36 : Diederik

520 79 10
                                    






















Zander berdiri menjulang di tengah sekumpulan keluarga dengan gaya khas bangsawan, masing-masing dari mereka memegang gelas berisi Wine sebagian juga memakan kacang-kacangan sebagai menu pendamping minuman.

Mereka menatap Zander dengan penuh intimidasi bak singa yang siap menerkamnya jika saja ada sepatah kata yang salah ketika ia bicara, Zander tak gentar sama sekali hanya saja ia merasa tak terlalu memiliki kekuatan jika harus beradu argumentasi dengan para tetua dari keturunannya.

"Apa yang akan kau bicarakan, Jacob?"

Suara sosok paling berkuasa setelah berpulangnya sang ayah adalah hal yang membuat Zander cukup waspada, Diederik Van Zander, anak termuda dari keluarga Van Zander tetapi memiliki kekuatan melebihi saudara lainnya, ia pintar, tampan juga lelaki yang tersisa dari empat bersaudara. Setelah kepergian Anthony dan Arabele, Beatrix adalah satu-satunya saudara yang Diederik miliki namun ia tak memiliki banyak kemampuan untuk menandingi Diederik.

"Saya, akan menikahi perempuan berdarah campuran."

Mendengar ungkapan Jacob tentu saja banyak dari mereka terkejut akan hal itu, termasuk sepupu dan sanak saudara yang memiliki sikap begitu membenci kaum pribumi yang di anggap lemah dan bodoh.

"Kau, apa kau sudah gila! Apa kau lupa bagaimana Gerard terusir dari keluarga ini?" Tanya Evi salah satu anak angkat dari mendiang Arabele dan juga tentu saja ia merupakan adik angkat dari Gerard Van Gils.

"Tentu saja aku mengingatnya, bagaimana mungkin aku melupakan hal penting seperti itu, Tante?" Zander menghela nafas dalam sebelum melanjutkan. Ia sama sekali tak heran dengan sikap saudara-saudaranya karena ia pun telah memperkirakan hal semacam itu.

"Lalu mengapa kau berpikir untuk menikahi perempuan dari kalangan Inlander? Kau tau kaulah satu-satunya pemilik harta terbanyak di keluarga kita, itu akan sangat berpengaruh terhadap reputasi keluarga!" Ema kini angkat bicara, anak dari adik kakeknya itu memang masih aktif dalam perbincangan keluarga Van Zander meskipun ia bukan berasal dari marga yang sama.

Memang benar apa yang di katakan oleh Ema meskipun Diederik berhasil menjadi penguasa kekayaan keluarga besar mereka, tetapi Anthony tetaplah yang terkaya karena memiliki harta pribadinya sendiri yang berjumlah tak kalah besar dan itu jatuh ke tangan Zander dan Zander sendiri mengembangkannya menjadi semakin melimpah.

"Sejujurnya, aku bisa saja tak peduli dengan pendapat kalian dan aku akan tetap menikahi perempuan yang ku sukai dengan atau tanpa persetujuan kalian. Tetapi, aku tetap memikirkan reputasi keluarga ini, bagaimanapun aku menanggung nama Anthony Van Zander dalam diriku."

"Lalu apa yang akan kau lakukan sebagai jaminan prihal reputasi keluarga ini, Jacob?" Diederik yang sedari tadi hanya diam menyimak akhirnya angkat bicara, lelaki yang tengah menghisap cerutunya itu menatap Zander dingin, "apa kau dapat memenuhi persyaratan yang akan aku berikan jika tetap bersikukuh?"

Zander terdiam sejenak, menerka apa saja kemungkinan dari persyaratan yang akan Dierderik berikan padanya, mata mereka bahkan bersitatap selama beberapa saat hingga akhirnya mau tak mau Zander tetap menyetujui apapun syaratnya karena tak ada pilihan lain.

"Baiklah ... "






























***















"Apa Arne menyusu dengan rakus Atikah? Mengapa dia terlihat begitu gemuk?" Pertanyaan Zander membuat Atikah yang tengah menyusui sang buah hati mengangguk setuju. Pasalnya bayi itu sanggup menyusu selama lebih dari setengah jam hingga punggung Atikah terasa pegal.

"Ya, dia sangat banyak meminum susunya, Meneer. Saya terkadang ingin mencubit hidungnya karena tak mau lepas menyusu."

Zander mengusap rambut Atikah lalu mengecup rambut istri tersayangnya itu, "terimakasih telah mau melahirkan bayi kita. Saya tau kau belum mencintai saya saat itu tetapi kau mau berkorban untuknya."

Mendengar ucapan Zander tentu saja mampu mencubit hati Atikah, suara sendu Zander membuat Atikah berpikir apa mungkin selama ini dirinya terlampau keras hingga tak memikirkan perasaan Zander.

"Tak usah bicara begitu, Meneer, Arne juga anakku, jangan bicara seolah Arne adalah anakmu seorang."

Mendengar itu Zander merasa lega, sepertinya jiwa keibuan Atikah yang membuat perempuan itu luluh, bagaimana tidak, sejak melahirkan Arne Atikah menjadi semakin lembut terhadap dirinya. Atikah juga seringkali bermanja ketika bercerita tentang perkembangan bayi yang telah menginjak usia tiga bulan itu.

"Menurutmu, apakah kita sudah bisa membawa Arne pergi?"

Pertanyaan Zander membuat Atikah mengernyitkan dahinya bingung, perempuan itu lantas mengalihkan tatap ke arah Zander, "maksudmu?"

"Ayo kita berkunjung ke rumah Oom Diederik, dia pasti senang melihat Arne."

"Kau tau, Batavia cukup jauh dari sini, lebih baik menunggu tiga bulan lagi hingga Arne sedikit lebih kuat."

Zander mengangguk setuju lantas ia mencubit hidung bangir sang putra, "Arne, berhentilah menyusu kau sudah sangat gemuk. Berikan Papamu giliran juga."

"Astaga, Meneer!"


































Tbc ...

Dikit lagi ygy. Semangat Vote!

Pribumi [Jaedy]  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang