Entah Keenan saja atau juga Rere merasa tidak nyaman dengan hubungan mereka. Padahal tidak ada yang spesial tapi kenapa mereka harus saling berjauhan atau Rere yang menjauh. Hal itu berlangsung lama. Hingga hari ini, keduanya bertemu secara tidak sengaja di perpustakaan.
Keenan mendekati Rere yang duduk sendiri di meja paling ujung. Atau lebih tepatnya tidak mendekati, tapi memang paling ujung ada tempat favorit Keenan. Siapapun juga tau jika paling ujung itu adalah tempat Keenan. Mungkin karena Rere siswa baru, meskipun sudah beberapa bulan disini tetap saja ia belum tau banyak tentang sekolah ini.
Keenan duduk begitu saja tanpa menyapa Rere. Merasa ada yang duduk di depannya, Rere mendongak memperhatikan Keenan yang sudah sibuk membaca buku.
"gak usah liatin gue. Lanjut baca aja" kata Keenan dengan suara pelan.
"gak kurang tempat, kenapa duduk disini?" tanya Rere.
"ini tempat gue, asal lo tau"
"hah?"
"kalo lo gak suka, lo aja yang pergi"
Rere diam. Belum pernah ia melihat Keenan seperti ini. Ia tidak menanggapi Keenan yang kini bahkan sudah kembali fokus pada buku bacaannya.
Rere tidak melanjutkan bacaannya saat tiba-tiba Dirga bersama Rian datang menghampiri Keenan.
"Keen, buku lo" kata Dirga sambil memberikan sebuah novel untuk Keenan yang langsung diterima si pemilik tanpa mengucapkan apapun.
Dirga lantas pergi setelah urusannya dan Keenan selesai. Tapi Rian justru merangkul pundak Keenan sebelum pergi.
"tumben ada yang duduk di tempat lo" kata Rian yang terdengar seperti sindiran untuk Rere.
Jadi benar tempat ini memang milik Keenan. Baiklah, Rere sedikit merasa malu. Ia lantas mengemasi barangnya dan bersiap pergi.
"kebiasaan pake foto mamanya buat pembatas" gerutu Keenan yang masih terdengar oleh Rere.
Saat Rere melangkah pergi, di sebelah meja Keenan tidak sengaja menjatuhkan pembatas buku yang tadi dia maksud. Hampir saja diinjak oleh Rere.
"loh ini kan?"
Rere memungut pembatas buku itu yang merupakan sebuah foto dimana seorang wanita cantik yang ia kenal sedang tersenyum disana.
"tante Arini" lirih Rere, Keenan terdiam.
Foto yang tadi ada di tangan Rere beralih ke tangan Dirga. Anak itu datang lagi saat merasa miliknya ada yang tertinggal dalam novel milik Keenan. Dirga menyahut dengan sedikit kasar foto itu dari tangan Rere. Keenan sontak berdiri saat melihat Dirga menatap nyalang ke arah Rere.
"Ga, itu tante Arini?" tanya Rere.
Dirga tidak menjawab tapi nafasnya terdengar memburu dan wajahnya merah padam.
"lo tau darimana itu tante Arini?" tanya Keenan.
"jadi bener itu tante Arini?" balas Rere masih dalam mode tak percaya.
"dari mana lo tau mama gue?!" sentak Dirga.
"apa? mama lo?!" pekik Rere.
Keenan melihat sekitar. Dirasa mereka sudah terlalu berisik di perpustakaan, Keenan menarik Dirga dan Rere keluar dari tempat itu. Keenan membawa dua orang itu menuju lorong sekolah yang sepi.
"Gue tanya, dari mana lo kenal mama?!" tanya Dirga tetap dengan nada tinggi.
Keenan mengelus dada Dirga untuk meredam emosi sepupunya.
"Re, bisa lo jelasin?" tanya Keenan lebih lembut.
"gue- gue gak tau harus jelasin gimana" kata Rere gugup.
"apa susahnya sih tinggal jelasin? lo kenal mama gue dari mana? lo tau mama gue sekarang dimana? apapun yang lo tau temtang mama gue!"
"Dirga, udah. Jangan gini, gak perlu lo pake emosi"
"ini menyangkut mama, Ken!"
"iya gue tau! yang ada lo bikin Renata takut dan akan semakin gak mau ngomong!"
Rere masih terdiam. Ia hanya menyimak pembicaraan sepasang saudara ini. Ia sendiri bingung bagaimana menjelaskan ini pada mereka berdua. Terlebih kenyataan tentang Arini saat ini.
"Re, lo bisa bantu kita kan?" tanya Keenan sarat akan permohonan, Rere mengangguk.
"jelasin yang lo tau tentang mama" pinta Dirga dengan sikap dingin.
"tunggu dulu, jadi Dirga anak tante Arini?" tanya Rere.
"iya gue anak mama Arini"
Rere berusaha menyembunyikam ekspresi terkejutnya. Mengapa dunia ini begitu sempit. Padahal ia sudah tidak ingin berhubungan dengan dua bersaudara ini, tapi justru situasi menjebaknya agar berurusan dengan mereka berdua.
"maaf, gue bingung harus gimana jelasinnya" lirih Rere membuat Dirga mengeram kesal. "gue gak bisa jelasin ini ke lo, Dirga. Please, lo harus ngerti. Gue gak mau-"
"terus gimana caranya gue tau tentang mama?!" sela Dirga.
"mungkin nyokap gue bisa jelasin ke lo"
"dimana nyokap lo sekarang? gue pengen ketemu"
Keenan menahan Dirga dengan meremas pelan bahu Dirga mengisyaratkan untuk 'tidak sekarang' menemui orangtua Rere.
"gue pengen ketemu sekarang, Ken. Gue pengen tau semua tentang mama. Gue pengen ketemu mama Arini"
"iya, Ga. Tapi gak sekarang. Masih jam sekolah, kalo kita bolos yang ada kita dihukum"
"gue gak mau, gue mau sekarang!"
"Ga, jangan gini!"
"kalo lo gak mau bantu gue, pergi sana! gue bisa sendiri"
Keenan menutup matanya sejenak dan menghela nafas. Dirga akan lebih kekanakan saat marah dibanding dirinya. Ia melirik Rere untuk mengiyakan pemintaan Dirga.
"ok, gue bantu. Gue anterin lo ketemu nyokap Renata" kata Keenan.
"mama lagi di depot. Gue bakal minta mama biar pulang. Kita bisa bicara di rumah aja. Gue ikut kalian"
"makasih, Re"
***
Keenan, Rere, dan Dirga memutuskan untuk bolos siang ini. Mereka sampai di rumah Rere yang satu perumahan dengan Keenan. Dirga turun dari mobil lebih dulu. Keenan yang membawa mobil berbeda bersama Rere tidak langsung keluar.
Rere sedikit khawatir saat melihat Keenan yang menunduk dan tangannya menggenggam setir mobil kuat. Rere menepuk pundak Keenan.
"Keen, lo ok?" tanya Rere.
Keenan tersenyum di bibir pucatnya yang terlihat lebih pucat daripada tadi saat di sekolah.
"gue ok. Ayo turun"
Rere memimpin masuk ke rumahnya lebih dulu. Ia mempersilakan Keenan dan Dirga duduk di ruang tamu. Ia lantas memanggil Sekar yang ada di kamar lalu mengambil dua botol air mineral dingin untuk kedua temannya.
Sekar menyambut dua remaja itu dengan senyuman lembut. Putrinya sudah menjelaskan sedikit melalui pesan singkat yang tadi dikirim. Sekar berusaha setenang mungkin. Rere memilih duduk di samping Sekar sambil menggenggam tangan mamanya.
"kalian mau tanya apa?" tanya Sekar.
"tentang mama Arini. Aku anak kandung mama Arini, tante tau dimana mama?"
*
*
*tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Bahagia (END)
Ficção AdolescenteMenjemput kebahagiaan sebelum benar-benar tertidur