Lima Puluh Enam

561 42 3
                                    

Keyvan merapikan meja kerjanya. Shift malamnya berakhir, ia ingin segera pulang dan berencana mampir ke makam sang adik. Sedang sibuk dengan kegiatannya, Keyvan tidak menyadari Vanya masuk tanpa permisi karena memang ruang praktek Keyvan yang terbuka.

"Dokter" panggil Vanya menyita atensi Keyvan.

"Oh hai. Sorry, saya gak tau kamu masuk tadi" balas Keyvan dengan senyuman yang merekah di bibirnya.

"Iya, saya juga minta maaf masuk tanpa permisi. Saya, mau ngomong sama kamu"

"Em... silakan. Kamu mau ngomong disini atau gimana?"

"Kamu ada waktu malam ini?" Tanya Vanya canggung.

"Iya, kenapa?" Balas Keyvan.

"Makan malam di luar, gimana?"

"Oke, jam 7 saya jemput kamu"

Vanya mengangguk, sedangkan Keyvan hanya tersenyum kecil sembari melanjutkan apa yang tadi ia lakukan.

***

"Ga, emang gak papa sama om Ferdi berangkat les? Sama tante Inar?" Tanya Rian.

Dirga hanya tersenyum kecil sembari merapikan buku-bukunya setelah bel sekolah terdengar. Guru pun juga sudah meninggalkan kelas menyisakan para murid yang masih bercengkrama.

"Gak papa. Lo tanya udah sepuluh kali tau gak? Bosen gue jawabnya" dengus Dirga.

"Masih anget badan lo. Tipes itu istirahat total"

"Itu kan lo bukan gue. Udah ah, gue aman kok. Kalo gak kuat ya tinggal telfon papa. Paling cuma diinfus doang di rumah" Dirga selesai, ia menenteng tas punggungnya. "Lo mau les apa bolos lagi? Gue yang gak enak badan aja semangat"

"Les lah. Gue bodo banget sama materi fisika yang ini"

"Yaudah ayo!"

Keduanya berjalan beriringan. Di lorong-lorong kelas sudah tidak terlalu ramai. Tersisa murid-murid yang masih sekadar mengobrol atau bahkan bersiap dengan kegiatan di luar jam pelajaran. Dirga dan Rian sampai di deretan kelas IPS. Mereka berdua yang awalnya berbicara sesekali tertawa kini menghentikan langkahnya melihat orang penting sekolah sedang berdiri menatap kelas XI IPS 2.

"Om? Ngapain?"

"Eh, Dirga"

Orang itu adalah Feri. Dirga dan Rian tau, pria itu tengah menangis dalam diam. Kedatangan Dirga dan Rian membuat Feri memalingkan wajah dan mengusap sisa tetesan air matanya.

"Kangen Keenan?" Tanya Dirga.

"Iya. Terakhir dia di kelas ini. Sekarang kamu dan yang lain udah kelas dua belas. Tapi rasanya Keenan masih di kelas ini" ujar Feri memaksakan senyumnya.

"Om salah. Keenan bukan di kelas ini" balas Dirga membuat Feri dan Rian mengerutkan kening mereka. "Tapi disini" Dirga menunjuk dada Feri.

"Iya kamu bener. Keenan ada disini, akan selalu ada disini. Makasih ya Ga, Rian dan yang lain juga"

"Buat apa pak?" Kali ini Rian bersuara.

"Gak pernah ninggalin Keenan apapun keadaannya. Sudah lama berlalu tapi tolong maafkan Keenan kalau ada salah"

"Keenan gak pernah salah pak, kalaupun salah dia akan lebih dulu sadar dan minta maaf. Itulah Keenan. Oh iya, ayah sama bunda mau berangkat umrah. Aku titipin doa buat Keenan"

"Thanks Yan"

"Makasih ya Rian"

Rian mengangguk sambil tersenyum menanggapi.

Bahagia (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang