Bahagia 6

53 9 0
                                    

"Aku tetap tidak akan pergi" Jawab ku saat Hoseok sudah bersiap akan kembali ke rutinitas berkerja nya.

"Aku tak bisa menolak permintaan Eun Ji. Tiket pesawat ada diatas meja kamar mu, maaf tadi aku masuk sebentar"

Mata ku memelas mendengar ucapan Hoseok. Apa ia benar benar bisa menjamin kami tidak akan ketahuan kalau kami pergi ke kota itu?

"Hoseok-ah please..." Ku tangkup kan kedua telapak tangan ku dihadapannya. Sedikit berharap ia akan merubah keputusannya untuk memaksa ku pergi dari rumah ini.

"Maaf tapi aku tak bisa menolak permintaan anakku, Noona" Penjelasan yang akhirnya membuat ku diam. Eun Ji selalu akan menjadi titik lemah untukku. Dan aku tak bisa berkata apapun saat Hoseok juga menomor satukan kebahagian gadis ku "aku tunggu di Seoul ya. Hati hati" Tambah Hoseok.

"Anakku" "Seoul" "Tiket pesawat"

Kata kata Hoseok itu terngiang ngiang dikepala ku. Dan seperti dunia mendukungnya, Kak Ji Woo juga meminta ku mengunjunginya karena ia tak bisa pulang kerumah dengan kondisi badannya yang sudah berbadan dua, akibat pernikahannya satu tahun lalu.

"Pergilah" Tiba tiba Ibu Hoseok menepuk pundakku. Wanita yang sudah ku anggap seperti orang tua ku sendiri ini, seakan tau keadaan hati ku.

"Tapi Ma..." Aku menghentikan ucapan ku kalau kilatan masa lalu itu mendadak muncul dalam benakku. Ketakutan akan bertemu dengannya memang menjadi alasan ku, tapi dibalik itu ada yang lebih ku takutkan yaitu kenangan akan Seoul yang selalu berhubungan dengan hidup ku.

"Eun Ji tak bisa selamanya kau tahan disini. Dia butuh tau dunia dan orang yang pantas memberi tahu dunia padanya hanya kau"

Satu hal yang tak pernah terlintas dalam benakku adalah memberi tahu Eun Ji akan dunia dan bagaimana ia ada. Dan ucapan Mama menambah keraguan ku akan keputusan ku sendiri yang tak ingin pergi dari tempat ini.

"Pergilah, jangan memikirkan apa yang membuatmu sakit, cukup pikirkan apa yang membuat Eun Ji bahagia" Tambah Mama.

Aku memeluk erat tubuh wanita yang sudah mulai menua ini. Rasa bersalah, sedih dan terharu langsung menyelimuti ku. Bertahun tahun aku membohongi Mama akan semua yang terjadi, tentang bagaimana aku hami, siapa ayah dari Eun Ji dan bagaimana hubungan ku dengan Hoseok sesungguhnya. Semua itu masih ku simpan rapat rapat, Hoseok pun begitu. Entah bagaimana nantinya aku harus menjelaskannya, aku hanya bisa berharap selalu ada maaf untuk ku.

Akhirnya setelah hampir seminggu perdebatan ku dengan hati ku. Tibalah hari dimana aku harus menginjakkan kaki di kota yang ku benci akan kenangannya itu.

"Kita dijemput Appa, Ma?" Pertanyaan Eun Ji meluncur begitu saja setelah kami keluar dari pesawat.

"Enggak sayang. Appa kerja"

"Kapan Eun Ji bisa ke Lotte World?"

"Mungkin lusa, besok kita kan mau ketemu Aunty Ji Woo kan?"

"Oh iya Eun Ji lupa" Aku yang gemas melihat tingkah laku Eun Ji, membuat tangan ku sedikit mencubit pipinya.

Namun kesenangan ku itu harus terganggu akibat sapaan seseorang "Amora, kau sudah ditunggu di mobil" Ucap lelaki yang ku kenal sebagai manajer Hoseok.

Mata ku membulat, lalu kepalaku secara otomatis memindai sekitar. Dengan penuh ketakutan aku menolak ajakan manajer tersebut "tapi Hoseok sudah menunggu"

"Terlalu bahaya. Aku bisa pulang sendiri" Jawab ku sambil berlalu.

Ternyata manajer Hoseok tidak habis akal. Ia menarik Eun Ji lalu memberi tahu Eun Ji bahwa Hoseok menjemput kami. Eun Ji yang memang dari awal mengharapkan ayah palsunya itu datang secara otomatis langsung berteriak girang dan mengajak kami untuk cepat cepat bertemu dengan Hoseok.

"Gimana tadi naik pesawat? Eun Ji suka?" Tanya Hoseok begitu kami sudah berada didalam mobil.

"Eun Ji suka. Kapan kapan kita naik pesawat sama sama ya Appa?" Pinta Eun Ji.

"Siap tuan putri. Eh ngomong ngomong apa tadi Eun Ji nakal? Kok Mama dari tadi cuma diam ya?"

"Eun Ji gak nakal kok Appa. Mama capek ya?"

Ku anggukkan kepala ku guna menjawab pertanyaan Eun Ji "tidurlah. Nanti ku bangunkan begitu kita sampai" Ucap Hoseok pada ku. Aku yang memang teramat terpaksa untuk pergi akhirnya memilih untuk tidur ketimbang melihat jalanan yang hanya akan mengingatkan ku akan masa lalu.

Tepukan dipundak, membuat ku dengan berat hati memaksa mata ku terbuka. Sepertinya kami sudah sampai, terbukti dari kendaraan yang ku tumpangi tidak lagi bergerak maju "kita sudah sampai?" Tanya ku pada Hoseok.

"Iya" Jawabnya singkat.

Tapi begitu ku edarkan pandangan ku ke sekeliling tempat mobil kami berhenti, tiba tiba aku menyadari satu hal. Ini bukan garasi rumah tapi ini basement apartemen "bukannya Kak Ji Woo tinggal di komplek perumahan? Apa Kakak sudah pindah?"

"Tidak"

"Lalu? Untuk apa kita ke apartemen Hoseok?" Tanya ku sambil menahan sedikit amarah ku.

"Kalian akan tinggal disini" Jawaban Hoseok sungguh ingin membuat ku berteriak marah, kalau tak melihat Eun Ji yang tidur lelap di gendongannya, sudah pasti aku akan mengomelinya panjang lebar "kita masuk dulu, setelah itu baru kita berbicara" Lanjut Hoseok sambil membawa Eun Ji keluar dari mobil.

Aku melihat punggung Hoseok menjauh sambil mencoba menahan amarah ku. Sepertinya tidak ada pilihan lain selain mengikutinya kali ini, mungkin nanti malam aku bisa berpindah ke kediaman Kak Ji Woo sesuai rencana awal kami.

"Duduklah" Ucap Hoseok begitu ia sudah meletakkan Eun Ji disalah satu kamar di lantai 20 ini.

"Aku sengaja membawa kalian kemari karena apartemen ini letaknya paling dekat dengan kantor ku" Jelasnya.

"Lalu apa hubungannya dengan kami?"

"Aku akan pulang kemari selama kau dan Eun Ji ada disini"

Kepala ku tak bisa mencerna ucapan Hoseok dengan baik "apa maksud mu?"

"Selama kalian di Seoul, aku tidak akan tidur di dorm" Ucap Hoseok santai.

Apa katanya? Tidak tidur di dorm? Setiap malam ia akan kemari? Apartemen ini hanya berisikan kami bertiga bukan? Apa maksud tingkah lakunya ini?

"Jangan gila! Antarkan kami ke rumah Kak Ji Woo saja!" Teriakku sambil meluapkan kekesalan.

"Pelan kan suaramu, Noona. Eun Ji bisa bangun"

Hidung ku mulai mencoba menarik nafas dalam dalam. Sebisa mungkin aku mencoba agar bisa mengontrol emosi ku "antarkan aku ke rumah Kakak, Hoseok-ah. Ku mohon"

"Rumah Kakak terlalu jauh bagi ku"

"Kau tak perlu berkunjung selama aku dan Eun Ji disini, aku bisa sendiri. Lagian itu terlalu rawan untuk masa depan karir mu" Aku sedikit membuat negosiasi dengan Hoseok atau bisa lebih dibilang, aku lebih ingin tenang tak berada satu tepat dengan lelaki itu.

"Aku tak mau berjauhan dengan Eun Ji"

"Tapi Hoseok itu terlalu beresiko. Bagaimana kalau nanti para member curiga dengan perilakuperilakumu?"

"Mereka sudah tau aku menyimpan wanita, hanya saja mereka tidak tau kalau itu kau" Jawab Hoseok santai.

"Yakk!! Jung Hoseok!!"

.
.
.
.

11052022

Borahe 💙

Wajah Lain Bahagia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang