chapter 3

12.2K 1K 212
                                    

*

*

*

"Pak saya mohon pak, maafin saya." mohon Kana lagi sambil menahan tangisnya.

"Kamu tidak salah, tapi saya memang harus memecat kamu, sekarang kamu rapihkan semua barang-barang kamu dari meja, lalu setelah itu kamu boleh pulang." ucap Mew dengan tegas dan wajah arogannya.

"Tap-"

"Tidak ada tapi-tapian, saya pemilik perusahaan ini dan saya bisa melakukan apapun yang saya inginkan." ucap Mew memotong perkataan Kana.

"Baiklah pak, tapi bagaimana dengan uang pesangon saya pak?" tanya Kana penuh harap.

"Kamu akan mendapatkan semua hak kamu. Nanti sore, akan ada orang kantor yang datang kerumah kamu untuk nganterin uangnya." jawab Mew sambil menatap kearah Kana yang tertunduk. Ia tau jika Kana sedang mati-matian menahan tangisnya. Ia juga tau jika Kana sedang tidak enak badan karena tengah mengandung buah hatinya.

Namun tak ada pilihan lain, ia harus memecat Kana karena tidak ingin mengambil resiko besar.

"Baik pak, kalau begitu saya permisi dulu." pamit Kana yang langsung keluar meninggalkan ruangan bosnya tanpa menoleh.

Setelah keluar dari ruangan bosnya, Kana yang lemas dan sedih pun menyandarkan tubuhnya kedinding. Ia menangis terisak meratapi nasibnya yang malang. Sungguh kesialan yang bertubi-tubi ia alami. Sudah hamil tanpa tau ayah dari sang jabang bayi, ditambah lagi ia juga dipecat dari pekerjaannya.

"Gimana nasib Bunda, Ayah, Gina sama Gio, gimana gue bisa ngumpulin uang buat oprasi mata Gina hikss..." tangis Kana frustasi.

"Na, lu kenapa na?" tanya Bright yang memang sengaja akan menghampiri Kana. Bright yang melihat tubuh Kana terlihat lemas pun langsung memapah Kana dan membawanya duduk dikursi tunggu depan ruangan bosnya.

"Gue dipecat Bri. Hikss... Ortu gue sama adek-adek gue gimana, hidup kenapa kejam banget sih sama gue. Gue salah apa sih Bri, tuhan kok ngehukum gue kejam banget." tangis Kana memeluk Bright.

"Hustt, lu ngomong apa sih Na, udah-udah jangan nangis. Nanti kalo lu nangis terus malah sakit, kalo lu sakit nanti gimana sama Gina, ayo semangat Na. Udah jangan diambil pusing, gue janji deh bakal bantu lu cari kerjaan baru." ucap Bright menenangkan sahabatnya.

"Gue stress Bri, rasanya gue mau mati aja serius. Hikssss.."

"Ngomong apa sih lu, udah yuk gue anterin pulang. Biar nanti meja lu si Mild yang beresin." ajak Bright sambil membantu Kana bangkit dari duduknya.

"Tapi Bri, gue belum pamit ama semuanya." ucap Kana menahan tangan Bright.

"Bisa besok Na, sekarang tuh badan lu udah lemes banget. Si Bow juga udah cerita tentang lu ke gue sama Mild, buat masalah itu lu sabar dulu ya, nanti kita fikirin bareng-bareng jalan keluarnya, yang penting sekarang lu pulang dulu biar bisa istirahat. Nanti pas pulang kerja gue sama yang lain kerumah lu deh." jawab Bright sambil memapah sahabatnya keluar meninggalkan kantor tersebut.

🌞❤🌻❤🌞❤🌻❤🌞❤🌻❤🌞❤

Sesampainya dirumah, Kana langsung masuk kedalam kamarnya. Ia merebahkan tubuhnya lalu mencoba memejamkan kedua matanya. Untung saja kedua orang tuanya dan adiknya sedang tidur siang dengan pulasnya dikamarnya masing-masing. Jadi Gulf bisa masuk kedalam kamarnya tanpa banyak pertanyaan dari semua keluarganya.

"Ya tuhan, ijinkan aku mengistirahatkan tubuhku, fikiranku dan hatiku.. Jika perlu, jangan kau bangunkan lagi aku dari istirahatku." doa Kana dengan air matanya yang mengalir dipipi.

BIG BOSS (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang