Hal yang paling aku benci dalam hidup ku adalah terjebak dalam drama yang akupun tak tau seperti apa dan bagaimana alurnya.
Menjadi peran utama di cerita orang lain tanpa persetujuan ku, bukan kah itu gila?
"Ada masalah apa? Noona tak senang pulang? Bukannya ini yang kau mau?"
Aku benar benar ingin mencakar mulut Hoseok yang sok tau itu."Senang? Kau menghadapkan ku dengan masalah baru? Dan kau ingin aku senang? Apa kau gila?" Umpat ku sudah tak tertahankan. Aku sengaja mengeluarkan isi hatiku mesti itu akan menyakiti Hoseok demi kewarasan ku sendiri.
"Masalah baru? Apa?"
"Cerita apa yang kau buat didepan Kak Ji Woo?"
Hoseok mengangguk ngangguk kan kepalanya tanda ia mulai tau alur pembicaraan ku "ohh itu, aku sengaja mengatakan bahwa kau perempuan ku dan aku ayah dari anak didalam kandunganmu" Ujarnya santai.
Wajah ku sudah ku tarik maksimal dan tanganku sudah mengepal sempurna siap untuk memberinya pelajaran. Keterlaluan untuknya mengarang cerita yang akhirnya membuat kakaknya berpikiran yang tidak tidak terhadap ku dan Hoseok.
Buukkk...
Ku pukul sedikit sisi pipi kirinya. Aku tau pasti pukulan ku akan meninggalkan bekas tapi aku tak ingin menyesal, mengingat perbuatannya pada ku.
"Kau memang gila! Kau pikir, kau siapa sampai sampai kau boleh mengatakan itu pada keluarga mu! Jangan karena kau menolong ku akhirnya membuat mu berpikir, aku menyerahkan hidupku padamu ya! Aku tidak semurah itu!"
"Karena kau tidak semurah itu, makanya aku mengatakan pada Kakak ku, aku lah ayah dari anak yang kau kandung"
"Kau benar benar ya...!"
"Tariklah nafasmu dan hembuskan. Kau tak boleh terlalu emosi karena ada bayi didalam perutmu"
"Persetan dengan bayi ini!"
Baru saja aku akan memulai ceramah ku akan ketidaksiapan ku harus hamil dan dicampakkan oleh ayah bayi yang ku kandung, tiba tiba Hoseok menarik ku dalam pelukannya, mengelus pelan punggung ku dan mulai menenangkan ku.
Aku dibuatnya diam seketika dengan perlakuannnya, seakan perdebatan kami barusan tidak pernah ada.
"Noona, ah bolehkan aku memanggilmu, Amora saja tanpa embel embel Noona dibelakang namamu? Umur kita tak jauh beda hanya beda beberapa bulan bukan, jadi menurut ku tidak masalah kan?" Bisiknya pelan ditelingaku.
Herannya aku bahkan tidak meronta untuk lepas dari pelukan Hoseok. Pikiran dan hatiku tidak sejalan saat ini. Otakku menolak sentuhan fisik kami tapi hati sejujurnya membutuhkan itu.
"Aku tau Amora, bayi yang kau kandung itu memang bukan atas kehendakmu. Semua masalah ini juga pasti tidak pernah kau bayangkan, bukan? Tapi bukankah kau harus membawa sesuatu yang berharga sebelum kau meninggalkan Yoongi Hyung? Aku yakin dia akan sangat menyesal saat dia tau, ada darah dagingnya didalam tubuhmu" Lanjut Hoseok.
Tak tau apa yang membuat Hoseok lebih mendukung pelarian ku daripada membela Yoongi yang sudah menjadi rekan kerjanya bertahun tahun, tapi yang jelas, aku membenarkan apa yang ia katakan.
Iya, kalian benar. Lelaki yang membuat ku menangis malam itu dan mencampakkan ku dengan berita akan rencana pernikahannya kemarin adalah Min Yoongi atau yang kalian kenal dengan nama panggung Suga.
Sudah hampir dua tahun ini, aku menjalin hubungan dengannya. Dan tak ada tanda tanda darinya bahwa ia akan menyakiti ku. Tapi nyatanya dibalik sikap dingin dan cueknya itu, ia sedang mempersiapkan kejutan padaku dengan berita yang masih ramai diperbincangkan diluar sana tentang rencana pernikahannya.
"Aku tau saran ku tidak benar tapi kau harus membalaskan dendammu dengan membesarkan bayi ini dan kalian berdua bisa bahagia tanpanya"
Perkataan HoSeok sama sekali tidak seperti saran pembalasan dendam ku tapi lebih kepada menyuruhku untuk hidup lebih baik daripada hari ini. Aku benar benar tak tau apa yang harus aku lakukan saat aku benar benar bisa menghirup udara luar.
Apakah aku akan sanggup selalu mendengar berita tentangnya yang akan menikah dengan orang lain? Atau bisa kah aku melihat foto pernikahannya dengan orang lain?
Aku yakin cepat atau lambat semua yang ku takutkan itu akan terjadi. Dan sebelum hal itu terjadi aku harus sudah bisa melepasnya dan mengambil keputusan jalan mana yang akan aku tempuh, tanpa ada Yoongi dihidupku.
"Jangan terlalu banyak berpikir, kau hanya perlu menjalaninya saja" Tambah Hoseok.
"Kau kira ini mudah? Kita tak pernah tau diluar sana akan seperti apa Hoseok"
"Aku tau, masa depan memang tidak bisa diprediksi tapi bukankah lebih baik untuk saat ini kita melakukan yang terbaik saja dulu? Kau tak ingin menyesal bukan?"
"Tapi ini terlalu sulit. Kau tak akan mengerti bagaimana perasaan ku" Ujar ku lirih.
"Tapi semua akan lebih sulit bagimu saat kau memilih membuang bayi itu dari tubuhmu. Ingat Noona, bayi ini tidak bersalah. Kau dan Yoongi Hyung lah yang bersalah jadi ku harap kau tak akan pernah menumpahkan rasa marahmu pada bayimu"
Otakku berkerja keras mencerna apa yang Hoseok katakan. Sedikit hatiku menyetujui ucapannya. Memang benar adanya bayi didalam kandungan ku ini tidak semestinya disalahkan atau dibuang karena bukan bayi ini yang salah, akan tetapi perbuatan keterlaluan ku dengan Yoongi lah yang membuatnya ada.
Kami melakukan kesalahan terbodoh dalam hidup dengan tinggal bersama dan melakukan hubungan lebih dari seorang teman kencan. Harusnya aku memang tidak membuka peluang untuknya bertindak lebih jauh dan akhirnya membuat bayi ini ada.
Aku saat itu benar benar terlena akan perlakuan Yoongi. Aku menjadikannya rumah tempat ku pulang padahal jelas jelas kami belum ada ikatan. Rindu akan kasih sayang dari orang lainlah yang membuat wanita yatim piatu ini membuat jalan sesatnya sendiri.
"Hoseok-ah... bagaimana kalau Yoongi tidak bisa menerima bayi ini?" Tanya ku pada lelaki yang sedari tadi berada disisiku ini.
"Aku tak tau"
"Bagaimana kalau Yoongi tidak menerima anak ini? Dan lebih memilih wanita masa kecilnya itu?"
"Aku yang akan menjadikan bayi ini, anakku"
.
.
.25042022
Borahe 💙
KAMU SEDANG MEMBACA
Wajah Lain Bahagia
RomanceAku bertemu dengannya dengan tidak sengaja... Di taman itu... Matanya menatap kearah lain, tapi tangannya menggenggam kuat pergelangan tangan ku... Tapi ternyata... Dimasa depan ada tangan lain juga menggandeng ku... Aku masih mencintai masa lal...