Tiga Puluh Sembilan

1.8K 146 7
                                    

Keyvan tersenyum senang melihat Keenan yang begitu semangat karena hari ini dia sudah diperbolehkan pulang. Keenan juga sudah berganti pakaian, tidak lagi menggunakan piyama rumah sakit.

"kak, lama gak nunggu dokter haris?" tanya Keenan.

"gak sampai sejam, sabar dulu ya. Sekalian nunggu papa jemput" jawab Keyvan. "bosen?"

"iya. Gue keluar gak papa?"

"iya udah jangan jauh-jauh. Bawa hp juga"

Keenan berkeliling di lantai satu. Menyapa orang-orang yang dia kenal. Hingga Keenan ingat, dia belum bertemu Dafi hari ini. Keenan berniat mengunjungi Dafi dan berpamitan karena ia keluar masuk lebih dulu. Selain itu Keenan ingin memberi semangat Dafi menjelang kemo pertamanya.

bruk

"maaf, gak sengaja" sesal Keenan karena tak sengaja menabrak orang di depannya.

Orang itu membelakangi Keenan, sedangkan Keenan tadinya asik menyapa pasien yang ia kenal hingga tak memerhatikan jalan. Alhasil ia menabrak orang yang membelakanginya dan hampir saja ponsel di tangan orang itu jatuh.

"maaf-" ucapan Keenan terpotong melihat orang itu berbalik.

"adik... dokter Key?" tanya orang itu ragu.

Keenan sontak menatap orang itu yang ternyata adalah Revan dengan tatapan tak suka dan penuh kebencian.

"kamu gak papa?" tanya Revan.

"gak, gue gak papa" jawab Keenan.

Revan menghela nafas mendengar bagaimana Keenan berbicara dengan sedikit tidak sopan padanya.

"bukannya kamu lagi sakit? kok jalan-jalan? atau mau pulang?" tanya Revan seramah mungkin.

"bukan urusan lo"

"Keen?"

Keenan dan Revan mengalihkan perhatian mereka pada Megan yang nampak berlarian kecil ke arah mereka. Megan menatap Revan penuh tanya, sedangkan yang ditatap hanya mengendikan bahu.

"kamu ngapain disini?" tanya Megan.

"kakak mau ketemu orang ini?" selidik Keenan tanpa mengindahkan pertanyaan Megan. "oh iya, lupa. Dia kan calon suami kakak. Jadi sah sah aja kalo kak Megan ketemu sama dia"

Megan menghela nafas. Ucapan Keenan terdengar sebagai sindiran. Ia ragu menatap Revan yang hanya bersikap biasa saja, memaklumi Keenan yang tak tau apa-apa mengenai kisah mereka dan Keyvan.

Lagipula Revan tidak ambil pusing. Nampak sekali Keenan sangat menyayangi Keyvan, bahkan juga Megan. Adik yang baik tak akan rela kakaknya disakiti.

"err, kamu udah sehat? udah mau pulang ya?" tanya Megan mengalihkan pembicaraan.

"udah, tapi mau jenguk temen aku. Yaudah maaf ganggu waktu kalian berdua"

Keenan berlalu. Namun baru beberapa langkah Keenan berhenti. Ia melihat dokter Vanya dan beberapa perawat berlarian.

"Dafi"

Keenan ikut berlari. Ia yakin Vanya dan perawat lainnya tadi menuju ruang rawat Dafi.

"Keen jangan lari!" tegur Megan, khawatir.

Ia sudah akan mengikuti Keenan tapi ada sebuah panggilan dari bangsal. Megan bingung.

"kamu ke bangsal" suruh Revan.

"tapi..."

"ini pekerjaan kamu, kewajiban kamu gak bisa ditinggal"

"Dev, tolong ikutin Keenan. Kamu simpen nomer dokter Key kan? telfon dia, perasaan aku gak enak"

Bahagia (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang