Bahagia 41

50 5 0
                                    

"Kapan Eun Ji dijemput? Aku khawatir Mama akan kesusahan mengurus Eun Ji dan Kakak bersamaan"

"Nanti sayang, setelah kita selesaikan semuanya"

"Tapi Hoseok..."

Hoseok langsung menatap Amora dingin, membuat wanita itu langsung mengantupkan kembali mulutnya yang sudah terbuka. Sepertinya pagi ini suasana hati Hoseok sedang tidak bagus.

"Haiissshh!" Umpat Hoseok sedikit keras.

Amora tentu terkejut dengan apa yang ia dengar barusan. Semalam sepertinya tidak terjadi apapun, tidak juga ada perdebatan yang belum selesai. Bahkan semalam keduanya tidur berpelukan lalu apa yang saat ini membuat Hoseok sampai seperti itu?

"Kenapa Hoseok? Ada masalah?" Tanya Amora hati hati. Ia tak ingin aura Hoseok semakin suram.

"Sohyun tidak ingin bertemu" Jawabnya sambil melempar telepon genggamnya sembarangan.

Melihat itu Amora hanya membuang nafas pasrah. Amora mendekati Hoseok lalu meraih telapak tangan suaminya untuk di genggamnya "tak papa, masih banyak waktu Hoseok. Ingat Hoseok, kita ingin meluruskan semuanya bukan malah membuatnya semakin rumit jadi tolong jangan emosi. Kalau boleh nanti aku yang akan berbicara padanya"

Tak ada jawaban apapun dari Hoseok, tetapi suami Amora itu langsung memeluk istrinya hangat. Rasa kesalnya luruh seketika hanya karena dekapan hangat keduanya.

"Kau mau apa hari ini?" Tanya Hoseok dengan lembut.

"Aku mungkin akan melihat ruko lagi, setelah itu aku ke rumah Kakak. Aku rindu Eun Ji dan bayi Kak Ji Woo"

"Kalau aku tidak memperbolehkanmu untuk membuka toko lagi bagaimana?"

"Kenapa?"

"Diamlah dirumah, tunggu aku pulang setiap hari"

Permintaan Hoseok membuat Amora membeku. Didalam kamus hidupnya, Amora sama sekali tidak ingin menggantungkan hidupnya pada orang lain termasuk suaminya sendiri. Bukan karena ia sombong, tidak. Hanya saja ia tidak ingin merepotkan siapapun.

"Kenapa? Kau tak mau?" Tanya Hoseok.

"Aku perlu memikirkannya Hoseok"

"Kau hanya perlu memikirkan bagaimana cara menghabiskan uang ku saja sayang"

Amora langsung menghadiahi Hoseok dengan cubitan diperut lelaki itu "kenapa menyubitku sih? Apa ada yang salah dengan ucapanku?"

"Simpan saja uangmu itu" Ujar Amora meninggalkan Hoseok sendiri didalam kamar.

"Sayanggg..." Teriak Hoseok.

...

Sampai usia kandungan Amora membesar, tak ada kejelasan apapun dari masalah kalian dengan Sohyun. Penolakan akan selalu terjadi, begitu Hoseok meminta Sohyun untuk bertemu.

"Hoseok, apa kau punya cara lain untuk mengajak Sohyun berbicara?" Tanya Amora begitu keduanya sudah berbaring dikamar mereka.

Hoseok yang sedari tadi sibuk mengajak calon anaknya bercerita, tiba tiba saja menghentikan kegiatannya itu "sudahlah, kau tak perlu memikirkan itu sayang. Fokus saja pada kehamilan mu"

"Kalian dari dunia yang sama tapi kenapa untuk bertemu saja begitu sulit?"

"Kami mungkin dari dunia yang sama tapi bukan berarti pemikiran kami sama. Mungkin Sohyun hanya mewujudkan mauku untuk tidak membuat rumor lagi tentang kita, makanya dia memilih untuk tidak menemui kita"

Dipikiran Amora sesama artis itu akan lebih mudah bertemu ketimbang dengan orang biasa. Namun nyatanya itu salah, karena tiap orang punya cara menyelesaikan masalahnya sendiri sendiri dan hal terbaik yang bisa kita lakukan hanya menghormati keputusan mereka tanpa perlu mencemooh nya.

"Hoseok..."

"Hmmm..."

"Aku sepertinya tidak bisa melahirkan secara normal"

Ucapan tiba tiba dari Amora cukup membuat Hoseok terdiam. Pasalnya selama ini, Hoseok memang tidak bisa ikut serta dalam setiap pemeriksaan yang Amora lakukan. Bukannya tidak ingin menjadi suami siaga, hanya saja status pernikahannya yang memang tidak ingin Hoseok bocorkan ke publik, membuatnya harus melakukan itu.

Sambil memeluk tubuh Amora yang membulat, Hoseok berkata "apapun caramu melahirkan, aku akan menemanimu, sayang"

"Bolehkah aku memintamu menemaniku didalam ruang operasi?"

"Aku harus bertanya pada dokter terlebih dahulu untuk itu, tapi bisa ku pastikan saat kau membuka mata kembali, akulah orang pertama yang akan kau lihat"

Bulir air mata Amora menetes seketika. Lelaki yang sedang mendekap nya ini selalu membuatnya takjub akan rasa cinta yang dimilikinya. Seburuk apapun perlakuan Amora padanya, kenyataan itu tidak membuat rasa cintanya berkurang sedikitpun.

"Kau sudah punya nama untuk bayi kita?" Tanya Hoseok mencoba mengalihkan pikiran Amora.

"Ryu. Kalau boleh aku ingin menyematkan nama itu padanya" Tangan mungil Amora mengusuk pelan perutnya yang sudah mengembang maksimal itu.

"Baiklah. Aku akan menambahkan nama itu dalam daftar kita, sayang. Kita masih punya waktu seminggu lagi untuk mempersiapkan semuanya"

Amora mengangguk setuju dengan ucapan Hoseok. Benar kata NamJoon, kalau Hoseok memang mempunyai jiwa pemimpin yang patut untuk diperhitungkan.

Saat sedang menikmati elusan tangan Hoseok di perutnya, tiba tiba Amora merasakan rasa sakit yang teramat dari dalam perutnya "astaghfirullah Hoseok, sakitnya. Hiks... Hiks"

"Ada apa sayang? Mana yang sakit?" Tanya Hoseok tak kalah panik.

Cairan bening mengalir begitu saja membasahi baju kurung yang Amora kenakan "Hoseok... Ketuban ku"

Dengan panik, Hoseok mengangkat tubuh gembul Amora keluar dari apartemen nya menuju parkiran mobil yang tak jauh dari situ. Dengan tergesa Hoseok kemudian mengemudikan mobilnya menuju rumah sakit dimana biasanya Amora memeriksakan diri.

"Dokter, Suster tolong bantu istri saya" Teriak Hoseok keras begitu mobilnya sudah mendarat di halaman depan unit gawat darurat.

Diangkatnya pelan tubuh Amora ke ranjang beroda yang suster sodorkan padanya. Kakinya melangkah cepat mencoba sejajar dengan tempat tidur itu "bertahan sayang... Aku yakin kau dan bayi kita tidak akan apa apa"

Tak ada respon apapun dari Amora. Hanya saja bibirnya tertekuk membentuk senyuman meski terlihat lebih pucat dari biasanya "tolong selamatkan istri saya dan bayinya, Dok" Tuturnga berkali kali.

Hoseok bahkan tak sadar ia datang ke rumah sakit tanpa ada penyamaran apapun. Entah nantinya akan ada kegaduhan seperti apa di media baginya itu tidak penting karena yang terpenting saat ini adalah keselamatan Amora.

Berkali kali bahkan hampir tidak pernah Hoseok menemani Amora untuk memeriksakan kehamilannya. Bukan karena Hoseok tak ingin, hanya saja Amora selalu menolak untuk menjadikan dirinya pusat perhatian banyak orang dengan mengajak Hoseok ikut duduk menunggu antrian di klinik kandungan, sungguh hal yang mustahil terjadi.

"Keluarga Nyonya Jung..." Panggilan suster membuat Hoseok langsung menegakkan badannya dan berlari kecil pintu terlarang itu.

"Bapak sudah tau bukan keadaan Nyonya Jung seperti apa? Akan sulit baginya melahirkan secara normal jadi kami butuh persetujuan Bapak untuk tindakan operasi"

Sebuah pertanyaan yang harusnya dijawab malah Hoseok timpali dengan pertanyaan lainnya "kenapa dengan istri saya, Sus?"

"Tali pusat bayinya hampir menutup jalan lahir Pak"

"Kau menyembunyikan hal besar dari ku, Amora"

.
.
.

29102022

Wajah Lain Bahagia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang