25 : Permainan

548 75 15
                                    





































"gefeliciteerd, uw vrouw is zwanger, meneer (selamat, istrimu sedang mengandung, Tuan)"





Zander terdiam untuk beberapa saat bak waktu berhenti begitu saja hanya dengan sebuah kalimat yang begitu halus ia dengar dari seorang dokter berkebangsaan Netherland itu.

Ya, setelah semalam Atikah terbaring dan malah muntah-muntah dengan intensitas yang mengkhawatirkan pagi hari kemudian Zander membawa seorang dokter kenalannya walaupun Atikah terus menolak dengan berbagai alasan tetapi karena Zander sedikit mengancam akhirnya Atikah menurut.

Senyum mulai melebar dari bibir Zander hingga menampakan wajah berseri yang bahkan membuat sang dokter ikut tersenyum pula.


"God, wat ben ik blij dat te horen (astaga aku begitu senang mendengarnya)"


Ujar Zander hingga membuat pria itu mengusap wajahnya bahkan lidahnya tak dapat berkata apapun selain berterimakasih kepada sang dokter sekaligus kawannya itu karena telah bersedia sigap atas panggilannya. Zander bahkan membayar jasanya dengan begitu besar hingga sang dokter terkejut dengan nominalnya.




Sementara di dalam kamar Atikah hanya terdiam membisu merasa tak percaya dengan apa yang dokter katakan tentang kondisinya, Atikah telah mendengar kabar itu terlebih dahulu karena dokter memang memberi tahunya terlebih dahulu sebelum memberikan kabar terhadap Zander yang menunggu di depan kamar.

Perlahan air matanya menetes kala merasa semua strategi yang telah ia buat akan berakhir sia-sia, seingatnya Atikah selalu meminum pil pencegah kehamilan beberapa bulan ini tetapi mengapa kehamilan masih juga terjadi, Atikah saat ini hanya bisa menangis kesal karena perjuangannya akan lebih sulit dengan kehadiran sosok anak di antara mereka.



"Atikah!" Seru Zander kala memasuki kamar dengan wajah begitu bahagia hingga Atikah dapat melihat senyuman yang teramat tulus yang tak pernah Atikah lihat selama pernikahannya, Zander bahkan memeluknya begitu erat, "kau hamil Atikah, kita akan memiliki anak, Jose akan menjadi Kakak," Ucap Zander sembari mengusap lembut punggung sempit juga menciumi sisi wajahnya.

Mendengar itu, Atikah hanya dapat tersenyum getir di balik punggung Zander. Anak yang sekarang tengah berada dalam tubuhnya tak pernah jadi bagian yang ia bayangkan sebelumnya, bagaimana ia harus bersenang hati.

"Ya Meneer," Sepatah kalimat dengan nada bahagia yang di buat-buat hanya itu yang dapat keluar dari bibir ranumnya. Atikah membenci situasi itu, sungguh.

























****








"WHAT? JONGERE BROER? (APA? ADIK?)"




Jose sedikit berteriak kala Zander memberi tahu prihal keadaan sang ibu sambung yang tengah mengandung. Sinyo itu begitu tak menyangka jika akan secepat itu ia mendapatkan saudara dari pernikahan kedua sang papa.

"Kau tak sedang bercanda, kan, Papa?" Jose bicara bahkan mengabaikan makan malam yang tengah ia santap bersama itu. Jose merasa terkejut hingga kakinya terasa lemas di bawah sana.

"Tentu saja, tanyakan pada ibumu jika tak percaya," Zander bicara sembari menyuapkan Mashed potato ke dalam mulutnya.

Sementara Atikah sama sekali tak terlihat bahagia, Atikah hanya mengaduk makanannya sedari tadi bahkan belum ia makan sedikitpun.

"Ck, dia bahkan terlihat tak bahagia," Ucap Jose sembari menatap tajam ke arah Atikah walaupu  Atikah tak terlihat peduli, ia masih begitu marah dengan keadaan yang menimpanya.

"Ibumu hanya sedang tak enak badan, betul begitu, mijn liefje?"

Atikah hanya mengangguk menjawab karena mulutnya memang terasa malah berbicara dan perutnya masih bergejolak.























Zander berdiri di balkon kamarnya sembari mengenakan baju hangatnya, ia merasa Buitenzorg terasa dingin tak jauh berbeda dengan di kawasan rumahnya. Ia menatap hamparan rumput dan pepohonan dengan bangunan beraksen khas Netherland di sekelilingnya.

Atikah telah tertidur satu jam yang lalu dan Zander yang memang belum mengantuk akhirnya memutuskan membakar tembakau dan menjauhi sang istri karena tak ingin asap mencemari penciuman perempuan itu.

Zander tersenyum getir di sela hembusan nafasnya, ia mengingat ekspresi Atikah seharian ini. Senyuman, tingkah laku, bahkan tatapan matanya Zander menyadari betapa Atikah membencinya, tidak hanya saat ini saja tetapi sejak awal memang Zander tak pernah merasa ketulusan dari setiap tingkah laku Atikah.

Ia merasa Atikah tengah mencoba melakukan trik padanya, Zander begitu menyadari itu hingga ia hanya dapat ikut bermain karena ia memang menginginkan bayi itu, Zander tulus berbahagia atas kehamilan Atikah.

Tetapi bohong juga jika ia tak sakit hati melihat betapa Atikah membencinya bahkan begitu tak menginginkan kehadiran buah hati di antara mereka, tetapi Zander tak akan berbuat lebih jauh untuk melakukan hal yang melukai Atikah selama perempuan itu tak membuat kesalahan di tambah ada bayi yang tengah Atikah kandung.

Zander akan menahan segala emosi demi dapat memiliki Atikah dan meraih tujuannya, ia akan ikut bermain hingga titik terakhir dan akan menggunakan senjatanya di waktu yang tepat, senjata yang akan melumpuhkan Atikah dalam sekali serang.

Zander tak selugu itu untuk menilai ketulusan Atikah, maka jika Atikah mencoba bermain tentu saja Zander akan ikut bermain hingga salah satu di antara mereka mengaku kalah.

































Tbc ...

Aku tak sebodoh yang kau kira - Jacob Van Zander

Jangan lupa vote gais!

Pribumi [Jaedy]  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang