Bahagia 3

84 10 0
                                    

"Apa aku masih belum boleh pulang?" Tanyaku pada Hoseok yang memang beberapa hari selalu menemani ku di rumah sakit.

"Besok, kenapa?"

"Aku hanya bosan"

Tak ada jawaban yang Hoseok berikan untuk merespon ucapan ku. Hening mulai menyelimuti tempat ini. Hanya detak jam yang menempel di dinding lah yang menjadi satu satunya sound.

Jangan tanya, Hoseok sedang apa. Ia sedang sibuk dengan ponsel pintarnya. Sebenarnya tak ada bedanya antara adanya Hoseok diruangan ini, karena memang tak ada komunikasi yang berarti diantara kami.

Tak tahan dengan kesunyian yang kami ciptakan, aku berinisiatif untuk mengungkapkan apa yang menjadi pikiran ku beberapa hari

"Hoseok-ah" Panggil ku pelan.

Lelaki itu mengangkat kepalanya dan mengalihkan pandangannya kepadaku "bagaimana kalau aku tak ingin hamil?"

Tubuh Hoseok langsung menegak dan mulai berjalan kearah ku. Aku tau pasti apa yang ku ungkapkan akan membuatnya terkejut. Tapi bukan kah lebih baik memang seperti itu?

Bayangkan saja bagaimana nasib anak yang dikandung ku saat ayah biologisnya tidak mau menerimanya atau bahkan tidak mengetahui keberadaannya.

"Noona, kepalamu sepertinya terbentur saat pingsan. Akan aku minta dokter memeriksa mu menyeluruh lagi"

"Aku sudah tidak apa apa Hoseok-ah. Jangan menunda nunda kepulangan ku, ya? " Ujar ku sedikit panik. Aku sudah tak tahan berada dirumah sakit ini, kalau seandainya Hoseok meminta dokter memeriksa ulang tubuh ku bisa bisa aku harus tinggal lebih lama lagi diruangan yang beraroma khas obat ini.

"Tapi kepalamu sepertinya terluka, sampai sampai kau menjadi wanita kejam, yang mau menggugurkan darah daging mu sendiri"

Tubuh ku membeku mendengar ucapan Hoseok. Rasanya aku ditampar kenyataan bahwa aku bukan ibu yang baik untuk bayiku, belum lagi bayi ini lahir kedunia aku sudah berniat membunuhnya.

"Tapi bagaimana kalau ayahnya tidak menginginkannya?"

"Saat ini saja dia sudah meninggalkanmu, apa dengan kenyataan itu kau masih berharap dia kembali?"

"Tidak, hanya saja bukankah dia perlu tau?"

"Untuk apa? Mencegah terjadinya berita yang beredar? Dan dia kembali padamu? Ayolah Noona, kau tidak bodoh kan?"

Nafasku, ku hembuskan perlahan. Andai Hoseok tau apa yang ku rasakan, pasti ia tidak akan mengatakan hal sekasar itu.
Menanggung semuanya sendirian, itu cukup berat untukku.

"Hallo" Sapa Kak Ji Woo tiba tiba hadir diantara aku dan Hoseok "wah sepertinya kakak datang diwaktu yang tidak tepat. Kakak keluar dulu saja ya, kalian lanjutkan dulu perbincangan kalian" Pamit Kak Ji Woo.

Namun belum sampai Kak Ji Woo membuka pintu kamar inap ku, Hoseok sudah menginterupsinya "gak perlu Kak. Kami sudah selesai berbincang"

"Kalian yakin?"

"Yakin" Jawab Hoseok mantab.

"Aku titip dia sama Kakak ya" Tambah Hoseok.

"Oke"

"Aku harus ke kantor. Aku tak mau mendengar membahas yang tadi lagi" Ucapnya pada ku sambil berlalu tanpa menunggu jawaban dari ku.

Setelah Hoseok sudah benar benar pergi dari kamar rawat inap ku, Kak Ji Woo mendekati ku sambil tersenyum "kalian bertengkar?"

Ku geleng kan kepala ku sambil sedikit menunduk. Aku tak tahu apa aku menceritakan niat burukku pada Kakak Hoseok ini.

"Lalu?"

"Hanya berbeda pendapat sedikit Kak"

Kak Ji Woo mendudukkan dirinya dipinggiran tempat tidurku sambil mengelus pelan lengan ku yang paling dekat dengannya "kau tau? Hobie seperti punya dua kepribadian. Dia akan mudah tertawa didepan kamera dan dihadapan temannya. Namun saat pulang kerumah, dia akan diam, sampai sampai Ayah Ibu kami khawatir dengannya"

"Kenapa seperti itu Kak?"

"Entahlah... Jadi Kakak harap kau lebih sabar menghadapi tingkahnya, ya?"

Aku hanya tersenyum menanggapi permintaan Kak Ji Woo, bukan karena apa, hanya saja aku takut apabila aku meresponnya Kak Ji Woo salah paham atas jawabanku.

"Kau sudah makan? Kau harus makan banyak banyak untuk bayimu, ya?" Tambah Kak Ji Woo.

"Kakak tau?" Ujar ku sedikit terkejut.

"Hobie sudah menceritakan semuanya. Tenang saja, Kakak akan menjaga rahasia ini"

"Kak tapi aku belum siap untuk hamil" Cicit ku pelan sambil menunduk.

Pelukan hangat langsung ku dapatkan dari perempuan yang baru ku kenal ini. Dua sodara Jung kandung ini memang berhati lembut, meski Hoseok terlihat begitu dingin dan cuek tapi ia masih dengan ringan hati membantu ku yang memang tidak punya siapa siapa di negara ini.

"Jangan begitu. Nanti Kakak bantu, oke?" Menenangkan ku yang mulai terisak pelan.

"Tapi Kak, semua ini terlalu berat" Keluh ku lagi.

"Aku tau hamil disaat aku juga ditinggalkan Kak" Lanjut ku dalam hati.

"Kita jalani sama sama ya. Diawal kehamilan pasti seorang Ibu baru masih terkejut. Itu wajar"

Tangisku sedikit mereda karena perlakuan Kak Ji Woo yang lembut pada ku. Rasanya aku seperti punya sandaran untuk segala beban yang ku tanggung ini.

Bolehkah aku bersyukur dipertemukan dengan perempuan berhati malaikat ini? Sungguh aku berterima kasih, Allah mempertemukan aku dengan orang orang yang baik dibalik semua masalah ku.

"Besok setelah keluar dari rumah sakit apa kau ingin pergi ke suatu tempat? Atau makan sesuatu?" Tanya Kak Ji Woo sambil mengurai pelukan kami.

"Aku ingin makan ramen" Kata ku.

"Ramen? Wah kalau itu sepertinya harus dengan  Hobie ya? Hahaha" Ujar Kak Ji Woo sedikit mengejek.

"Kok harus sama Hoseok, Kak? Memangnya kalau sama Kak Ji Woo kenapa?"

"Kau tinggal disini sudah berapa lama?" Tanya Kak Ji Woo mengalihkan pembicaraan.

"Baru empat tahun ini"

"Kau sering melihat drama Korea bukan?" Aku menganggukkan kepalaku sebagai jawabannya.

"Banyak adegan seorang wanita mengajak lawan jenisnya untuk makan ramen dirumahnya, nah ajakan itu, bisa dibilang sebagai undangan untuk lelaki masuk kedalam rumah wanitanya dan berakhir dengan yang begituan" Jelas Kak Ji Woo panjang lebar.

"Lalu apa hubungannya dengan aku ingin makan ramen harus dengan Hoseok?"

"Ya seperti itu lah pokoknya. Kau ini lugu atau memang malu sih? Hahahaha"

"Ihhh Kakak... Tau ah" Ucap ku sambil berpura pura kesal.

"Hahahaha... Kakak bercanda, jangan marah dong, nanti kalau Hobie tau Kakak membuat mu stres, dia bisa marah"

"Hahaha aku juga bercanda Kak" Akhirnya setelah beberapa hari menginap dirumah sakit ini akibat masalah yang ku derita, hari ini aku bisa sedikit tertawa meski didalam benakku masih memikirkan bagaimana penyelesaian yang harus ku ambil.

"Kau tau, saat kau pingsan Hobie amat sangat panik, sampai sampai Kakak harus absen dari metting malam itu"

"Maaf ya Kak, aku sudah merepotkan Kakak" Kata ku lesu.

"Tak papa. Malah Kakak bersyukur akhirnya adik Kakak berani memperkenalkan wanita pada Kakak, ditambah kabar gembiranya kau sedang hamil. Bagus bukan?"

"Ma-maksudnya?"

"Kakak akan punya adik ipar plus ponakan lucu" Ujar Kak Ji Woo penuh kegembiraan.

.
.
.

Borahe 💙
19042022

Wajah Lain Bahagia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang