"Bagaimana kabar mu?" Pertanyaan yang sama diulang oleh orang yang sama.
Masa lalu. Entah bagaimana aku harus menghadapi nya.
Dulu, aku mati matian menghilang darinya dan saat ini aku malah bertemu dengannya lagi, dengan rasa yang masih tetap sama."Baik" Aku tak perlu menanyakan kabarnya bukan? Karena bagi ku, Yoongi ada disini sudah menjelaskan bahwa ia sehat. Ia bahkan sudah bekerja meskipun beberapa hari yang lalu istrinya meninggal. Itu cukup membuktikan ia baik.
"Aku boleh berbicara denganmu?"
"Sejak tadi kau sudah berbicara" Jawab ku sarkas.
"Kau benar" Timpalnya dengan sedikit senyum "maaf untuk waktu itu"
"Aku sudah melupakannya" Bohong ku. Bagaimana aku bisa melupakan kejadian yang membuat hidupku berubah seratus delapan puluh derajat kala itu. Dan Yoongi lah penyebab perubahan itu.
"Maaf sudah membuatmu mengingatnya lagi, tapi aku mau meluruskan satu hal yang mungkin tak kau tau. Aku menghilang bukan untuk meninggalkanmu saat itu, aku menghilang karena aku butuh waktu untuk meyakinkan kedua orang tuaku"
Sekuat hati aku menahan lelehan air mata yang mulai menggenang di ujung mata ku. Aku tak pernah berharap Yoongi akan mengatakan ini. Ia berjuang saat itu. Harusnya aku bahagia bukan? Ia memperjuangkan ku, tapi entah mengapa penuturannya membuatku tersakiti.
Mungkin kah aku berharap ia datang lebih cepat? Atau aku berharap ia masih menaruh hati padaku? Entahlah aku tak tau.
"Kau bahagia sekarang?"
Air mata ku meluncur begitu saja mendengar pertanyaan Yoongi. Pertanyaan yang mungkin bisa ku jawab "iya" dengan lantang saat bersamanya dulu itu, sekarang tak lagi bisa ku jawab.
Hoseok pernah mempertanyakan hal yang sama. Dan aku masih tetap sama, aku diam, tak tau harus menjawab apa. Karena memang aku tak tau bahagia seperti apa yang ku inginkan.
"Hobie menjagamu dengan baik kan? Pernikahan kalian baik baik saja kan?"
Mataku kabur saat menatap Yoongi yang duduk jauh berada didepan ku, terhalang dengan air mata. Aku sungguh tak tau maksud tiap pertanyaan yang Yoongi ajukan itu apa, tapi yang ku tau pasti, ia masih sama.
"Jangan dijawab kalau kau tak ingin menjawabnya. Kau cukup memperlihatkan bahwa kau bahagia itu saja"
"Untuk?"
"Agar suatu saat aku bisa menerima orang lain"
Aku hanya bisa menunduk dan menutup wajah ku dengan kedua telapak tangan ku, mencoba meredam suara tangis yang ku buat.
Satu fakta yang ku dapat hari ini bahwa di hatinya masih ada namaku, membuat ku ingin mengulang semuanya, membuat ku ingin memutar kembali kejadian empat tahun lalu.Aku dan Yoongi masih terjebak oleh perasaan yang sama.
"Jangan menangis. Aku tak lagi bisa memelukmu, Mora"
Yoongi masih memanggil namaku selembut dulu. Bagaimana aku bisa menghalau semua perasaan ku, kalau saat ini ia datang dengan semua hal hal manis yang selalu ku inginkan.
Triinggg... Tringggg... Tringggg...
Suara ponsel ku langsung membuat ku mengusap kasar air mata ku. Nama Mama Hoseok terpampang disana, menunggu ku untuk menerima panggilannya.
Sejak ku atur nafas ku, memastikan diriku terlihat baik baik saja, lalu jari ku tergerak untuk menggeser tombol hijau dilayar ponsel itu.
"Mama... Hiks... Hiks..." Suara Eun Ji sedang menangis membuat ku panik seketika.
"Loh, loh anak Mama kenapa nangis? Nenek mana sayang?" Tanya ku pada Eun Ji.
"Dibully temennya Ma" Kata Mama dibalik telepon.
"Coba cerita sama Mama masalahnya apa?" Aku mencoba menenangkan Eun Ji. Ingin rasanya aku langsung pulang, tapi apa daya jarak antara Seoul dan Gwangju tidaklah dekat.
"Eun Ji dikatain gak punya Appa, terus dikatain kayak mummy karena kulit Eun Ji terlalu putih"
Reflek anak mataku langsung melirik Yoongi. Berharap lelaki itu tak mendengar apa yang Eun Ji katakan. Aku tak ingin ia mencurigai Eun Ji sebagai anaknya. Aku tak mau membuat Eun Ji kebingungan dengan datangnya ayah kandungnya, karena yang gadis itu tau, Hoseok lah ayah biologisnya.
"Kata siapa Eun Ji gak punya Appa? Kan Eun Ji punya cuma Appanya Eun Ji kerjanya jauh jadi gak bisa sering sering pulang. Lain kali Eun Ji jawab gitu aja ya"
"Kenapa Eun Ji gak boleh bilang kalau Appanya Eun Ji itu artis sih Ma?"
"Ya karena biar Eun Ji gak diganggu orang. Nanti Mama bilang sama Appa buat sesekali nganter Eun Ji kesekolah ya tapi pakai masker gak papa kan?"
"Oke Ma, janji ya"
"Janji" Ucap ku sedikit lega. Aku sangat beruntung mempunyai anak yang bisa ku ajak diskusi seperti ini. Eun Ji memang bisa dikatakan lebih dewasa dibandingkan anak seusianya. Bukan karena maunya ia seperti itu, hanya saja aku mengajarinya hal hal yang mungkin keluarga lain tidak ajarkan, terutama tentang kehidupan Hoseok.
Kehidupan di dunia entertainment yang syarat akan sorotan membuat ku mau tak mau harus memaksa Eun Ji ikut juga mempelajarinya. Mulai dari menyembunyikan jati dirinya sampai membatasi ruang geraknya di dunia luar. Aku benar benar tak ingin Eun Ji diganggu oleh siapapun termasuk fans Hoseok dan Bangtan.
"Mama sudah di bandara?" Tanya gadis kecil ku.
"Belum sayang. Appa belum selesai kerjanya, nanti kalau Appa sudah selesai kerjanya, kita pasti pulang kok"
"Asik. Besok ajak Eun Ji ke pantai ya Ma?"
"Pantai? Kan besok masih sekolah sayang, gak baik loh bolos"
"Eun Ji mau ngebakar kulit Eun Ji biar gak kayak mummy" Ucap Eun Ji polos.
Aku menutupi mulut ku guna menahan tawa ku. Anak itu selalu bisa membuat ku tersenyum kembali, apapun suasana hatiku.
Namun ternyata ada suara tawa orang lain yang turut membersamai gelak ku."Itu siapa Ma?"
Bingung harus menjawab apa tapi akhirnya aku memilih untuk jujur, dengan siapa aku sekarang "Uncel Yoongi"
"Hai cantik. Masih ingat Paman?" Yoongi tiba tiba menyapa Eun Ji. Aku sebenarnya panik akan interaksi mereka tapi mengusirnya atau memutus sambungan ini, bukanlah solusi.
"Hai Paman. Eun Ji ingat kok"
"Eun Ji mau kemana tadi? Paman diajak gak?"
"Eun Ji mau berjemur dipantai Paman, biar kulitnya kecoklatan" Terang Eun Ji.
Yoongi tersenyum lebar lalu menjawab "gak usah berjemur cantik. Eun Ji gak sendirian kok, kulit Paman juga pucat, jadi kita sama, oke?"
Mata ku langsung membulat mendengar apa yang Yoongi katakan pada Eun Ji. Berbagai macam spekulasi langsung terbentuk dalam benakku ketika aku mendengar itu.
Apa selama ini Yoongi juga tau bahwa Eun Ji darah dagingnya?
"Paman gak bohong kan?"
"Enggak, kalau gak percaya tanya aja sama Mamanya Eun Ji, kulit Paman pucat apa tidak"
"Ma... Kulit Paman Yoongi memangnya pucat sekali, seperti Eun Ji?" Aku panik bukan main mendengar pertanyaan Eun Ji. Ingin rasanya aku berbohong pada anak ku itu, aku belum siap apabila aku jawabanku membuat Yoongi semakin meyakini bahwa Eun Ji adalah anaknya.
"Ii....." Namun belum sempat aku menjawab, HoSeok lebih dulu mengambil alih ponsel ku dan menjawab "Iya kulit Paman Yoongi pucat juga"
.
.
.12062022
Borahe 💙
KAMU SEDANG MEMBACA
Wajah Lain Bahagia
RomanceAku bertemu dengannya dengan tidak sengaja... Di taman itu... Matanya menatap kearah lain, tapi tangannya menggenggam kuat pergelangan tangan ku... Tapi ternyata... Dimasa depan ada tangan lain juga menggandeng ku... Aku masih mencintai masa lal...