Keenan merasa perutnya seperti diaduk-aduk dan pening yang teramat sangat. Bahkan bulir-bulir keringat sudah membasahi sekitaran dahi dan pelipisnya. Ia tidak bisa tumbang sekarang, Keenan harus bertahan. Ia lega saat sambungan telponnya diterima oleh seseorang disana.
"kak?"
"kenapa Ken?"
"jemput gue di rumah Renata. Di komplek C rumah nomer tiga dari portal. Gausah bawa mobil atau motor, minta anter pak Yudi"
"lo kenapa? lo baik-baik aja kan?"
"iya gak papa, pokoknya cepet kesini. Sekarang!"
Keenan mematikan sambungan telponnya secara sepihak. Ia menyeka keringatnya dan menghembuskan nafas berusaha menghalau rasa mual dan pusing yang mendera. Keenan kembali masuk ke ruang tamu dimana Rere dan Sekar juga Dirga yang sedang menangis tersendu berada.
Rere tau ada yang salah dari Keenan. Anak itu sedang tidak baik-baik saja. Keenan mendekati Dirga yang sejak tadi menunduk dalam. Ia menepuk pelan pundak Dirga untuk menguatkan sepupunya.
Tak lama suara bel pintu berbunyi yang Keenan yakini adalah Keyvan. Rere membuka pintu dan benar saja Keyvan datang dengan raut cemas. Rere mempersilakan masuk dan Keyvan buru-buru masuk. Ia melihat Keenan dan Dirga duduk bersebalahan. Keenan menatap Keyvan memberikan kode untuk menenangkan Dirga. Keyvan semakin bingung saat melihat wanita yang ia yakini adalah mama Rere suka berderai air mata.
Keyvan berjongkok di depan Dirga, mengusap rambut Dirga yang sedikit basah.
"hei, kamu kenapa?" tanya Keyvan. "Dirga, aku lagi ngomong. Dengerin coba"
Dirga mendongak.
"kenapa?"
"mama, kak"
"mama?"
"mama Arini..."
Sekar mengeluarkan album foto kecil yang saat dibuka membuat Dirga dan Keenan terkejut. Semua berisi foto Sekar dan Arini.
"saya kenal Arini saat itu di Padang. Dia bantu saya waktu saya diusir sama majikan. Arini yang memperjuangkan keadilan untuk saya, hingga saya merasa sangat berhutang budi pada dia"
Dirga tidak mengalihkan pandangannya sedikitpun dari album foto itu dan tetap mendengarkan cerita Sekar.
"banyak yang sudah kami lalui sampai akhirnya saya tau Arini cerai dari suaminya dan meninggalkan seorang putra demi lelaki lain. Saya sempat marah sama mama kamu karena yang saya pikirkan adalah anak dia, yaitu kamu yang masih bayi"
"sekarang mama dimana tante? aku bisa ketemu mama kan? tante mau bantu aku kan?"
Arini menatap Rere sebelum lanjut berbicara. Ia mengambil album foto dari pangkuan Dirga. Wanita itu menggenggam tangan Dirga dan menatapnya penuh arti dengan mata yang berkaca-kaca.
"mama kamu udah pergi. Arini meninggal satu bulan lalu"
Bagai dihantam ribuan ton batu. Hati Dirga terasa remuk saat itu juga. Dunianya runtuh dalam sekejap mata. Keenan langsung merangkul pundak Dirga meski dirinya juga terkejut, sedih dan entah apa lagi yang ia rasakan. Ini semua terasa mendadak.
"gak mungkin! pasti Arini yang meninggal itu bukan mama aku. Tante salah"
"sayang, saya tau kamu pasti akan seperti ini. Tapi kamu harus ikhlas"
"aku belum ketemu mama! gak mungkin mama meninggal!"
"kenyataannya kayak gitu, Ga!" sentak Rere. "sebulan lalu pas gue bantu Keenan yang lagi sakit, mama sama papa pergi ke Padang buat makamin nyokap lo. Tante Arini udah gak ada, tolong ikhlasin dia biar tante Arini juga tenang disana"