Tiga Puluh Tiga

1.7K 197 9
                                    

Sekian lama, hampir satu bulan Keenan tidak menginjakkan kaki di sekolah. Hari ini adalah hari ke tiga ia kembali ke sekolah. Dua hari yang lalu kegiatannya di sekolah penuh dengan ulangan susulan dan mengerjakan tugas pengganti. Bagi Keenan bukan masalah karena memang itu adalah resiko yang harus ia hadapi.

"Ken, ntar latihan basket lo gak usah ikut dulu ya" kata Alfa yang sukses membuat Keenan cemberut.

"baru sembuh Ken" sahut Reza.

"iya. Gue tetep dateng tapi ya? nonton doang. Bosen di rumah. Paling gak bisa neriakin kalian yang bar bar kalo di lapangan" ujar Keenan.

"edan bener nih bocah"

Keenan nyengir tidak jelas melihat kedua sahabatnya yang menggerutu. Ia lalu kembali fokus pada buku tugasnya.

Keenan sempat berhenti sejenak. Matanya mendadak buram. Ia bahkan mengusap matanya beberapa kali sebelum akhirnya ia mendesah pelan. Sepertinya sekarang matanya yang akan rusak.

"woy bajaj bajuri, ngapa lo? ngantuk?" tanya Reza.

"nggak" jawab Keenan seadanya.

"lah tuh mata lo usap terus sampe berair kayak gitu. Iritasi tau gak? apa lagi tuh tangan lo banyak kuman ewh"

"ini gak jelas, gak bisa baca"

Reza dan Alfa saling pandang mendengar jawaban Keenan. Selanjutnya Keenan malah menjauhkan buku tugasnya lalu memijat pangkal hidungnya.

"ke UKS gih" ucap Alfa.

Tak ada jawaban. Keenan masih bertahan di posisinya. Hingga kemudian ia mendongak. Pandangannya semakin buram. Bahkan untuk menatap Alfa dan Reza yang ada di depannya.

tes

tes

"tuhkan mimisan lagi" gerutu Reza.

"ini"

Alfa dan Reza menerima sekotak tisu yang isinya sudah tinggal setengah dari tangan Rere. Keenan hanya mendesah kesal merasa mimisannya tidak kunjung berhenti. Beberapa tetes darah juga mengotori kemeja putih seragamnya.

"pulang aja Ken" kata Rere. "lo gak bisa istirahat di sekolah meskipun itu UKS"

"kalo gue pulang, yang ada istirahatnya di UGD" akhirnya Keenan bersuara.

Bagi Reza, daripada bicara panjang lebar pada Keenan lebih baik dia keluar. Bukan mencari Dirga, ia langsung menuju ruangan Feri mengingat pria itu ada di sekolah tadi pagi. Dan benar saja Reza menemukan Feri sedang berbincang santai dengan guru olahraga di lapangan.

"Pak, permisi" ucap Reza.

"kenapa nak?" sahut salah satu guru olahraga.

"anu, saya ada perlu sama pak Feri"

"iya, Za?" tanya Feri.

"Keenan mimisan di kelas banyak banget"

Feri tak bicara apapun langsung menuju kelas IPS 2 diikuti Reza dan kedua guru olahraga tadi. Pemandangan pertama yang Feri lihat adalah Keenan sedang duduk bersama Alfa dan Rere yang membantunya membersihkan darah yang masih saja keluar meski tidak banyak.

"papa?" lirih Keenan.

"kamu gak papa? sakit?" tanya Feri.

"pusing dikit"

"pulang aja ya, dek?"

Keenan menggeleng cepat. Sudah banyak pelajaran ia tertinggal. Ini hari ketiga ia sekolah setelah sebulan absen. Belum lagi bulan depan ia akan dihadapkan dengan berbagai ulangan dan ujian.

Bahagia (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang