29 : Amarah

505 70 9
                                    














"ATIKAH!!" Mendengar teriakan Zander membuat sendok yang hendak ia masukan ke dalam mulutnya terjatuh begitu saja, Atikah sungguh tak menyadari kehadiran Zander yang ternyata sedari tadi telah mengintip perbuatannya yang entah darimana Zander tau akan hal itu.

Zander masuk ke dalam kamar dengan wajah marah yang memerah, sorot matanya di liputi emosi yang menggebu juga kepalan tangan yang terlihat siap meninju siapapun yang berani menentangnya. Atikah yang lemah akhirnya mendapatkan sebuah tamparan keras di pipinya hingga tubuh perempuan itu tersungkur di atas ranjang.

Zander lalu tanpa ampun menjambak rambut Atikah dan meraih rahangnya, mencengkramnya dengan erat hingga pandangan keduanya bertemu, Atikah dapat merasakan sudut bibirnya berdarah dan tangan besar Zander seakan menggeser rahangnya.

"KAU! KAU JALANG GILA, KAU BERNIAT MENGHABISI ANAKMU SENDIRI ATIKAH! KATAKAN! KATAKAN APA YANG MEMBUATMU TAK MENGINGINKANNYA!!" Zander terus berteriak sembari menarik lebih keras rambut perempuan itu.

Atikah yang sesungguhnya telah sadar akan konsekuensi atas perbuatannya hanya dapat meringis kesakitan tanpa buka bicara, sungguh bodoh dirinya tak memperhitungkan jika bisa saja Zander mengikutinya ke pasar.

"KATAKAN! APA KARENA KAU MENIKAHIKU DENGAN TERPAKSA KAU TAK MENGINGINKAN ANAK INI!" Ulang Zander dengan nada bicara yang semakin tinggi.

Tak mendapat jawaban yang ia inginkan Zander yang sejatinya tak pernah dapat mengendalikan amarahnya menarik tubuh ringkih Atikah dan melemparnya dengan keras hingga menabrak pintu membuat Atikah terkulai lemas karena merasa pusing mendera.

Zander mengacak rambutnya, menendang kursi yang berada di sana lalu melempar beberapa barang hingga hampir mengenai Atikah yang hanya dapat meringkuk ketakutan, selama pernikahannya dengan Zander ini kali kedua ia mendapat pukulan dari sang suami tetapi kali itu Zander terlihat begitu marah juga kecewa.

Atikah bahkan melihat Zander meneteskan air matanya dan lelaki itu berteriak frustasi, terlihat Zander meluapkan amarahnya dan mungkin ia dapat terbunuh saat itu juga jika ia melawan.

"Baiklah ... " Zander kini menatapnya dengan tatapan sendu setelah menghela nafasnya dalam, Zander menundukan kepala lalu tanpa Atikah duga Zander mengeluarkan sebilah belati dari saku celananya yang entah sejak kapan Zander membawa benda itu, "jika kau memang ingin membunuh bayi itu, aku akan menghabisi kalian sekaligus" Zander lalu mendekat mengarahkan belati itu ke arahnya membuat Atikah panik.

Perempuan itu beringsut mundur dan mulai menangis kala menyadari Zander berniat menghabisinya, Atikah memang ingin menghilangkan nyawa bayi dalam kandungannya tetapi tidak dengan dirinya, ia tak ingin mati di tangan Zander.

Tetapi Zander yang terlihat tak bercanda kian mengangkat tangannya lalu bersiap mengayunkan belati ke arah tubuhnya penuh tenaga hingga akhirnya Atikah memutuskan untuk berteriak.

"TIDAK! SAYA MOHON HENTIKAN MENEER," Atikah lalu segera bersimpuh dan memohon di bawah kaki Zander sembari menangis tersedu, Atikah bersujud di bawah kaki sang londo membuat Zander akhirnya menghentikan aksinya, "Saya ... Saya mohon Meneer ... Saya bersalah ... Jangan habisi saya Meneer ... " Sembari menangis Atikah terus memohon hingga membuat amarah Zander perlahan melunak.

Zander menghela nafas lalu menarik kakinya yang Atikah peluk dengan cukup erat hingga sang puan sedikit terantuk, "Kau, tak akan keluar dari kamar ini hingga bayi itu lahir, jika mencoba kabur saya akan membuat kau menyesal!"


Setelah itu Zander pergi meninggalkan kamar mereka, ia memerintahkan Asih untuk membuang ramuan herbal itu dan juga mengunci Atikah dari luar. Zander sungguh merasa Atikah telah melewati batas, bagaimana bisa seorang ibu mencoba membunuh darah dagingnya sendiri, sebenci itukah Atikah terhadapnya, Zander nyaris saja kehilangan akal sehatnya saat mengetahui fakta tersebut.




"Kau, eksekusilah pedagang peranakan itu, saya tak ingin mendengar kabarnya masih hidup," Titah Zander kepada salah seorang pekerjanya yang segera mengangguk, "dan juga, usir semua pedagang pasar di sana, kawasan mereka masihlah wilayah milikku."




























****
























"woah Mama, kijk eens wie er komt! (Woah, Mama, Lihat siapa yang datang!)"

Seru seorang londo berusia akhir empat puluhan dengan pakaian khas bangsawannya menyambut Zander yang datang sembari memasang raut dinginnya.

"Astaga, Jacob! Apa itu kau?" Tanya seorang Wanita tua yang melirik ke arahnya ketika melihat kedatangan Zander.

Beatrix Van Zander, bangsawan Netherland yang tinggal di Buitenzorg juga merupakan Adik dari sang ayah terlihat cukup terkejut dengan kehadiran sang keponakan yang tiba-tiba saja mengunjungi kediamannya. Di tambah raut wajah Zander terlihat tak seperti biasanya.

"Tante, kunnen we binnen praten? (Bibi, bisakah kita bicara di dalam?)"

Beatrix akhirnya hanya mengangguk dan mempersilahkan sang keponakan masuk ke dalam rumahnya.





























Tbc ...

Bentar lagi kita tamatin yah :D

Pribumi [Jaedy]  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang