Bahagia 42

76 7 0
                                    

"Bagaimana keadaan Amora, Hobie?" Sebuah pertanyaan yang membuat Hoseok terdiam.

Pasalnya sejak tadi, setelah ia mengatakan Amora masuk ke dalam ruang operasi, sampai hampir satu jam dokter belum memberinya kabar apapun tentang keadaan kedua nyawa didalam sana.

Bahkan sampai kedua orang tuanya serta kakak iparnya datang pun, lelaki berstatus ayah sekaligus suami itu masih buta akan keadaan istrinya sendiri.

"Eun Ji bagaimana Ma?" Hanya satu kata itu yang bisa membuat ketegangan Hoseok sedikit teralihkan.

"Eun Ji aman bersama Kakakmu"

Mama sebagai Ibu yang melahirkannya, cukup tau apa yang Hoseok takutkan. Dengan pelan tapi pasti, wanita paruh baya itu membawa anak lelakinya kedalam pelukannya "semua akan baik baik saja. Amora bukan wanita yang lemah, kau tau itu bukan?"

Hoseok mengangguk pelan. Iya percaya wanitanya didalam sana akan kembali dalam keadaan sedia kala, meski tak bisa di pungkiri bahwa hati kecilnya mengkhawatirkan apapun yang bisa membuat keadaan buruk.

Tak selang dari percakapan itu dokter dengan baju operasi keluar dari ruang operasi menghampiri semua keluarga Jung itu "selamat malam" Salamnya pelan.

Tampak sedikit guratan lelah diwajahnya, mungkin karena kondisi Amora yang berbeda dari wanita melahirkan lainnya menyebabkan sang dokter harus sedikit bekerja keras untuk menanganinya.

"Seperti yang sudah saya jelaskan sebelumnya ya Tuan, apabila keadaannya diluar kendali kita maka jalan terakhir yang bisa kita lakukan adalah mengangkat rahim Nyonya Jung. Dan itu baru saja saya lakukan. Saya minta maaf" Dokter itu membungkuk sempurna.

Berbanding terbalik dengan Hoseok yang malah membalas permintaan maaf itu, sang Mama malah terdiam tak bergerak barang sedikitpun. Hoseok tau penjelasan dokter pasti akan membuat seluruh keluarnya yang hadir begitu terkejut. Karena hanya dirinya lah yang tadi mendengar penjelasan dokter sebelum akhirnya ia menandatangani persetujuan itu.

"Jadi Adik saya sudah tidak memiliki rahim lagi Dok?" Tanya Kakak ipar Hoseok pada Dokter itu.

Dokter itu hanya mengangguk pelan. Air mata Mama mertua Amora langsung membanjiri pipinya. Tubuhnya yang memang sudah berumur tiba tiba harus limbung, untung saja sang suami siaga di sampingnya sehingga tidak sampai terjatuh tubuh istrinya sudah dalam pelukannya.

"Keadaan Nyonya Jung sudah membaik. Kami hanya perlu mengevaluasi pendaharannya untuk enam jam kedepan. Setelah itu Nyonya Jung akan dipindahkan ke ruang perawatan" Kata dokter tersebut melanjutkan ucapannya.

"Bayinya Dok?" Tanya Hoseok pelan.

"Ahh saya lupa mengatakannya... Selamat Tuan Jung, istri anda melahirkan bayi laki laki sangat sehat. Anda boleh melihatnya sebentar lagi"

Dokter tersebut pergi dengan menyisakan perasaan yang sulit diartikan bagi seluruh keluarga Jung. Ada kabar baik dan ada kabar buruk datang disaat bersama, sampai sampai semua orang di tempat itu sulit untuk mengekspresikan nya.

"Hobie harus bagaimana Ma memberitahu ini semua pada Amora? Bagaimana cara Hobie memberitahukan bahwa Amora sudah tidak lagi memiliki rahim" Tutur Hoseok pilu.
Lelaki itu menyalahkan dirinya sendiri untuk hal yang diluar batas kemampuan nya.

"Amora pasti akan mengerti" Mama mencoba menguatkan Hoseok meski ia juga terkejut menerima kenyataan yang tak pernah terpikir sebelumnya.

"Semua sudah terjadi jadi Papa harap kau tak menyalahkan dirimu sendiri Hobie. Kau sudah melakukan yang terbaik yang kau bisa jadi jangan tunjukkan wajah sedihmu di hadapan Amora. Kita semua harus memperlihatkan wajah bahagia didepannya, oke?" Perkataan Papa cukup membuat semuanya sadar akan kenyataan yang akan mereka perankan didepan sana.

Wajah Lain Bahagia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang