Sebulan setelah kabar kehamilannya Atikah menjadi semakin bingung karena merasa telah menemui jalan buntu, bayi yang di kandungnya adalah kerikil tajam yang dapat membuat Zander memiliki kuasa akan dirinya. Atikah sering sekali menangis ketika mengingat jalan terjal yang ia temui kini malah membawanya pada titik yang mengenaskan.
Bagaimana bisa dirinya berakhir menjadi seorang ibu dari anak londo seperti Zander?
"Atikah," Sapa seseorang dari arah belakang membuat Atikah yang sedari tadi tengah memperhatikan Tatang yang sibuk menyirami tanaman mawar di halaman tersentak. Zander terlihat telah berpakaian rapih dengan pakaian yang biasa ia kenakan ketika hendak mengontrol perkebunan.
sejak kehamilan sang istri Zander memang telah mengurangi intensitasnya pergi keluar dari kota mereka, Zander merasa terlalu berbahaya meninggalkan Atikah dalam keadaan hamil tanpa pengawasannya, Zander begitu waspada terhadap sang istri yang memiliki kemungkinan mencelakai anaknya yang bahkan belum lahir itu.
"Kau akan pergi ke kebun?" Tanya Atikah dengan senyuman yang terlihat jelas hanya di buat-buat.
"Ya, saya mau melihat sebanyak apa panen hari ini," Zander lalu mengenakan topinya. Matanya memperhatikan Atikah dari ujung kaki hingga ujung kepala, perempuan itu tetap terlihat cantik meskipun lebih pucat.
"Pakailah rok yang longgar Atikah, kainmu akan membuat sesak perutmu dan bayi kita," Ucap Zander sembari mengangkat tangan lalu mengusap lembut pangkal kepala sang istri.
"Bahannya tak akan mencekik bayimu--"
"Bayi kita," Ralat Zander.
Melihat Zander yang hendak berlalu pergi Atikah teringat jika ia belum meminta ijin untuk pergi ke sebuah pasar yang telah ia rencanakan untuk di kunjungi sejak beberapa hari lalu, "ah Meneer," Sapaan Atikah membuat Zander menghentikan langkah lalu berbalik menghadap perempuan itu, "saya ingin meminta ijin untuk berjalan-jalan ke pasar."
Ucapan Atikah di respon dengan kernyitan di dahi sang suami, seingatnya pasar terdekat berjarak cukup jauh dari desa mereka, "pasar? Bukankah jaraknya cukup jauh dari sini?"
"Ya ... " Atikah menggigit bibir bawahnya lalu menatap Zander dengan raut yang ia buat gemas, "bayi kita ... Menginginkannya," Atikah membual sembari memberikan tatapan memohon tentu saja membuat Zander tersenyum. Lucu sekali melihat Atikah seperti itu.
"Lalu kau akan pergi dengan siapa? Saya tak bisa mengantarmu."
"Tak perlu khawatir, Meneer, saya akan meminta Lilis menemani saya."
"Menggunakan sepeda?" Tanya Zander tak setuju, sangat berbahaya membawa perempuan hamil dengan sepeda di jalan berbatu di desa mereka, "minta antar Maman saja, saya tak akan mengijinkan jika menggunkan sepeda," Putus Zander.
Akhirnya Atikah setuju karena sikap keras kepala Zander bukanlah tandingannya dalam berdebat lelaki itu akan tetap memaksakan kehendak jadi daripada ia tak dapat pergi lebih baik merendahkan egonya.
Sekitar 20 menit perjalan Atikah akhirnya tiba di sebuah pasar tradisional yang terkenal dengan para pedagang yang sebagian besar merupakan orang peranakan Tionghoa atau para penjajah menyebutnya dengan "Kiau-Seng" pasar yang dirinya datangi bukanlah pasar yang sering para pribumi kunjungi untuk membeli keperluan.
Pasar itu memang hanya menjual berbagai jenis herbal yang di impor dari negeri China sana dan jarang sekali orang Pribumi menggunakannya bahkan Atikahpun baru pertama kali mendatangi pasar itu. Semua info yang ia terima dari beberapa sumber termasuk buku yang tersimpan di dalam lemari kamarnya dan Zander menjadi andil terbesar bagaimana ide itu muncul, ide yang membuat seorang Atikah memiliki niat yang kejam.
Yaitu melenyapkan eksistensi sosok yang akan menjadi sandungan terbesar dala hidupnya, jika kalian berpikir Atikah akan bersikap lemah lembut dan penuh kasih setelah mengetahui kehamilannya dan hanya emosi sesaat, nyatanya Atikah tak sebaik itu. Dirinya tetap manusia yang memiliki pemikiran singkat namun di saat yang sama juga memberikan jalan keluar di tengah kebuntuannya.
"Kau tunggulah di sini sebentar, saya akan menemui seorang pedagang terlebih dulu," Ucap Atikah kepada Maman sang sopir yang akhirnya hanya mengangguk.
Atikah keluar dari dalam mobil dan berjalan ke dalam area pasar dengan desain yang begitu menggambarkan suasana kiau-seng yang kental. Atikah menyusuri setiap ruko hingga sekitar 10 ruko terlewat ia berhenti di sebuah ruko cukup kecil menyempil di antara himpitan ruko besar lainnya.
Atikah memejamkan matanya sesaat guna mengukuhkan niat dalam hatinya, Atikah merapalkan keyakinan berkali-kali dalam hatinya hingga akhirnya kaki jenjang itu masuk ke dalam ruko tersebut.
Atikah di sambut sosok lelaki dengan pakaian tradisional Tionghoa memiliki perawakan tinggi dan berkulit putih juga senyum yang cukup memikat. Atikah tersenyum sekilas sebelum berucap, "apa kau Yixing?" Tanya Atikah yang sontak di angguki oleh lelaki peranakan itu.
"Dan kau, perempuan yang memesan Sǐwáng?"
Footnote :
Sǐwáng itu cuma istilah yang murni aku buat sendiri buat namain ramuan herbal penggugur kandungan yang Atikah pesan ya chingudeul!!
ZHANG YIXINGTbc ...
Selamat membaca jgn lupa vote & komentari!
KAMU SEDANG MEMBACA
Pribumi [Jaedy]
FanfictionCOMPLETED Cerita ini berlatar pada jaman penjajahan kolonial Belanda, di mana seorang perempuan yang lahir dari hasil pernikahan campuran antara Bangsawan dari Netherland (Belanda) dan rakyat Pribumi di paksa menikah dengan Bangsawan dari Netherland...