Atikah berjalan dengan menampilkan senyum terbaiknya saat hendak menghampiri sosok lelaki yang tengah memperhatikan ikan koi di kolam kecil belakang rumah mereka. Zander terlihat sesekali menebarkan makanan sembari bersiul seolah memanggil para ikan untuk mendekat membuat Atikah yang melihatnya turut tersenyum. Zander yang sekarang jelas jauh berbeda di bandingkan dengan sosoknya saat pertama kali mereka bertemu, terlihat lebih hangat dan lembut.
"Meneer," Sapaan Atikah berhasil membuat sosok tampan nan berwibawa itu menoleh, Zander sedikit terkejut mendengar panggilan lama sang istri karena sejak bertahun-tahun lalu Atikah memang telah merubah panggilan terhadapnya dengan hanya menyebutkan nama depannya, ataupun panggilan lain yang terdengar lebih santai dan mesra.
"Ya, Sayang, saya cukup terkejut kau menggunakan panggilan itu kembali setelah sekian lama," Ucap Zander seraya menarik pinggang sempit Atikah dan mendekap sang puan erat, "ada apa?" Tanya Zander penuh kelembutan.
"Saya ingin membicarakan sesuatu denganmu ... tentang Jose," Pernyataan Atikah sontak membuat Zander mengangguk, namun tatapan lelaki itu tak dapat berbohong ada sebuah ketakutan di matanya.
"Ya, kau ingin bicara di sini? Sepertinya akan serius."
Atikah tak menjawab dan malah membawa tubuh lelakinya untuk duduk di sebuah kursi yang berada di sana. Atikah lalu menarik tangan Zander ke atas pangkuannya, ibu jari Atikah turut andil mengusap punggung tangan Zander mencoba tuk memberikan rasa nyaman kepada sang pria.
"Kau tau, saya tak bermaksud untuk menghalangi keinginan putra kita Atikah," Belum juga Atikah bicara Zander seolah telah membaca isi hatinya.
Atikah mengangguk lalu tersenyum sangat manis, "saya tahu, kau hanya mengkhawatirkan putra kita, takut Jose terluka karena sebuah penolakan, atau syarat berat seperti apa yang harus kau lalui dulu. Saya sangat mengerti, Meneer."
Zander tersenyum lalu tetiba mengecup sekilas bibir sang istri, "kau membuat saya berdebar dengan panggilan itu, kau tau."
"Ja, kembali ke topik, kau terlihat sedang mencoba mengalihkan pembicaraan, Jacob," Tekan Atikah membuat Zander mengangguk sebenarnya ia tak ingin membicarakan hal berat seperti itu di sore hari yang indah.
"Tetapi ini penting, Jose kita telah seharusnya menentukan pasangan hidup, dia tak muda lagi kawan sebayanya bahkan telah menggendong bayi mereka. Kau tak kasihan?"
"Tapi tak seharusnya dia mengencani seorang kalangan atas Inlander, itu terlalu ... Kau tau? Saya hanya tak ingin melihat Jose terluka."
Atikah menggenggam tangan Zander dan mengecupnya sesekali, "Mijn Man (suamiku), saya telah memikirkannya, kau tak perlu khawatir, kau hanya perlu menemani saya ke kota besok lusa, saya akan bicara langsung kepada keluarga kekasih Jose. Jangan bersikap seperti keluargamu, Jacob, mereka membuat banyak orang terluka hanya karena sebuah ketakutan yang tak pasti. Kau mau, kan?"
Apa boleh buat Zander tak mampu menolak permintaan sang kekasih hati yang begitu ia cintai itu.
***
Setelah malam sebelumnya keluarga kecil itu bernegosiasi singkat, Atikah, Zander, Jose dan Arne yang tengah libur sekolah akhirnya turut serta, mereka pergi ke kota tuk menemui sosok yang membuat malam-malam Jose tak tenang lagi bimbang. Jose merasa apa yang Atikah lakukan memang membantunya tetapi kekhawatiran tak serta merta menghilang. Bagaimana jika keluarga Muning menolaknya dan membuatnya terluka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pribumi [Jaedy]
FanfictionCOMPLETED Cerita ini berlatar pada jaman penjajahan kolonial Belanda, di mana seorang perempuan yang lahir dari hasil pernikahan campuran antara Bangsawan dari Netherland (Belanda) dan rakyat Pribumi di paksa menikah dengan Bangsawan dari Netherland...