Tiga Puluh Empat

2K 157 33
                                    

Keyvan baru saja turun dari mobil. Ia berjalan santai menuju gedung bernuansa putih di depannya. Tangan kanannya menenteng jubah putih dan tas ransel yang bertengger di punggungnya, mirip sekali dengan mahasiswa magang. Padahal ia sudah termasuk dokter senior dibandingkan dokter-dokter muda lainnya.

bruk

"maaf" ucap seorang lelaki yang tidak sengaja menabrak Keyvan.

"iya, kali lain hati-hati. Gimana kalo pasien yang kamu tab...brak"

Keyvan sama terkejutnya dengan lelaki itu yang ternyata adalah Revan Devara. Keyvan tak ambil pusing, dia menunduk lalu pergi begitu saja.

"dokter Key?" panggil Revan yang membuat Keyvan mau tak mau menghentikan langkahnya dan berbalik. "bisa bicara sebentar?"

Keyvan menatap kosong segelas mocha yang ada dihadapannya. Berbeda dengan Revan yang sejak tadi memerhatikan Keyvan dari ujung kaki sampai kepala.

"saya gak punya banyak waktu. Ada perlu apa?" tanya Keyvan memecah keheningan.

"saya udah kehabisan akal untuk meluluhkan hati Megan. Saya pikir saya bisa, ternyata nggak. Saya cuma mau tanya itu ke kamu" ujar Revan membuat Keyvan tersenyum hambar.

"saya kasihan sama kamu karena terlibat takdir hubungan saya dengan Megan"

"harusnya saya yang kasihan sama kamu karena kamu. Kita berdua sama-sama menjadi korban kelicikan seseorang"

Mata Keyvan memicing mendengar ucapan Revan. Ia benar-benar tidak mengerti dengan apa yang dibacarakan lelaki ini.

"saya juga sebenarnya gak ada perasaan sama Megan. Tapi status saya saat ini adalah tunangan dia. Saya harus tanggung jawab dengan posisi ini. Mau tidak mau saya harus menyayangi dan mencintai Megan"

Tangan Keyvan terkepal kuat mendengar tuturan Revan. Entah mengapa rasanya disini Megan seperti tidak ada gunanya dan tidak berharga.

"anggap saja saya brengsek, saya akan menerima itu" ucap Revan.

"sebenarnya tujuan kamu bicara sama saya apa?" tanya Keyvan yang sebenarnya sudah dongkol sejak tadi.

"saya mau menyudahi kesalahpahaman ini. Saya gak nyaman dibenci karena suatu hal yang bahkan saya gak lakuin hal itu"

"terus kamu mau saya lakuin apa? kamu mau saya percaya sama kamu?"

"itu hak kamu. Tapi kamu harus tau kalau Aila menyukai kamu"

"apa?! kak Aila?!"

Keyvan rasanya dibungkam saat itu juga. Aila adalah kakak kandung Megan. Bagaimana bisa Revan mengatakan itu padanya. Keyvan tak ingin bicara, ia lebih memilih Revan melanjutkan pernyataannya tadi.

"Aila yang menyebarkan rasa benci orangtuanya ke kamu. Dia bilang kamu tidak bisa bertanggung jawab ke adiknya, dia bilang kamu tidak bisa diandalkan dan banyak menyakiti Megan. Karena dia tidak mau kamu dimiliki oleh orang lain. Dia cemburu dengan adiknya sendiri"

"kamu bohong?"

"saya sudah bilang, percaya atau tidak itu adalah hak kamu. Saya cuma mau kamu tau apa yang sebenarnya terjadi. Bukan saya merebut Megan dan memfitnah kamu. Saya juga punya seseorang yang akan saya jadikan pacar saat itu. Saya anak tunggal, kemauan orang tua saya harus saya lakukan. Saya nggak mau mereka kecewa. Maaf, dokter Key"

"saya gak tau harus gimana setelah dengar cerita kamu. Apa saya bisa ikhlas atau belum. Tapi terima kasih dan kamu gak perlu minta maaf"

Keyvan berdiri dari duduknya. Ia sudah akan pergi. Rasanya sudah cukup mengetahui ini.

Bahagia (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang