43 : Akhir Bahagia [TAMAT]

640 71 18
                                    




























"Arne, kemarilah," Suara halus dengan intonasi begitu hangat menyapa indera pendengaran bocah berusia 10 tahun yang tengah memperhatikan Tatang menggunting beberapa tanaman di halaman. Bunga mawar terlihat begitu subur juga beberapa kandang burung yang terisi burung cantik menambah kesan keindahan di sana.

Anak lelaki bermata biru itu lantas berlari menghampiri sosok yang ia panggil Ibu dengan ceria di sertai senyuman yang amat mirip dengan sang suami. Atikah, dengan kebaya berwarna hijau muda, kain jarik juga rambut tercepol rapih mengulurkan tangannya untuk mengusap keringat dari dahi sang putra.

"Waktunya makan siang, di mana Papa dan Kakakmu?"

"Papa dan Jose mereka pergi ke kebun."

Atikah menatap sang putra lalu mencubit gemas pipi memerah Arne, "Kak Jose adalah Kakakmu, kau harus bersikap sopan dia lebih tua dari kau, Nak."

"Tetapi saat di sekolah, semua teman-temanku memanggil Kakaknya dengan nama saja Ibu. Lalu apa salahnya jika akupun begitu?"

Atikah tercengang, itulah salahnya memasukan Arne ke dalam sekolah dasar khusus kaum Netherland, semua ini di akibatkan kewarganegaraan Arne yang mengikuti sang Papa dan Kakaknya. Andai saja ada sebuah sekolah dasar campuran di sekitar tempat tinggal mereka.

"Bagaimanapun Ibu ingin kau bersikap sopan terhadap orang yang jauh lebih tua. Panggil Kakakmu dengan sebutan Kakak, atau Aa. Tapi jika kau memanggilnya Aa wajahmu tak cocok," Ejek Atikah mengisengi sang putra yang memang sedari dulu tak terlalu menyukai bentuk fisiknya yang begitu londo itu.

"Kau mengejekku Ibu!" Seru Arne sembari cemberut lucu.

"Ya, mijn kind."

Setelahnya hanya rengekan Arne yang terdengar membuat Atikah terkekeh, ketika marah Arne sangat mirip dengam Zander entah apa yang Atikah turunkan terhadap Arne, mungkin hanya sedikit rasa tak sukanya terhadap fisik seorang londo.
























***





















"Apa ini, kau memasakan semur? Biasanya kau akan memberi kami salad saus kacang tanah," Jelas Zander ketika melihat semur dan berbagai masakan khas Netherland di atas meja makan.

"Itu bukan salad, Sayang, itu karedok," Protes Atikah.

"Terdengar seperti kau menyebutkan kodok," Jose, lelaki yang baru saja lulus dari perguruan tinggi itu ikut mengusili sang ibu.  Tentu saja merasa di keroyok oleh kedua lelaki di hadapannya Atikah tak akan tinggal diam.

"Jika kalian berdua terus saja mengejek saya, lihat saja apa yang akan tersaji di atas meja makan ini nanti malam."

"IBUUUU," Rengekan Arne terdengar paling nyaring, bocah itu takut jika Atikah akan menyajikan tempe seperti tempo hari yang membuat Arne muntah karena sama sekali tak menyukainya.

Lalu suara kekehan menggema di atas meja makan kala kelurga kecil itu mentertawakan sikap si bungsu yang memang sedikit cengeng dan mudah di goda.































Zander, Atikah, Jose dan Arne, keluarga kecil itu berjalan di sisian kebun menuju kepada sebuah tempat yang telah menjadi tujuan keluarga itu sejak satu minggu yang lalu, Zander yang menginisiasi niat itu sedangkan Atikah yang memang juga ingin pergi tetapi tak ingin mengutarakan niat begitu senangnya mendengar keinginan Zander.

Pribumi [Jaedy]  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang