16 : Penjajah

605 76 5
                                    

















TW : ADEGAN DEWASA, KEKERASAN, KATA-KATA KASAR (18+)



































Tubuh kecil nan rapuh seorang perempuan terhempas menabrak tembok di belakangnya dengan cukup keras hingga sang empu terjatuh merosot ke atas lantai. Untuk beberapa saat perempuan malang itu tak dapat melihat apapun selain figur buram dari seorang lelaki yang tengah berdiri di hadapannya. Kepalanya di serang rasa sakit juga pening tak terhingga, Atikah bahkan merasa ada bagian kepalanya yang terluka namun entah di mana.

"teef, weet niet in winst, klootzak! (Wanita jalang, tak tahu di untung, Brengsek!)"


Atikah dapat mendengar jelas segala umpatan dengan bahasa penjajah yang memasuki gendang telinganya. Hingga beberapa saat kemudian dirinya di seret dengan satu tangan hingga Atikah bergerak dari atas lantai dengan posisi lemas.

Tubuh ringkihnya di lemparkan ke atas ranjang dan bertepatan dengan itu Atikah kembali dalam kesadaran yang utuh, Zander terlihat berada di atas tubuhnya dengan tatapan tajam dan amarah yang mengerikan terpampang jelas dari rautnya.

Tangan besar Zander kemudian mencengkram rahangnya dengan keras hingga Atikah merasa rahangnya mungkin bergeser.

"Beraninya kau mempermalukan saya di depan orang-orang penting, kau sungguh perempuan hina, anak gundik tak berbudi, wanita jalang yang tak tahu malu. Bagaimana bisa kau membuat rendah martabat suamimu sendiri di hadapan orang banyak!" Zander berteriak di depannya sementara Atikah hanya meringis tanpa dapat membuka suara, "kau akan mendapatkan buah dari perbuatan yang kau lakukan Atikah! Saya berjanji akan membuat kau bahkan tak dapat turun dari ranjang ini dan melebarkan pahamu di hadapan kekuasaanku. Kau harus menyadari posisi di mana sebenarnya kau berada!"


Mendengar hal itu Atikah sontak menggelengkan kepalanya histeris, Atikah baru saja tersadar jika Zander bukanlah sosok yang dapat ia remehkan. Zander bersikap sedikit bersabar selama ini karena belum ada ikatan apapun di antara mereka. Tetapi saat ia dan Zander telah terikat lelaki itu semakin memiliki keberanian dalam melakukan setiap kegilaannya.

Dengan kasar Zander merobek dan menarik gaun yang masih menempel di atas tubuhnya. Membuat Atikah berusaha keras untuk menahan pergerakan tangan Zander tetapi sia-sia saja karena kekuatannya bahkan tak seberapa.

"M-Meneer ... Jangan ... Saya ... m-mohon ... " Atikah berusaha bicara dengan rahang yang masih berada dalam kuasa Zander. Tetapi apa daya Zander bukan seseorang yang memiliki belas kasih, Zander tetaplah Zander seorang lelaki dengan jiwa penjajah dan tak memiliki kasih yang dapat di sentuh dengan sedikit permohonan.

"Diam! Kau tak memiliki hak bicara Atikah! Kau miliku termasuk tubuhmu dan harga dirimu! Kau harus mengerti kepatuhan adalah hal yang paling penting untuk seseorang yang lemah!"

Zander akhirnya membuat Atikah bertelanjang bulat hingga tak ada satu kainpun yang tersisa. Zander mengambil sebuah tali yang terpasang di setiap sisi kelambu yang berada di sana. Zander mengikat dengan kuat pergelangan tangan Atikah lalu mengikatnya di setiap sisi ranjang hingga perempuan yang di ambang kesadaran itu terlentang bebas tak berdaya.

"Saya akan mendapatkan ini sebagai hadiah dari kau. Kau yang menginginkan ini terjadi karena telah melukai harga diri suamimu. Maka dengan begitu terimalah buah dari segala keangkuhan yang kau lakukan. Mijn Vrouw."






Tanpa berpikir dua kali, Zander segera menelusuri setiap inci tubuh Atikah dengan bibirnya, Atikah dapat merasakan Zander menciuminya mulai dari leher hingga ke ujung kakinya, Atikah hanya dapat menangis meratapi nasib hidupnya, pada akhirnya semua hal yang selama ini selalu ia tolak terjadi dalam hidupnya tetaplah terjadi.

Atikah semakin menangis sembari menggigit bibir bawahnya kala Zander mulai melakukan penetrasi di bawah sana karena demi Tuhan semua itu terasa begitu menyakitkan. Atikah benar-benar berteriak hingga mungkin oranglain dapat mendengarnya. Tetapi Zander dengan kejam membekap mulut Atikah, lelaki yang juga telah dalam keadaan tak mengenakan sehelai benangpun itu juga menatapnya dengan angkuh. Seolah memperingatkan Atikah bagaimanapun keadaannya Atikah tak akan pernah dapat melangkahinya.

Tak sejengkalpun, Zander menunjukkan sekejam-kejamnya seorang londo kepada pribumi, membuat Atikah merasa tak berdaya juga terinjak harga dirinya. Ingin rasanya Atikah bangun jikah semua yang ia alami hanyalah sekedar mimpi buruk tetapi nyatanya rasa sakit yang tak dapat ia pungkiri berganti menjadi kenikmatan itu nyata adanya.

Atikah terus berlinang air mata berbanding terbalik dengan Zander yang terlihat begitu menikmati bahkan sesekali menampar bagian dadanya hingga Atikah meringis. Juga desahan dengan bahasa ibu mereka membuat Atikah semakin merasa rendah, bagaimana bisa dirinya berakhir seperti itu, bagaimana bisa ia pada akhirnya bernasib seperti mendiang ibunya.

Hingga beberapa saat di tengah segala kecamuk dalam batinnya, Atikah dapat merasakan betapa hangat semen Zander memenuhi dirinya. Bagaimana Zander semakin tersenyum congkak sembari mengusap pipi perempuan itu dengan lembut. Menyeka air mata Atikah yang tak berhenti bercucuran.


"Berhenti menangis, kau tak perlu merasa rendah diri ketika suamimu yang menyetubuhi dirimu Atikah."



Setelah itu Zander pergi begitu saja tanpa mempedulikan bagaimana keadaan Atikah yang bahkan tak dapat menggerakkan kakinya yang masih terbuka lebar. Tak peduli bagaimana rasa sakit yang Atikah alami barang secuilpun.

Bagaimanapun, penjajah tetaplah penjajah, Atikah tak akan memaafkan segala yang telah ia alami malam itu. Ia akan mengingat itu seumur hidupnya.



































Tbc ...

Ke depannya bakalan lebih banyak tindakan & adegan dewasa dalam cerita ini. Yg tidak nyaman boleh berhenti melanjutkan ^^




Pribumi [Jaedy]  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang