satu

10.1K 381 10
                                    

Keenan

seseorang yang sederhana namun spesial. Untuk papa, mama, kakak, juga keluarga lainnya. Untuk sahabatnya juga untuk semua orang yang menyanginya.

Keenan, tujuh belas tahun. Remaja yang justru lebih kuat dari remaja seusianya. Namun juga rapuh di balik kekuatannya.

Keenan tidak ingin apapun. Ia hanya ingin bahagia dengan caranya sendiri. Meski ia harus terkurung dalam rasa takut tiap kali ia tertidur. Dirundung rasa waspada tiap kali ia bernafas.

Keenan hanya ingin hidup sebagaimana ia harus hidup sewajarnya. Tidak ada Keenan yang istimewa atau selalu nomor satu.

***

"dek nanti ke rumah sakit minta anter pak Yudi aja" Suara Keyvan mengintrupsi Keenan yang sedang asik mengoperasikan gadgetnya sambil memangku setoples wafer coklat.

"nggak, kan gue pake motor nanti. Kalo minta anter pak Yudi malah kasihan ntar bolak balik" balas Keenan seadanya.

"Keen, plis deh lo nurut sehari aja"

"kak Key, plis deh lo jangan marah marah sehari aja"

Keyvan hanya mengendus sebal dengan ulah adiknya yang justru membalasnya dengan kalimat yang sama. Walaupun juga pada akhirnya Keyvan selalu menuruti adiknya meski harus marah marah lebih dulu. Tak urung Keyvan merapikan pakaiannya dan menenteng jas putih keluar dari kediaman keluarga Adiputra.

"ma, Keyvan berangkat dulu" pamit Keyvan setengah berteriak.

"iya, sayang"

"oh ya, ma. Pastikan anak kesayangan mama itu buat ke rumah sakit"

"iya iya. Tanpa kamu suruh juga pasti mama ingetin. Kalo perlu mama seret sekalian" ujar Nara, mama Key dan Keen.

"itu KDRT namanya!!!" sahut Keen dari dalam rumah membuat mama dan kakaknya tertawa geli.

***

Keenan memarkirkan motornya di samping mobil hitam yang sudah terparkir rapi di halaman gedung olahraga SMA Cendekia. Pemandangan pertama yang Keenan lihat adalah si kulit bundar berwarna orange yang sudah dimainkan oleh ketiga temannya.

Tanpa ragu Keen memasuki arena dan merebut bola basket itu dilanjutkan dengan shooting yang cantik dari seorang Keenan Adiputra. Ketiga temannya hanya berkacak pinggang.

"ngapain lo disini? latihan masih sejam lagi?" tanya Dirga yang baru saja memasuki arena.

"lo sendiri ngapain disini? kan latihan masih sejam lagi?" balas Keen.

Lagi lagi lawan bicara Keen hanya berdecak sebal.

"kalo ditanya jawab yang bener, dadang!" sahut Andre dari bangku pemain.

"ya kan gue udah jawab bener, kak. Kan juga pas. Ada Dirga, Rian, Alfa, Reza, gue. Nah pas lima kan?" balas Keen pada kakak kelasnya itu.

"Keen" panggil Dirga pada Keenan. "tadi kak Key bilang lo mau ke rumah sakit. Kalo sekarang lo main basket terus ntar waktu lo check up keadaan lo lagi kecapekan yang ada hasilnya buruk. Lo yakin udah siap disuruh pensiun sama om Feri?"

Mendengar ujaran Dirga yang sudah membawa nama sang papa membuat nyali Keenan menciut. Apalagi membawa embel embel pensiun Keenan tidak bisa membayangkannya. Keenan selalu bergidik ngeri mendengar ancaman itu. Tapi Keenan tetaplah Keenan, jika belum puas maka dia tidak akan berhenti.

"yaudah iya, main setengah lapangan aja" putus Keenan final.

"Keen!" sentak teman-temannya serempak membuat Keenan semakin tertawa.

Bahagia (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang