Rere berjalan ke gerbang sekolah sambil terus memikirkan apa yang diceritakan oleh Nana padanya.
"Ken itu pengidap kanker dan satu sekolah juga udah tau dia sakit"
"Ken sama Dirga, cowok yang keliatan paling kalem diantara semuanya, anak kelas IPA 5 itu saudara sepupu. Mereka cucu yang punya ini sekolah. Sekarang yang bantu ngurus yayasan sekolah ini, papanya Ken. Sedangkan papanya Dirga itu dokter, salah satu yang nanganin Ken juga kalo gak salah"
"tapi Ken biasa aja. Dia gak mau diperlakukan istimewa"
"dia gak mau dibedain sama kita yang sehat"
"gak sekali dua kali di collapse di sekolah. Tapi kalo dia udah enakan dia juga biasa aja kayak gak ada apa apa"
"anak anak yang lain juga perlakuin dia biasa kayak orang normal"
Begitulah cerita Nana yang masih terngiang di kepalanya. Rere tak habis pikir ia bisa menemukan sesuatu yang ia pikir itu adalah tabu. Kanker, Rere pikir itu hanya cerita yang biasanya ia baca di novel atau ia lihat di film.
TIN
Rere berjingkat kaget saat klakson mobil terdengar.
"minggir dikit dong" kata seseorang yang ada di balik kemudi.
Orang itu mengeluarkan kepalanya ke jendela lalu menegur Rere yang hanya diam mengangguk lalu menepi.
"makasih" ucap orang itu sambil tersenyum lalu melajukan mobilnya.
Rere mengelus dadanya yang berdetak tak beraturan. Rasanya gugup sekali berbicara dengan seseorang yang tadi terus ia perhatikan.
"itu yang namanya Dirga?"
***
"ma!"
Seperti biasa, setiap kali pulang yang pertama diteriakkan Keenan adalah mamanya. Sekalipun tidak ada kepentingan Keenan akan tetap memanggil mamanya.
"iya, sayang? kenapa?" Nara keluar dari kamar bersama Feri.
"loh papa kok udah di rumah?" tanya Keenan saat melihat papanya hanya memakai celana pendek dan kaos.
"kenapa? nggak boleh? suka papa kerja terus? gak perhatiin kamu? kakak kamu juga butuh perhatian papa. Mama kamu, kalo nggak papa perhatiin mau kamu dapat papa baru?" rentetan kata itu keluar dari mulut Feri hingga membuat Keenan tertawa.
"apaan sih kamu mas!" dengus Nara. "Keen duduk sini"
Keenan mengikuti perintah Nara untuk duduk di sofa ruang keluarga. Tak lama Keyvan juga baru keluar dari kamar ikut berkumpul dengan orangtua dan adiknya.
"lah, kakak juga udah pulang setelah semalaman nginep di rumah sakit" ujar Keen. "jangan kerasan-kerasan di rumah sakit, nanti balikan sama mantan loh" Keyvan melotot mendengar ucapan Keenan.
"ulangin coba? gua gundulin rambut lo"
"udah pernah gundul gue, ancaman lo gak ngaruh buat gue"
Keyvan menghela nafas. Rasanya ia salah mengatakan itu pada Keenan. Tak ingin berlanjut, Keyvan memilih diam daripada adiknya salah paham.
"dek, papa mau ngomong. Mumpung lagi ngumpul" kata Feri.
"ya ngomong atuh papa" balas Keenan santai.
"tapi kamu dengeri papa" pintah Feri. "papa udah terima hasil pemeriksaan kamu. Kakak juga udah jelasin ke papa sama mama. Terus kemarin pas kamu collapse, om Ferdi saranin biar paru-paru kamu di periksa"