Dua Puluh Delapan

2.7K 205 12
                                    

"maaf"

"kenapa minta maaf ke papa?" pertanyaan itu justru keluar dari mulut Feri.

Keenan semakin sedih dan takut melihat raut wajah papanya yang serius.

"dek, ditanya itu dijawab" tegur Feri karena Keenan tak kunjung menjawab.

Nara tidak bisa berbuat apa-apa selain memperhatikan suami dan anak bungsunya. Apalagi Keenan sejak tadi diam sambil menatap papanya sendu. Feri lantas duduk di pinggiran ranjang sambil mengusap pelan tangan kiri Keenan yang tertancap infus.

"papa kecewa sama kamu karena kamu bersikap buruk ke teman kamu. Jadi jangan minta maaf ke papa, minta maaf ke teman kamu ya?" ujar Feri yang mendadak membuat hati Keenan juga Nara menghangat. "dek?"

"iya pa?" sahut Keenan lirih.

"denger papa ngomong gak?"

"iya denger, pa"

"yaudah sekarang istirahat, fokus sembuh dulu. Kalo udah boleh pulang langsung minta maaf ke temen kamu itu, siapa namanya?"

"Renata, mas"

"iya itu, Renata. Atau mau papa jemput aja dia biar kesini terus kamu minta maaf?"

"eh jangan pa!"

Feri dan Nara tertawa kecil melihat respon Keenan yang langsung menyanggah usulan Feri.

"masa iya aku minta maaf tapi dia yang nyamperin aku? gak etis banget" kata Keenan.

"ya makanya cepet sembuh biar cepet juga pulangnya" balas Feri sambil mengacak rambut Keenan.

"emang sehari di rumah sakit berapa sih, pa? mahal kan?" tanya Keenan dengan raut sesal yang tentu Feri dan Nara mengerti maksud dari pertanyaan anaknya itu.

"pake asuransi" jawab Feri lalu beranjak keluar sebelum Keenan berbicara yang tidak-tidak.

"kemana mas?" tanya Nara sebelum Feri keluar.

"ke kakak" jawab sang suami singkat, padat, dan jelas.

***

Keyvan menghentikan langkahnya melihat dua orang yang tak jauh dari tempatnya berdiri sekarang. Seorang perempuan dan lelaki. Terlihat jelas si perempuan enggan berbicara sedangkan si lelaki terus berbicara padanya.

"ngapain lo kesini?" sinis Megan pada Dev, sang calon suami.

"saya cuma mau nganter ini. Mama saya nitip buat kamu" balas Dev dengan tenang dan sopan.

"gak usah repot-repot. Gak bakal gue makan"

"kamu boleh buang kalo ini dari saya, tapi ini dari mama saya"

Nada bicara Dev meninggi karena merasa mamanya tidak dihargai oleh perempuan di depannya.

"gue ada jadwal konsultasi sekarang. Lo boleh pergi dan sampein ke nyokap lo, makasih"

Dev hanya menghela nafas seiring dengan kepergian Megan dari hadapannya.

Disisi lain, Keyvan juga menghela nafas melihat perlakuan Megan yang sama sekali jauh dari kata ramah pada calon suaminya. Keyvan berusaha menghalau semua pikirannya karena itu bukan lagi urusannya.

"kak?" panggil Feri yang langsung dibalas senyuman oleh Keyvan. "kenapa kamu?"

"gak kenapa-napa kok, pa. Kok papa disini?"

"iya adek kamu mulai nglantur ngomongnya jadi papa keluar aja"

"udah bangun dia? yaudah aku mau beres-beres dulu sama ganti baju. Habis itu lihat dia"

Bahagia (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang