37 : Piknik

544 81 11
                                    























"Piknik?" Atikah bertanya sembari menatap Zander yang tengah menggendong buah hati mereka, Jose juga berada di sana tengah memakan sehelai roti berselai coklat kesukaannya.

Ya, Zanderlah yang memberikan ide untuk melakukan piknik keluarga karena seingatnya terakhir kali mereka pergi bersama adalah ketika menghadiri pesta di Buitenzorg di awal kehamilan Atikah dulu. Rasanya Zander ingin membuat waktu keluarga sesekali waktu.

"Ya, saya, kau, Jose dan Arne, ayo pergi berpiknik di kebun."

Ucapan Zander mampu membuat senyum Atikah mengembang, awalnya ia sempat khawatir prihal pergi berpiknik ke tempat yang jauh tetapi mendengar di mana tempat mereka akan melakukannya membuat Atikah lega, setidaknya Arne tak akan terlalu kesulitan selama perjalanan.

"Jose kau juga akan ikut?" Tanya Atikah dengan mata berbinarnya yang tentu saja remaja itu mengangguk.

"Ya, saya tak akan membiarkan Arne melalui waktu keluarga sebagai anak tunggal."

Jawaban yang di balut candaan dari Jose membuat meja makan di minggu pagi itu penuh dengan kebahagiaan, karena bagaimana tidak, Atikahpun tak menyangka ia akhirnya akan pasrah dengan keadaan yang sejatinya tak pernah ia bayangkan. Dan melihat Zander kini Atikah merasa pria itu tak seburuk yang ia bayangkan, terbukti sejak kelahiran Arne lelaki londo itu bahkan rela bergadang semalaman demi menunggui putra mereka yang terjaga.

"Saya akan menyiapkannya kalau begitu."

"Tak usah, Asih sudah menyiapkan segalanya. Kau dan Arne bersiaplah," Zander menyerahkan putra mereka kepada Atikah untuk di pakaikan pakaian yang lebih baik.






























***

























Keluarga kecil itu berjalan menyusuri kebun menuju rumah kaca yang berjarak tak terlalu jauh dari rumah mereka. Zander memegangi payung memayungi Atikah yang tengah menggendong buah hati mereka sementara Jose berdiri di sisi lain Atikah sembari menatapi adiknya yang tengah tertidur pulas.

"Saya pikir, Arne sama sekali tak memiliki genmu Ibu."

Ah, Atikah seringkali masih terkejut dengan panggilan baru dari anak sambungnya itu, sejak Atikah melahirkan Arne, Zander telah mengultimatum kepada sang anak untuk memanggil Atikah Ibu karena Arnepun akan begitu.

"Ya, dia sangat mirip denganmu dan juga Papamu," Atikah mendongak menatap paras tampan Jose yang terlihat tersenyum manis ke arahnya.


Keluarga kecil itu terus berjalan menyusuri kebun, sesekali Atikah tersenyum kepada para pekerja di kebun begitupun Zander yang merangkul bahu Atikah dan sesekali mengusap keringat di dahi sang istri.

Setelah berjalan sekitar 15 menit mereka akhirnya tiba di halaman sebuah rumah kaca, di depannya telah terhampar sebuah kain dan keranjang berisi makanan dan minuman yang memang telah di siapkan.

"Apa kau suka di tempat ini? Atau saya harus memindahkannya?"

Pertanyaan Zander sontak di sahut dengan gelengan kepala oleh Atikah, "tak apa, di sini teduh Arne dan Jose tak akan kepanasan."

Mendengar itu Zander menurut  lelaki itu menata sebuah kain dan bantal kecil yang juga telah Asih bawa sebelumnya, "tidurkanlah Arne di sini, kau harus makan, anak kita sepertinya sangat menyukai berjalan-jalan hingga terus terlelap."

Atikah setuju dan menidurkan Arne di sana. Setelahnya Atikah mempersiapkan makanan dan minuman, Zander tak lepas memperhatikan paras rupawan sang istri, saat kecil Atikah sudah terlihat cantik Zander tak menyangka jika perempuan itu semakin cantik ketika beranjak dewasa. Zander tak pernah menyangka ia akhirnya menikahi perempuan Inlander pertama yang ia sukai itu.

"Saya melihatmu, Meneer berhentilah menatap saya, Jose akan malu jika melihatnya," Gumam Atikah yang masih dapat Zander dengar di tengah suapannya.

"Kau sangat cantik, kau tau?"

Perkataan Zander membuat pipi Atikah bersemu merah. Zander juga mengusap pinggang ramping Atikah sekali waktu tentu saja saat Jose tengah menikmati makanan sembari memperhatikan para pekerja di kebun yang tengah hilir mudik.

"Ah ya, bagaimana sekolahmu, Jose?" Tanya Atikah mengalihkan ketika Zander semakin merapatkan posisi duduk mereka.

"Ya, begitulah, para Bangsawan Inlander itu terus saja bersikap menyebalkan, tetapi tak apa saya akan menghajarnya jika perbuatan mereka mulai berlebihan."

"Hey, kau tak boleh berbuat berlebihan, hm?" Atikah menuangkan segelas jus jeruk ke dalam gelas sang putra.

"Biarkanlah Atikah, anak kita yang satu itu dapat menjadi atlit tinju suatu hari nanti."

"Astaga, Meneer," Atikah menggelengkan kepala sembari menatap heran ke arah sang suami. Tetapi hal itu malah di balas ciuman singkat Zander ke atas bibir ranum Atikah.

"Meneer!" Seru Atikah yang malu karena Jose melihatnya. Tetapi untung saja Jose terlihat tak peduli dan hanya menggelengkan kepala sembari menyuapkan pancake miliknya.

"Jangan sampai Arne memiliki adik di usianya yang masih kecil, Papa, kasihan."

Zander tak membalas cercaan sang putra tangannya malah semakin merangkul pundak Atikah dan menciumi pelipisnya.

"ik houd van je, (aku mencintaimu)"


































Tbc ...

Siapa yang minta liat uwu-uwuan nih
Jgn lupa vote dan komentari ygy.

Pribumi [Jaedy]  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang