Bahagia 25

31 5 0
                                    

Roda kehidupan selalu berputar. Aku kira dengan aku berusaha menerima segalanya makan semua akan sebagaimana yang aku pikirkan. Nyatanya aku masih salah, aku lagi lagi lupa bahwa semua skenario hidup ini masih tetap terpegang oleh Yang Maha Besar, Allah.

Pembicaraan kami terhenti mulai dari saat tadi di apartemen ku sampai kami tiba dirumah Gwangju. Aku dan HoSeok benar benar seperti orang asing. Tak ada satupun dari kami yang berinisiatif membuka percakapan meski secuap.

Aku bahkan sampai tak perduli pikiran Jimin tentang hubungan kami yang mendadak jadi sepi. Jimin mengantarkan kami sampai bandara. Lelaki itu masih tetap sama, lelaki yang lucu untukku. Ia sosok adik yang memang dekat dengan ku sebelum aku menghilang empat tahun lalu.

Tapi ada satu hal yang tak pernah terpikir oleh ku akan Jimin lakukan dihadapan Hoseok, yaitu Jimin memelukku. Beberapa kata rindu ia sampaikan padaku, bahkan ia meminta ku untuk segera tinggal kembali di Seoul. Mungkin kejadian ini juga lah yang membuat Hoseok tak banyak bicara.

"Kalian bertengkar?" Tanya Mama begitu aku membantunya untuk menyiapkan makan siang.

Aku menatap Mama sebentar lalu mencoba mencoba terlihat baik baik saja "tidak Ma. Kami baik"

"Tapi Mama melihat Hobie langsung ikut tidur dikamar Eun Ji" Mama sepertinya tidak percaya dengan apa yang ku tutur kan.

Sejujurnya membohongi Mama terus menerus tak ingin ku lakukan, akan tetapi aku juga tak tega melihat Mama mengetahui keadaan sebenarnya rumah tangga ku dengan Hoseok. Aku terlalu takut menyakiti hati Mama.

"Oppa hanya kelelahan Ma. Tiap hari selalu saja ada yang harus Oppa kerjakan di studio" Jawabku berbohong.

"Kalian tidak jadi bulan madu?"

"Kami sempat berjalan jalan di Sungai Han kok Ma"

Mama menghembuskan nafas besarnya dengan kasar. Tampaknya ada sesuatu yang mengganggu pikiran Mama "ada apa Ma?" Kini giliran ku untuk mengulik apa yang Mama rasakan.

"Sejujurnya Mama tau hubungan kalian tidak baik baik saja. Mama berkali kali melihat Hobie tidur di ruang kerjanya sampai pagi. Mama memang tak tau apa yang sedang kalian hadapi tapi Mama harap kalian tidak pernah berpikir untuk meninggalkan satu sama lain"

Air mata ku langsung menetes begitu Mama menyelesaikan ucapannya. Hati seorang Ibu memang tak pernah bisa dibohongi, meskipun tawa yang kami tunjukkan selebar mungkin.

"Maafkan Amora, Ma. Semua salah Amora yang belum bisa menjadi istri yang baik untuk Oppa" Ucap ku sambil terisak.

Mama merespon ucapan ku dengan segera memelukku. Selalu saja begitu, aku tak pernah diadili oleh Mama sebanyak apapun kesalahan yang sudah ku lakukan "jangan menyalahkan diri sendiri. Kalian hanya butuh belajar lagi. Masih banyak waktu, jadi jangan menangis ya. Ingat, ada Mama yang bisa menjadi pendengar apapun yang terjadi, termasuk kesalahan yang Hobie lakukan"

Aku tak mampu menjawab apapun yang Mama ucapkan. Hanya eratan pelukan sajalah yang bisa ku lakukan. Aku rasa Mama mengerti arti pelukan ku itu.

"Hobie sudah berbicara dengan mu tentang tinggal di Seoul?" Tanya Mama sambil mulai mengurai pelukan kami.

"Sudah tapi Amora tak tau, apa Amora bisa hidup disana Ma"

"Kau sudah pernah tinggal di sana, apa susahnya untuk tinggal disana lagi? Mama yakin tujuan Hobie mengajakmu tinggal bersama disana itu merupakan caranya agar hubungan kalian membaik"

"Apa Eun Ji bisa Ma?" Tanya ku ragu.

Mama mengelus lengan ku pelan sambil menatap ku dalam "kau meragukan anakmu sendiri? Eun Ji bukan anak biasa Amora. Beberapa bulan lagi dia sudah empat tahun, Mama yakin dia bisa bertahan hidup di kota besar"

Kini giliran aku yang menghembuskan nafas lelah. Tak perlu ditanyakan, sudah pasti Mama setuju dengan kepindahan ku ke Seoul bahkan sebelum aku mempertanyakannya dan pasti, rengekan ku untuk tak mengiyakan ide gila Hoseok itu, ditolak Mama. Aku tak punya kubu untuk masalah ku yang satu ini.

"Amora masih ragu untuk meninggalkan toko Ma" Ujar ku masih mencari cara agar Mama mendukungku untuk tetap tinggal di sini.

"Kalau masalah itu kau tak perlu khawatir. Biarkan Mama dan Papa yang mengurusnya, Mama pastikan kau tak akan rugi sedikitpun. Hahahaha"

Akhirnya akupun juga ikut tertawa. Mama Hoseok ini memang tak jauh berbeda dengan anak anaknya. Meskipun kepribadian Hoseok didalam dan diluar rumah berbeda tapi aku yakin semua sikap baiknya karena kedua orang tuanya.

Obrolan kami kembali serius begitu Mama menanyakan tentang anak pada ku "kau tau kan kalau Hobie ingin punya anak banyak? Mungkin salah satu cara terampuh untuk mengeratkan hubungan kalian lagi selain dengan tinggal bersama, mungkin dengan memiliki anak lagi"

Pandangan ku langsung ku alihkan kearah lain begitu Mama menyangkut hal itu. Aku tak ingin pipi ku yang memerah terlihat oleh Mama karena pembahasan yang Mama tutur kan itu membuat ku mengingat kejadian malam panas di apartemen ku kemarin.

"Kau tak papa kan Amora? Kenapa pipimu terlihat merah? Kau sakit?" Tanya Mama sambil memutar wajahku agar berhadapan dengannya "kau kenapa Nak? Apanya yang sakit?" Cecar Mama.

"Amora tak papa Ma. Hanya...." Aku bingung bagaimana harus menjelaskan situasi hatiku saat ini pada Mama. Aku terlalu malu untuk mengatakan hal hal intim dihadapan mertua ku itu.

"Hanya apa? Jangan jangan kau tengah hamil ya? Jangan sembunyikan apapun dari Mama loh"

"Apa yang disembunyikan Ma?" Tanya Hoseok dari balik tubuh ku. Mataku seketika terpejam saat menyesali situasi ini, Hoseok selalu hadir disaat yang tidak tepat. Dan sekarang ia dengan santainya duduk berhadapan dengan ku dan Mama.

"Apa Amora hamil?" Pertanyaan sarkas Mama sepertinya langsung menghentikan gerakan Hoseok yang akan mengambil lauk didepan kami.

Mata ku dan Hoseok bertemu, namun tak ada isyarat apapun yang kami layangkan. Hanya menatap sekilas lalu Hoseok bersikap seperti tak terjadi apa apa "doakan saja Ma, semua tergantung Allah"

"Kau sedang hamil Nak?" Mama mengulang pertanyaan yang sama padaku.

"Belum tau Ma, Amora belum terlambat datang bulan" Jawab yang paling aman yang bisa ku berikan pada Mama.

"Hobie, kau mulai malam ini tidak boleh tidur diruang kerjamu atau dikamar Eun Ji lagi. Ingat itu!" Titah Mama.

Hoseok yang tidak tau menau tentang pembahasan kami tadi, mulai mengerutkan keningnya dan bertanya "maksud Mama?"

"Mama tau kalian jarang tidur bersama, kau tak perlu menatap Amora begitu, dia tak mengadukan apapun pada Mama. Mama memang tak ingin tau masalah kalian apa tapi Mama harap kau lebih dewasa lagi. Kalian hanya perlu diskusi untuk mencari jalan keluar, bukan malah saling mengasingkan diri begitu, mengerti Hobie?"

Bukannya menjawab pertanyaan Mama, Hoseok malah mengatakan hal yang tidak tidak "Hobie hanya cemburu, istri Hobie dipeluk Jimin"

.
.
.

28062022

Borahe 💙

Wajah Lain Bahagia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang