Bahagia 33

40 6 0
                                    

Ku rapatkan coat yang ku gunakan sambil mulai berjalan menjauh dari sekolah Eun Ji. Cuaca hari ini masih sedikit dingin, meski musim semi sudah dimulai.

Beberapa kali aku sempat takjub akan pemandangan didepan mataku. Pucuk pucuk hijau mulai tumbuh dan menghiasi ranting ranting pohon yang aku lalui.

Kalau saja di negara asal ku, Indonesia musim ini ada, mungkin akan menjadi daya tarik sendiri untuk banyak orang agar mau berjalan kaki sambil menikmati pemandangan disekitarnya.

Hari ini setelah aku mengantarkan Eun Ji, aku berniat untuk mampir sebentar ke swalayan dekat apartemen ku karena persediaan bahan makanan ku sudah sangat menipis, membuat ku mau tak mau harus berbelanja.

Ya, mungkin dengan aku berjalan jalan sendiri, bisa sedikit membuat pikiran ku lupa akan masalah yang tengah terjadi.

"Aku mencintaimu"

Kata kata Hoseok diakhir malam kemarin cukup menggangguku.
Diatas satu ranjang yang sama ia mengatakan itu. Entah tujuannya untuk ku atau Eun Ji tapi yang jelas saat itu aku percaya bahwa esok hari hubungan kami akan membaik.
Namun nyatanya, itu semua hanya mimpi karena saat pagi menjelang Hoseok sudah pergi dari apartemen ku tanpa pamit, meninggalkan ku dan Eun Ji sendiri lagi.

Sungguh miris.

Ditengah tengah sibuknya aku dengan pikiran ku tiba tiba ponsel pintar ku berdering. Nama Hoseok tercetak dilayar datar telepon genggam ku. Nama yang sempat ku tunggu tunggu datangnya selama sebulan ini, mendadak menghubungi ku.

"Assalamu'alaikum" Ucapku sambil mulai menempelkan benda pipih itu disamping telingaku.

"Mama dan Papa akan datang" Kata Hoseok dari sebrang sana.

Ku hembuskan nafas lelahku sebelum akhirnya ku respon pernyataan Hoseok "biar aku saja yang menjemput Mama di bandara"

"Kita harus menjemputnya bersama"

Lagi, lagi hanya hembusan nafas kasar sebagai ekspresi hati ku. Aku tau konsekuensi atas kunjungan orang tua Hoseok disini, yaitu kami harus memainkan drama yang bagus untuk membuat Mama dan Papa tak khawatir akan hubungan kami.

"Kau masih mendengarku?"

"Hmm"

"Kau dimana?"

"Belanja"

"Beri tahu aku dimana tepatnya. Aku akan kesana"

Clik.

Hoseok mematikan sambungan telepon kami sepihak, bahkan sebelum aku menjawab apapun.

Tak ingin terlalu makan hati akan sikapnya yang semakin menjadi jadi, aku mengalihkan pikiran dan mata ku pada bahan bahan makanan yang ada didepan ku. Aku harus bergerak cepat sebelum lelaki yang berstatus suamiku itu muncul disini.

Dan benar saja, tak sampai satu jam lelaki itu sudah menelpon ku dan memintaku  untuk segera keluar karena ia tak akan menjemputku masuk kedalam. Hoseok hanya akan menunggu didepan loby pusat perbelanjaan ini.

"Kenapa kau belanja banyak sekali? Tidak seperti biasanya" Tanyanya begitu aku sudah duduk disebelahnya.

Hari itu Hoseok membawa mobilnya seorang diri. Tak ada supir atau manager yang biasanya menemaninya. Mungkin karena statusnya yang sudah bukan idol lagi, yang membuatnya bertingkah seperti orang biasa, tanpa pengawalan ketat dan tanpa penjagaan.

"Biasanya para member datang untuk bermain dengan Eun Ji" Ucap ku tanpa menatapnya.

"Semuanya?"

"Hmm"

"Aku kira foto foto yang Namjoon kirim itu saat dia tengah berkunjung, tapi ternyata mereka memang sering datang ya, termasuk Yoongi Hyung kan?" Ujarnya sambil sedikit menekan nama masa lalu ku itu.

Aku baru tau bahwa selama ini Hoseok sengaja diam dan mencari tahu kabarku dari orang orang yang berada didekatku. Namun karena tak ingin tersulut oleh api yang Hoseok lemparkan, aku memilih untuk membuang pandangan ku keluar jendela. Aku tak ingin menghancurkan mood ku sebelum orang tua kami datang.

Aku memilih diam.

Bahkan sampai di bandara pun tak ada obrolan lebih lanjut diantara kami. Aku sibuk dengan pikiran ku dan Hoseok juga pasti sama.

"Kenapa semakin kurus Nak?" Tanya Mama begitu kami sudah memasuki mobil yang akan membawa kami ke rumah Kak Ji Woo.

"Masih adaptasi Ma, tenang saja setelah ini Amora akan gendut kayak dulu" Jawab ku sambil terkekeh.

"Kau tak menyuruhnya diet kan Hobie?"

"Enggak Ma... Lagian Amora gendut atau tidak, sama saja menurut ku" Ucap Hoseok santai sambil berkonsentrasi dibalik kemudi nya.

Berbeda dengan Hoseok yang bisa bersikap santai, aku malah sebaliknya. Entah mengapa aku tak nyaman dengan ucapan Hoseok yang seakan acuh tentang apa yang terjadi padaku.

"Mama disini lama kan?" Tanya ku mengalihkan pembicaraan yang membuat ku tak nyaman itu.

"Masih belum tau Nak. Mungkin nanti setelah Kakak mu melahirkan baru bisa diputuskan"

Oh iya aku sampai lupa memberi tahu kalian kalau dalam waktu dekat Kak Ji Woo akan melahirkan anaknya lewat jalan operasi caesar karena pinggulnya terlalu sempit untuk dijadikan jalan lahir. Itulah yang melatarbelakangi kedatangan Mama dan Papa siang ini di Seoul.

"Kau sudah menemui saran dari Kakak mu?" Tanya Mama pelan.

Aku cukup terkejut dengan ucapan Mama. Aku tak menyangka Mama akan membahasnya sekarang. Buru buru aku menoleh ke arah Hoseok, untungnya lelaki itu sepertinya tidak mendengarkan obrolan ku dan Mama "belum Ma. Nanti saja ya Ma, kita bahas berdua" Ucapku tak kalah lirih.

"Kau belum memberi tahunya?"

Ku geleng kan kepalaku sebagai tanda atas jawaban dari pertanyaan yang Mama tanyakan. Aku paham kearah mana maksud Mama, akan tetapi aku masih belum ingin membahas apa yang Mama maksud itu dengan Hoseok.

"Apa yang tak aku tau?" Tanya Hoseok tiba tiba.

Tangan ku mulai berkeringat, dadaku pun mulai berdetak kencang. Aku masih belum siap membahas apapun yang sudah ku sembunyikan dari Hoseok saat ini. Masalah kami belum juga selesai dan aku tak ingin menambah masalah lain yang lebih runyam.

"Tak ada" Jawab ku singkat.

"Kalau kau menjawab tak ada itu artinya ada bukan? Apa yang aku lewatkan selama sebulan kepergian ku, Ma?" Kini giliran Mama yang menjadi sasaran Hoseok setelah aku berdalih tak ada yang ku sembunyikan darinya.

"Ma..." Panggilan Hoseok penuh dengan tekanan.

"Jangan begitu Oppa, tidak sopan" Ucap ku sedikit kesal.

"Ya kalau begitu beri tahu apa yang kau sembunyikan"

"Hobie..." Panggil Papa mencoba menenangkan Hoseok.

"Hobie hanya ingin tau Pa, apa yang Mora sembunyikan dari Hobie. Atau jangan jangan Papa tau, apa yang Mora sembunyikan?" Selidik Hoseok masih dengan nada sedikit mengancam.

"Sudah, nanti dibahas dirumah saja. Kau konsentrasi saja ke jalan. Bahaya" Kata Mama melerai pertikaian kami.

Tak ada satupun dari kami yang mampu melawan titah Mama. Sampai mobil yang kami kendarai masuk diplataran rumah Kak Ji Woo, kami diam membisu.

Namun ternyata itu tak berlangsung lama. Saat aku sudah turun dari mobil, Hoseok langsung menarik tangan ku kearah tempat yang sedikit sepi "lepasin, sakit" Rengek ku sambil sedikit berlari.

"Hobie..." Teriakan Mama tak Hoseok hiraukan. Sepertinya suamiku itu sudah terbawa emosinya sejak tadi "Hobie! Lepaskan Mora! Sampai cucu Mama kenapa kenapa, Mama tidak akan memaafkanmu!" Imbuh Mama sedikit berteriak.

Hoseok yang mendengar ucapan Mama barusan, langsung menghentikan langkahnya dan menatap mataku dalam dalam "cucu? Kau hamil?"

"Hmm"

"Anak siapa?"

.
.
.

18082022

Borahe 💙

Wajah Lain Bahagia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang