Bahagia 12

44 9 0
                                    

"Kau menangis?" Ucap Hoseok begitu masuk ke dalam ruangan ku dengan setelan jas hitamnya. Aku tau lelaki itu pasti baru pulang dari acara pemakaman istri Yoongi.

Mulut ku terangkat sambil menatapnya dalam "dia tidak menemukan orang yang tepat Hoseok-ah, sedangkan aku menemukan mu"

Bulir bulir air mataku kembali membasahi pipi. Aku menangis bukan karena aku mengharapkannya kembali, tapi aku menangis karena aku merasa kasian terhadap lelaki masa lalu ku itu.

"Kemarilah" Ku lempar tubuhku pada lengan Hoseok yang sengaja ia rentangkan untukku. Ia bahkan mengelus puncak kepala ku pelan, membuat ku lebih tenang setelah rasa kasian yang tiba tiba datang.

"Kenapa pergi ku sia-sia? Kenapa sakit ku juga sia-sia, Hoseok?"

"Karena Yoongi Hyung menyia nyiakan yang tepat untuk mendapatkan sesuatu yang sesat"

Kepala ku reflek menatap Hoseok dari dekat. Jarak kami hanya beberapa senti saja. Aku bahkan bisa merasakan nafasnya yang mulai menyapu wajahku. Perkataan Hoseok barusan sungguh membuat ku tak bisa berkata kata. Aku tak pernah memikirkan bahwa aku orang yang layak untuk orang lain.

Cup.

Kecupan singkat di kening ku, membuat ku langsung melepaskan diriku dari delapan Hoseok. Itu ciuman ke dua kami, setelah yang pertama saat ia menyatakan dirinya menjadi suami ku beberapa tahun lalu.

Kami tidak pernah seintim ini sebelumnya, meski pelukan dan genggaman tangan sering kami lakukan, tapi tidak untuk hal hal yang lebih dari itu. Bahkan kami menikah saja hanya karena Eun Ji mulai berkembang di perutku. Bisa dibilang pernikahan kami, hanya pernikahan diatas kertas.

"Kenapa?"

"Tak papa, hanya kepanasan" Jawab ku sambil menundukkan wajah ku.

Hoseok sepertinya tau akan ketidaknyamanan ku terhadap tindakannya. Terbukti tiba tiba ia pergi begitu saja, masuk ke dalam kamar mandi.

Sejujurnya, aku tak pernah berpikir Hoseok itu orang jahat. Dan memang seharusnya kontak fisik diantara kita itu menjadi hal lumrah, bahkan aku seharusnya melayaninya selayaknya suami istri sesuai dengan ajaran Islam yang ku anut. Namun aku bisa apa saat hati yang menjadi pusat hidup ku, belum bisa menerima ia selayaknya.

"Eun Ji dimana?" Tanya Hoseok tiba tiba. Ku angkat kepalaku dan ku tatap lelaki yang masih berdiri diambang pintu kamar mandi itu. Hoseok lebih segar daripada sebelumnyasebelumnya, terlebih masih ada tetesan air diwajah rupawan nya.

"Pergi dengan Kakak. Mama dan Papa akan menjaganya selagi Kakak bekerja. Kapan aku boleh pulang?"

"Hari ini"

"Kau yakin?"

"Iya. Hari ini kau boleh pulang tapi kita tidak bisa menjemput Eun Ji langsung"

"Kenapa?"

"Kau masih butuh istirahat"

Aku menatap Hoseok sebal "aku sudah dua hari disini Hoseok. Kau ingin aku istirahat seperti apalagi? Hmm?"

"Pulang tanpa menjemput Eun Ji atau menginap disini semalam lagi" Ancam Hoseok.

"Oke, oke, kita pulang" Aku pasrah akan keputusan Hoseok karena itu lebih baik daripada aku harus berdiam di rumah sakit ini untuk sehari lagi. Toh tak apa, tadi pun aku sudah bertemu dan bermain Eun Ji sebelum pada akhirnya anak gadis ku itu dijemput oleh Kak Ji Woo.

Diperjalan pulang menuju apartemen lagi, lagi tak ada sesuatu yang bisa kami diskusikan. Kami seakan selalu sibuk dengan pikiran masing masing, tanpa ingin membaginya satu sama lain.

"Besok, Eun Ji, Kakak, Kakak Ipar, Mama dan Papa akan pergi ke Lotte World" Ujar Hoseok sebelum ia memasuki kamar yang biasanya Eun Ji tempati.

"Aku akan ikut" Teriak ku tak terlalu keras. Aku benar benar menatikan hari esok, dimana pergi ke taman bermain itu merupakan tujuan awal ku dan Eun Ji datang ke Seoul. Dan apabila tujuan kami itu terlaksana, tak akan ada lagi alasan kami untuk berlama lama tinggal disini.

Hoseok melipat kedua tangannya didepan dada. Ia menatap ku sambil menyandarkan tubuhnya di daun pintu "kau ingin apa?" Tanyanya pada ku.

"Ke Lotte World"

"Kau ingin apa?" Tanyanya sekali lagi.

"Pergi ke Lotte World"

"Aku ulangi sekali lagi pertanyaanku ya Amora. Kau ingin apa?"

Aku terdiam begitu Hoseok memanggil namaku. Aku sudah tau pasti ada yang salah dengan apa yang ku katakan. Dan kesalahan itu ada pada keinginan ku ikut pergi bersama Eun Ji dan anggota keluarga lainnya untuk ke Lotte World.

"Aku tau salah ku. Aku masuk kamar dulu" Dengan langkah gontai aku mulai beranjak dari tempat ku berdiri. Aku paham betul, berdebat dengan Hoseok tidak akan berguna terlebih lelaki itu susah untuk merubah pendapatnya.

"Aku hanya tak ingin kau sakit lagi" Ucapan Hoseok menghentikan langkah ku.

"Kau tau bukan alasan ku datang ke tempat ini lagi? Hanya untuk memenuhi keinginan Eun Ji" Jawab ku tanpa membalikkan badan ku menghadap Hoseok.

"Aku tau. Aku juga paham akan keinginanmu itu, tapi tubuh mu belum pulih betul dan aku tak ingin kau sakit lagi. Kita bisa mengunjungi tempat itu lain kali"

"Tidak ada lain kali Hoseok. Aku hanya akan pergi sekali ini saja ke kota ini, tidak ada yang kedua kalinya"

"Ya berarti bagus bukan, secepatnya Eun Ji ketempat yang dia inginkan, secepat itu pula kau akan kembali ke Gwangju kan?"

"Kau ingin aku segera kembali?!" Aku sudah tidak tahan untuk tidak menatap wajah Hoseok, aku butuh pelampiasan akan kemarahan yang ia ciptakan diantara kita.

"Bukan aku yang memintamu untuk segera pulang tapi dirimu sendiri yang menyatakan itu kan? Salah ku dimana? Aku hanya melarangmu agar kau tak sakit lagi"

"Aku terima kasih atas perhatianmu tapi bagiku, Eun Ji lebih berharga dari diriku sendiri" Aku mulai terisak lagi. Entah mengapa hari ini air mata ku seakan dipaksa keluar untuk berkali kali. Meluapkan kesedihan yang entah bersumber darimana. Entah karena Yoongi atau karena Eun Ji, aku tak tau.

Lagi, lagi aku sudah dalam dekapan Hoseok. Berkali kali Hoseok membisikkan permintaan maafnya akan perkataan kasar dan tingkah lakunya yang seenaknya pada ku.

"Kau tau. Dulu aku hampir membenci Yoongi Hyung karena selalu membuat mu menangis, tapi nyatanya, saat ini aku lah yang menjadi alasanmu menangis. Aku minta maaf akan hal itu" Cicit Hoseok pelan.

"-- tapi kalau boleh jujur. Aku tak suka kau sakit, karena itu menjadi bukti bahwa aku tidak bisa menjagamu dengan baik. Dan kau harus tau bahwa kau sama berharganya dengan Eun Ji"

Tarikan nafas Hoseok terdengar amat berat oleh telingaku. Mungkin aku terlalu egois hanya memikirkan kebahagian ku semata tanpa peduli akan orang orang disekeliling ku. Aku sudah tak punya alasan untuk membela diriku sendiri saat ini. Yang bisa ku lakukan hanya membalas pelukan Hoseok sebagai ucapan rasa terima kasihku karena selalu memaklumi semua hal yang berkaitan dengan ku.

"-- mungkin untukmu pernikahan kita hanya sebatas persetujuan, persetujuan untuk sama sama menyelamatkan Eun Ji pada waktu itu. Tapi maaf, dari hal yang ku pelajari, pernikahan itu bukan hanya perjanjian ku dengan kau saja, tapi juga perjanjian ku dengan Allah. Dan aku sudah berjanji akan menjagamu selayaknya suami menjaga istrinya"

.
.
.

01062022

Borahe 💙

Wajah Lain Bahagia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang