Nana mengajak Rere ke kantin sekaligus berniat mengadakan tur gratis ala ala untuk menyambut Rere. Tak disangka mereka akrab dengan cepat.
"Na, ke kantin sama gua yuk?" ajak Alfa.
"ogah" jawab Nana. "Eh Ken, buku lo" Nana menyerahkan sebuah novel yang minggu lalu dia pinjam dari Keenan.
Sekadar info, Selain bermain basket Keenan juga senang membaca. Tak hanya Nana, beberapa teman sekelas atau luar kelas sering meminjam novel pada Keenan.
"Na yang ngajak ngomong gue, yang dijabanin cuma Ken" gerutu Alfa.
"makanya lo punya buku yang banyak kayak Keenan" sahut Reza mengejek.
"lo mah boro boro beli buku, pulsa aja ngutang" tambah Keenan membuat Alfa semakin dongkol.
Nana hanya bergidik melihat wajah memelas Alfa yang kini menatapnya. Sungguh rasanya Nana ingin memukul wajah Alfa yang menggelikan itu.
"lo..." ucap Rere sambil menunjuk Keenan.
"Keenan, panggilnya Keen atau Ken aja biar gampang" jawab Keenan sambil tersenyum.
"iya, yang semalam-"
"hampir nabrak lo"
"apa?!" pekik Alfa dan Reza bersamaan.
"biasa aja kali" dengus Keenan.
"lo gak papa kan Ken? gaada yang lecet?" tanya Alfa sedangkan Reza mengguncang tubuh Keenan sambil memeriksa apakah ada yang terluka.
"hampir nabrak dodol. Gue gak papa, lagian Rere yang hampir celaka. Untung aja hampir"
"maaf ya? tapi lo beneran gak papa kan? gue kepikiran kemaren lo pulang dalam keadaan kayak gitu"
"kayak apa Re?"
"itu dia..."
"udah jangan pada alay. Gue gak papa, ok?"
"gak papa tapi collaps, keren lo" sergah Dirga yang baru saja datang dengan Rian.
Mendengar kata collabs yang diucapkan Dirga membuat Rere semakin tidak enak hati dengan Keenan. Tapi Reza dan Alfa menunjukkan ekspresi terkejut.
"Na!" panggil seorang gadis pada Nana.
"Eh Sil, kenalin murid baru. Temen sebangku gue" kata Nana.
"halo, gue Silfia" kata Silfia dengan nada ceria khasnya sambil menjabat tangan Rere.
"halo, gue Rere" balas Rere ramah.
"hai Keen" sapa Silfia pada Keenan.
"hai" balas Keenan.
Tak ingin berlama-lama di kelas karena sudah datang gadis yang tergila-gila padanya, Keenan menggiring sepupu dan teman-temannya keluar kelas.
***
Keyvan menyapa setiap pasien yang ia kenal dengan ramah di kantin rumah sakit. Masih mengenakan baju operasi, Keyvan mengisi perutnya untuk makan siang. Kantin nampak ramai membuat Keyvan sedih. Tentu saja sedih, karena itu artinya rumah sakit sedang ramai orang sakit. Entah yang sedang di kantin itu pasien atau keluarga. Keyvan sangat tau bagaimana rasanya.
Ia mengedarkan pandangan mencari tempat kosong hingga menemukan satu meja yang hanya ditempati oleh satu orang, dokter Megan.
"boleh duduk disini? rumah sakit lagi rame soalnya" kata Keyvan.
Megan, dokter muda spesialis anak yang seumuran dengan Keyvan itu hanya menatap kagum seorang Keyvan Adiputra mau bicara dengannya.
"dok?" panggil Keyvan lagi membuyarkan lamunan Megan.