Dua Puluh Sembilan

2.6K 207 19
                                    

"Keen/Re?"

Mereka sama-sama tertegun karena secara bersamaan memanggil satu sama lain. Dirga yang sebenarnya mendengar keduanya, memilih berpura-pura untuk acuh. Padahal ia menguping.

"ladies first" ucap Keenan.

"ok, gue minta maaf karena lancang ke rumah lo dan ngomong apa yang seharusnya gak gue omongin. Maaf bikin lo tersinggung. Jujur, gue gak ada maksud untuk itu" ujar Rere.

"gue yang salah. Jangan minta maaf lagi ya, Re? Gue yang harusnya minta maaf. Gue gak hargain lo sama sekali. Gue gak bisa liat niat baik lo dan malah bentak bentak lo, bahkan ngusir lo. Gue minta maaf. Dan gue harap lo masih mau temenan sama gue"

"lo ngomong apasih? ya jelas mau lah. Tapi gue takut lo marah"

"enggak akan. Gue udah minta maaf dan akan berusaha gak ngulangin kesalahan yang sama"

Rere tidak bisa menyembunyikan senyuman bahagia dari bibirnya. Keenan pun sama. Setelah ia minta maaf, perasaannya begitu lega. Bahkan jalur pernafasan yang tadi sedikit sesak, kini begitu longgar dan terasa ringan.

"yeu... udah baikan nih ye" ledek Dirga sambil berdiri.

"mau kemana lo?" tanya Keenan sedikit nyolot karena tidak terima dengan ledekan Dirga tadi.

"mau ketemu papa bentar. Nanti balik lagi sini" jawab Dirga.

"jangan lama-lama, Ga" pesan Rere.

"tenang. Gausah takut, Keenan gak bisa makan lo. Dia angkat leher aja kesulitan"

"diem lo, bangsat emang!" erang Keenan yang lagi-lagi tidak terima.

"heh dek, kalo ngomong yang baik baik aja. Masih mau kualat lo?"

"bangsat lo!"

Dirga meninggalkan ruangan Keenan dengan gelak tawa. Rere ikut tertawa pelan melihat Keenan yang jengkel karena ledekan Dirga. Hening sejenak, sebelum Rere memulai obrolan mereka.

"lo ok?" tanya Rere.

"kalo gue ok, gue gak bakal disini Re. Gue denger dari dokter sih katanya imunnya turun sama tekanan darah gue rendah. Tapi gak tau ini dada gue juga sakit"

"Keen... kenapa gak kemo?"

Keenan terdiam. Bingung juga harus bagaimana lagi menjelaskan. Semuanya terus saja membahas tentang kemo.

"ini bukan yang pertama kali gue sakit. Gue udah pernah ngrasain gimana kemo, itu sakit banget. Sumpah gue gak boong" jelas Keenan dengan santainya.

"tapi itu cara biar lo bisa bertahan Keen"

"Re, apa lo masih-"

"gue gak tau tentang perasaan gue sendiri. Tapi yang gue tau, gue mau lo baik-baik aja dan gak akan pergi sampai kapapun itu"

"maaf ya, Re? gue punya perasaan sepihak buat lo. Tapi gue tau sebesar apa perasaan itu, gue gak bisa melangkah lebih jauh. Gue takut gue akan ninggalin orang yang gue cinta sewaktu-waktu. Itu juga alasan gue gak pernah bisa balas perasaan Silfia. Tapi justru gue yang jatuh cinta sama lo, Renata"

"makanya lo harus kemo, lo harus sembuh"

Keenan terpaku tanpa sadar air matanya pula ikut jatuh. Keenan juga ingin sembuh dan bisa hidup normal. Tapi ia cukup tau bahwa tubuhnya tidak sanggup. Menjelaskan hal itu cukup sulit.

"Keen, semuanya pengen lo sembuh. Orangtua lo, kak Keyvan, keluarga lo yang lain, temen-temen, juga gue. Kita pengen lo sembuh"

"Re, maaf. Tapi gue gak bisa untuk lakuin itu"

Bahagia (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang