Empat Puluh Empat

1.2K 152 6
                                    

Hari minggu, tidak ada yang special. Keenan ingin istirahat hari ini agar besok tubuhnya bisa lebih segar. Ujian telah selesai dan senin besok adalah hari terakhir Keenan sekolah. Ia sudah siap dengan dokumen pengunduran diri dari tim basket, mengemas beberapa buku di loker kelas dan koridor. Mungkin juga pidato singkat untuk kawan sekelasnya.

Tanpa terasa air matanya menetes begitu saja. Tatapannya tertuju pada jendela yang masih tertutup gorden. Keenan mengusap air mata yang tadi menetes, tidak banyak namun sudah cukup terlihat. Ditambah hidungnya yang memerah.

"Bisa sembuh gak ya? Kalo temen-temen kuliah gue gak punya ijazah SMA gimana daftarnya" gumam Keenan penuh harap namun juga pasrah.

Tok tok tok

"Keen, udah bangun belum?"

Keenan beralih menatap pintu yang masih terkunci. Ia baru ingat mengunci pintu kamarnya semalam, pantas saja jendela masih tertutup rapat. Biasanya Feri akan membuka gorden jika sudah pagi.

Dengan langkah gontai ia menuju pintu. Suara Dirga sudah menggema sejak tadi. Padahal ini hari minggu dan masih pukul delapan pagi.

"Berisik" ucap Keenan begitu pintu terbuka.

"Nangis lo? Itu hidung merah gitu. Mimisan?" Tanya Dirga.

"Nggak. Iya nangis tadi" jawab Keenan jujur mengundang tawa kecil dari Dirga.

"Napa lu?"

"Pusing, mual banget. Udah sana, gue mau mandi dulu"

"Eh gak usah mandi" cegah Dirga saat Keenan hendak melangkah. "Ada tamu"

"Ya kali ada tamu gue belum mandi"

"Ck, beneran gausah mandi. Ayo turun"

"Gak ah, gue bau ini.. apalagi kemaren malem habis muntah. Belum mandi, jijik sendiri gue"

"Kenapa ribut ribut?"

Keenan dan Dirga mengalihkan atensi mereka pada suara tegas seorang pria. Keenan terperangah melihat pria tua yang masih berdiri gagah di hadapannya sedangkan Dirga tersenyum lebar melihat ekspresi sepupunya ini.

"Kakung!" Seru Keenan lalu menghambur memeluk eyang kakungnya. "Kangen banget"

"Iya kakung juga kangen kamu"

Pria yang merupakan ayah kandung dari Feri dan Ferdi ini adalah Hermawan Adiputra, tentu saja kakek dari Keenan, Keyvan, dan Dirga.

"Do you miss me?" Kali ini suara perempuan yang Keenan yakin adalah Widi, eyang uti.

"Uti... ya jelas kangen banget. Pokoknya kangen kakung sama uti pake banget" ujar Keenan kali ini memeluk uti. "Dirga lo gak kangen apa?"

"Sorry bro, kemaren udah manja majaan. Malah bobok bareng sama kakung sama uti di kamar gue" jelas Dirga.

"Loh?! Maksudnya uti sama kakung udah dari kemarin di Indo?" Tanya Keenan berapi-api.

Uti tersenyum lalu mengangguk.

"Curang! Kenapa kesini sekarang? Kenapa nggak kemarin?!" Protes Keenan.

"Kan mau ngasih kejutan kamu sama Keyvan" balas uti.

"Pasti udah ketemu kakak, iya kan? Aku terakhir ini. Jahat semua"

"Udah ah, nanti ngobrol lagi. Tadi kakung denger kamu mau mandi? Mandi gih, habis itu sarapan. Belum minum obat juga kan?" Kata kakung sambil mengelus surai Keenan.

"Mau uti mandiin?" Goda uti.

"Ih gak mau gak suka gelay... aku udah gede" balas Keenan.

"Apanya gede Ken?" Sahut Dirga.

Bahagia (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang