Sepuluh

2.9K 230 9
                                    

Keenan dan Dirga memilih duduk di balkon, membiarkan ketiga teman mereka tidur pulas di dalam. Hujan sudah reda namun langit masih terlihat mendung. Keenan merapatkan selimut yang menutup tubuhnya.

"kalo masih sakit tuh gak usah maksa pulang" gerutu Dirga dengan sikap dingin khasnya.

"kemaren gue udah gapapa, makanya gue mau pulang. Mana tau kalo sekarang gini lagi" balas Keenan.

"masuk aja tidur sama mereka"

"nggak bisa tidur"

Dirga meletakkan ponselnya yang sejak tadi ia mainkan. Ia menatap sepupunya itu. Sedangkan yang ditatap bergidik ngeri.

"apaan liat gue?" protes Keenan.

"gue kok gak suka lo deket sama Renata" ujar Dirga lirih.

"hah?"

"Renata ingetin gue sama mama Arini"

Keenan diam. Menerka maksud ucapan Dirga. Keenan memang tidak begitu ingat wajah mama kandung Dirga yang pergi. Ia sama seperti Dirga yang hanya tau melalui foto. Mungkin benar jika Rere sedikit mirip dengan Arini.

"kalo lo deket sama Renata, gue juga semakin sering liat dia. Emang sih gak mirip mirip banget, tapi sekilas bikin gue inget mama"

"lo lagi kangen sama tante Arini, gue paham kok"

"mama sekarang dimana ya?"

Tangan Keenan yang sejak tadi memegangi selimut beralih menepuk pundak Dirga. Ingin memberikan kekuatan untuk Dirga.

"gue mau cari mama, Ken"

Keenan tertegun. "terus tante Inar?"

"mama Inar juga mama gue. Jangan bilang mama sama papa. Gue cuma pengen ketemu mama Arini, sehari, sejam atau semenit gapapa"

"gue bantu"

***

Rere ikut membantu mama dan papanya packing dengan terburu-buru. Sesekali mendengar isakan pelan yang keluar dari bibir mamanya.

"ma, udah ya? tenang" Rere mengusap pundak mamanya.

"kita harus ikhlas" tambah Ramon, papa Rere yang kini memeluk Sekar sang istri.

"Arini itu sahabat aku mas. Dia dulu yang selalu bantu aku waktu aku sekolah. Dia udah kayak saudara aku" isak Sekar dipelukan Ramon.

Rere tak tega melihat ibunya menangis. Beberapa jam yang lalu saat di depot Sekar mendapat telepon dari anak sulungnya di Padang yang memberi kabar duka perihal kematian sahabat baik Sekar. Akhirnya Ramon memesan tiket pesawat saat itu juga untuk mengantar Sekar bertakziyah.

"pesawatnya sejam lagi berangkat. Ayo, ma" ajak Ramon. "kamu nggak papa kan di rumah sendiri?" tanya Ramon sambil mengelus surai sang putri.

"gapapa, pa. Aku malah nggak tega kalo mama ke Padang sendirian. Salam ke mas Bayu aja"

Rere memeluk mama dan papanya yang akan berangkat. Ia tidak mengantar sampai ke bandara. Sekarang dia sendirian di rumah. Entah kenapa tiba-tiba muncul Keenan di pikirannya.

"kok gue inget Keenan sih" gumam Rere.

Ia lalu menggelengkan kepala. Melanjutkan aktivitas belajarnya yang tadi sempat tertunda karena melihat mamanya pulang dari depot sambil tersendu. Padahal saat dia ke depot mamanya baik-baik saja.

ting

Keenan Adiputra :
lagi sibuk nggak? temenin gue di indo***** dong.

Bahagia (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang