah.
***
"Kau sungguh memiliki bayi itu ternyata, Jacob," Diederik berucap sembari menyilangkan kaki di kursi kebesarannya.
Zander memang berniat menghampiri sang paman karena ia tak akan membiarkan ucapan dari keluarga besarnya akan menyakiti Atikah nanti malam.
"Tentu saja, hanya itu yang bisa aku lakukan untuk mengembalikan hak kepada yang seharusnya."
"Kau yakin itu bukan karena keserakahanmu saja?"
Pertanyaan Diederik sontak membuat Zander berdecih, bagaimana bisa seseorang yang menguasai harta kakek dan neneknya berbicara seperti itu kepadanya.
"Sorry Oom, maar ik ben jou niet (maaf Paman, tapi aku, bukan dirimu)."
Diederik terlihat tersenyum congkak mendengar pernyataan Zander. Sungguh anak itu bersikap lebih percaya diri dari Anthony ternyata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pribumi [Jaedy]
FanfictionCOMPLETED Cerita ini berlatar pada jaman penjajahan kolonial Belanda, di mana seorang perempuan yang lahir dari hasil pernikahan campuran antara Bangsawan dari Netherland (Belanda) dan rakyat Pribumi di paksa menikah dengan Bangsawan dari Netherland...