Bahagia 10

54 9 0
                                    

"Aku pergi" Teriak Hoseok dari luar pintu kamar yang ku tempati. Setelahnya aku hanya bisa mendengarkan suara pintu utama tertutup. Lelaki itu sudah pergi dari apartemen ini untuk bekerja.

Sejak tadi aku memang tidak keluar kamar, dikarenakan kondisi badan ku tiba tiba saja drop, karena aku tidak ingin membuat Hoseok khawatir. Hoseok memang sempat menghubungi ku melalui ponsel tapi dengan alabi aku sedang malas, ia tak bisa berbuat apa apa selain memaklumi nya.

Banyak hal yang terjadi kemarin, yang akhirnya membuat kepala ku tak bisa menerima semuanya. Aku yang memang sedari awal tipe pemikir, dengan banyak kejadian yang terjadi dan parahnya aku bertemu dengan Yoongi lagi setelah sekian lama, membuat ku akhirnya hanya bisa menahan rasa sakit dikepala ku.

Aku memang tak, cepat atau lambat dengan keputusan yang ku ambil untuk datang kembali ke kota ini, tidak menutup kemungkinan untuk ku tak bertemu dengan Yoongi. Hanya saja aku merasa, ternyata pelarian ku sia sia karena saat aku kembali bertemu dengannya, roll film tentang masa lalu kami otomatis terputar dikepala ku.

Menyesal telah datang ke Seoul juga tak akan merubah semuanya. Semua sudah ada jalan takdirnya dan takdir ku membawaku kesini setelah sekian lama.

Tingtong...

Suara bunyi bel apartemen terdengar nyaring ditelinga ku.

Apa ada barang Hoseok yang tertinggal? Harusnya kalau itu Hoseok, ia tak perlu membunyikan bel, ia bisa dengan mudahnya masuk begitu saja tanpa perlu repot repot menunggu ku bukakan pintu.

Tingtong...

Dua kalo bel itu berbunyi, membuat ku mau tak mau berusaha bangkit dari tidurku. Aku bahkan berkali kali harus memejamkan mataku, guna mengusir rasa sakit yang amat menyiksa dikepala ku.

Perlahan tapi pasti, aku sudah mulai bisa begerak maju hampir mencapai pintu masuk. Bertepatan dengan bunyi bel ketiga kalinya, aku sudah berdiri tepat didepan pintu.

Namun saat aku bisa menggapai daun pintu dan membukanya sedikit, tubuh ku mulai limbung dan pandangan ku menggelap.

.

"Amora pingsan dan Kakak bawa ke rumah sakit"

Telingaku sayup sayup mendengar suara Kak Ji Woo sedang berbicara dengan seseorang. Aku mencoba untuk membuka mata ku akan tetapi rasanya terlalu berat dan rasa sakit dikepala ku mulai ku rasakan kembali.

"..."

"Ruang perawatan vvip nomor tiga"

Tak selang berapa lama dari diamnya Kak Ji Woo, aku mendengar pintu dibuka dan ditutup dengan keras.

"Istri ku kenapa Kak?" Aku bisa menebak seseorang yang datang itu adalah Hoseok. Aku kenal betul dengan suaranya yang khas.

"Kau dari mana? Kenapa cepat sekali?" Bukannya menjawab pertanyaan Hoseok, Kak Ji Woo malah melayangkan pertanyaan lain pada adik lelakinya itu.

"Aku menemani Yoongi Hyung di rumah sakit ini, Kakak tau kan istrinya kecelakaan kemarin?" Jawab Hoseok.

"Tau, tapi bukan alasan yang tepat meninggalkan istri yang sakit sendirian di rumah, Hobie"

"Aku tak tau kalau Amora sakit"

"Kalian bertengkar?"

"Tidak"

"Lalu?"

"Hanya berbeda pendapat" Jawab Hoseok singkat.

Aku tak tahan mendengar percakapan keduanya yang semakin mendingin, akhirnya ku coba untuk membuka mata ku perlahan, meski sakit kepala kembali menghampiri "Oppa gak salah Kak. Aku yang salah" Ucap ku sambil terbata.

Derap langkah keduanya semakin mendekat, begitu mereka mendengar suara lirih ku. Hoseok berdiri dekat sekali denganku "kau tak papa?"

Belum sempat aku menjawab pertanyaannya, suara pintu terbuka kembali ku dengar. Ku dengar sayup sayup Kak Ji Woo menyapa seseorang, namun entah mengapa itu tak menganggu ku, yang sedari tadi mencoba tersenyum sambil memandang wajah Hoseok.

"Ada yang sakit?" Tanya Hoseok lagi.

Aku menggelengkan kepalaku pelan sebagai jawaban atas pertanyaannya. Lelaki itu masih terus menatap ku sambil mencoba mengamati tiap lekuk wajah ku. Aku tau Hoseok pasti sedang memindai apakah aku berbohong padanya atau tidak.

"Aku tak papa. Hanya pusing" Jawab ku lirih.

Lelaki itu memandang ku dalam dalam lalu menegakkan dirinya sambil mulai menggenggam ku "kenapa kalian kemari?" Tanya Hoseok sambil mengalihkan pandangannya ke arah lain.

"Kau berlari terlalu cepat dan itu membuat Jimin hyung khawatir" Suara pria asing menjawab pertanyaan Hoseok.

"Hyung menyebut rumah sakit saat ditelepon jadi aku menyuruh Kookie untuk membututimu" Aku mengenali suara yang kedua, itu suara Jimin.

Lagi, lagi, aku harus dihadapkan dengan situasi yang sulit. Berhadapan dengan para member meski hanya sebagian, itu cukup membuat ku takut akan penyamaran ku terkuak.

"Sudah, sudah. Jangan berdebat. Bantu Hobie mengurus istrinya ya, Noona harus menjemput Mama dan Papa di bandara sekarang" Kata Kak Ji Woo menengahi.

Mama? Papa? Bandara?

Ku tutup mata ku perlahan, lalu menghembuskan nafas lelah ku pelan. Aku sudah tau, mengapa Mama dan Papa saat ini ada di bandara, sudah bisa dipastikan bahwa akulah penyebab mereka datang.

"Kenapa Kakak memberi tahu Mama dan Papa?" tanya Hoseok tak terima.

"BTS apa masih libur?" Tanya Kak Ji Woo tiba tiba pada Jimin dan Jungkook.

"Masih" Jawab keduanya bersamaan.

"Baguslah. Gunakan waktu liburmu untuk berbulan madu lagi Hobie" Perintah Kak Ji Woo pada Hoseok.

Hoseok hanya bisa meminjit pangkat hidungnya sambil menatap ku putus asa. Aku tau, mungkin Kak Ji Woo sudah lama mencium bau ketidak harmonisan pada hubungan ku dan Hoseok. Sepandai pandainya kami menyimpan semuanya, kami tau suatu saat mau tak mau kami sendiri yang harus mengungkapkannya.

"Yoongi Hyung sedang bersedih dan istri ku sedang sakit Kak jadi tidak mungkin bagi kami untuk berbulan madu, iya kan sayang?" Jawab Hoseok sedikit mengelak.

"Iya Kak, lagian aku sudah disini, bukan kah sama saja dengan kita berlibur?" Imbuh ku.

"Kalian memang berlibur tapi tidak dengan bulan madu. Eun Ji bilang dia selalu tidur dengan Hoseok, itu sudah menjadi tanda kan kalau kalian sedang bertengkar kan?"

"Kak... Ada Jimin dan Jungkook disini" Cicit Hoseok pelan.

"Itu lebih bagus. Jadi mereka tidak akan merecoki bulan madu kalian. Sudah Kakak harus pergi, jaga istrimu" Kecupan pipi singkat Kak Ji Woo berikan sesaat sebelum pergi meninggalkan kami.

Hoseok berjalan lunglai begitu ia sudah mengantarkan kakak perempuannya itu sampai depan pintu. Ditutupnya pelan pintu ruang pesakitan ku, lalu ia mendudukkan dirinya bersebelahan dengan kedua adiknya di BTS tersebut.

"Kenapa kalian tak pergi juga?" Tanyanya.

"Kookie belum berkenalan dengan Kakak ipar Kookie" Jawab Jungkook sambil tersenyum.

"Namanya Nyonya Jung" Ucap Hoseok asal.

"Itu kan namamu, Hyung. Aku ingin tau nama aslinya"

"Namanya Zahra"

Jimin langsung menatap ku lekat begitu Hoseok menyebutkan namaku "kenapa Jim?" Tanya Hoseok.

"Ohh tak papa Hyung. Hanya saja, aku seperti sudah mengenal Noona lama" Jawab Jimin masih menatap ku.


.
.
.

29052022

Borahe 💙

Wajah Lain Bahagia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang