Bahagia 21

40 6 0
                                    

Dihadapan ku duduk dia laki laki yang berpengaruh dalam hidup ku. Ada Yoongi sebagai masa lalu ku dan ada Hoseok sebagai masa sekarang ku.

Jujur, aku tak pernah membayangkan bahwa kami akan duduk dalam satu tempat bersama sama. Ya, mungkin memang akan terjadi suatu saat nanti tapi aku tak tau kalau ini semua terjadi sangat cepat.

Suasana sangat hening, membuat ku ingin sekali menyudahi kerumunan ini.
"Hoseok, kita bisa ketinggalan pesawat" Ucap ku pelan namun bisa dipastikan Yoongi juga mendengarnya.

Hoseok menatap ku lembut. Tangannya terulur mengusak kepala ku pelan sambil berkata "sebentar ya. Sepertinya Yoongi Hyung ada yang mau dibicarakan dengan kita"

Yoongi yang namanya disebut, langsung menatap Hoseok santai sambil berkata "kau bisa melepaskannya kan Hob-ah?"

"Melepaskan siapa yang kau maksud Hyung?"

"Amora" Ucap Yoongi penuh penekanan.

Dengan spontan aku langsung mencengkram lengan Hoseok. Aku tak menyangka dari sekian banyak obrolan yang bisa kita lakukan, Yoongi malah mengucapkan itu. Bukankah tadi ia sempat nyuruh ku untuk terlihat bahagia kan? Lalu apa maksudnya ia mengatakan itu didepan Hoseok.

Hoseok melirik tanganku yang sudah bertengger di lengannya. Dengan perlahan ia melepaskan tangan ku. Aku sempat berpikir yang tidak tidak, berpikir apa Hoseok mau menyerahkan ku pada Yoongi atau mereka akan memulai pertengkaran. Akan tetapi pikiran ku itu salah, begitu aku tau genggaman ku pada lengannya, ia lepas karena Hoseok ingin menautkan tangan kami.

Kini kami bergandengan tangan didepan mata Yoongi.

"Aku akan melepaskan Amora kalau dia sendiri yang memintanya Hyung"

Jawaban ambigu yang diberikan Hoseok membuat Yoongi langsung menatap ku. Matanya menatap dalam mata ku seakan meyakinkan bahwa ia tak akan meninggalkan ku lagi dan ia tak akan mengulangi kesalahannya yang dulu.

"Kau masih mencintai ku kan?" Tanya Yoongi lantang.

"Tidak. Aku mencintai Hoseok" Ujar ku sambil menolehkan kepala ku pada Hoseok. Aku tau saat ini Hoseok pasti akan merasa ku permainankan. Lelaki baik itu selalu menjadi tameng ku ketika berhadapan dengan Yoongi. Sedangkan jelas jelas Hoseok tau bahwa aku tak bisa menerimanya karena Yoongi lah yang masih bersemayam dihatiku.

Bukan aku tak bisa menjawab sejujurnya seperti apa yang ku rasakan. Hanya saja sepertinya aku perlu memikirkan semuanya, baik dan buruknya serta keadaan Eun Ji juga. Aku harus memikirkan gadis itu baik baik saja, meskipun aku harus mengalahkan ego ku sendiri.

"Kau dengar Hyung? Istri ku mencintai ku. Jangan mengharapkan sesuatu yang sudah menjadi masa lalu. Ayo sayang, kita bisa tertinggal pesawat. Aku pergi dulu Hyung"

Hoseok menarikku keluar dari studionya, namun belum sampai pintu, Yoongi sudah berkata "kalau aku bisa membuatnya jujur pada dirinya sendiri, kau siap untuk melepasnya kan?"

Langkah kaki Hoseok terhenti. Ku rasakan genggaman tangan Hoseok menguat, aku tau ia sedang mati matian menahan dirinya untuk tidak emosi didepan orang yang sudah ia seperti kakak ini. Tanpa menolehkan kepala Hoseok berujar "aku tak akan pernah melepaskan apa yang menjadi milikku kecuali dia sendiri yang ingin melepaskan diri"

"Ayo Sa..." Belum sampai Hoseok menyelesaikan ucapannya, tiba tiba Yoongi mengucapkan sesuatu yang membuat ku ketakutan setengah mati "Eun Ji, apa benar gadis kecil itu anakmu?"

Dibaliknya tubuh Hoseok menghadap ku. Dibelakang ku masih ada Yoongi yang mungkin sedang menatap kami. Dengan gerakan mata, aku memberi kode pada Hoseok untuk tidak memberi tahu identitas Eun Ji sebenarnya pada Yoongi. Aku tak ingin kehilangan Eun Ji karena Yoongi menginginkan anak itu untuk hidup dengannya. Aku belum siap untuk semua itu.

"Namanya Jung Eun Ji. Nama belakang keluarga ku ada di namanya, kau tau maksud ku bukan?"

"Tapi dia lebih mirip dengan ku" Jawab Yoongi tak mau kalah.

"Lalu? Hanya karena warna kulitnya yang sama dengan mu, kau menyebutnya anakmu? Kau mungkin butuh istirahat Hyung agar otakmu bisa berpikir dengan baik. Kau mungkin terlalu lelah sampai sampai, kau berhalusinasi"

"Aku tak lagi bercanda Hob-ah"

"Aku juga tak pernah bercanda Hyung. Kalau kau pikir Eun Ji, anakmu, berarti kau telah menghamili Amora begitu? Menghamili nya saat kalian belum resmi menikah? Apa ini bukti bahwa kau tak menjaganya dengan baik?"

Mata ku terpejam dan butiran air mata mulai bercucuran. Terlalu sakit mengingat masa dimana aku tau bahwa aku hamil. Perlakuan Yoongi terhadap ku, serta usaha ku membunuh Eun Ji berkali kali, sungguh menyesakkan.

Tak ada jawaban apapun yang Yoongi ucapkan. Aku tau Yoongi pasti tak menyangka Hoseok membuka aib kita langsung didepan matanya, meskipun begitu Hoseok tetap memelukku dan membisikkan kata maaf dengan lirih.

"Hyung, aku mohon jangan sakiti wanita ini lagi. Kepergianmu dulu sudah cukup membuatnya trauma. Kau ingin sampai kapan membuatnya seperti itu? Asal kau tau Hyung, masuk didalam kehidupannya itu sungguh sulit, jadi aku mohon jangan membuat usaha ku sia sia"

Ku dongakkan kepalaku kearah atas. Disana ada rahang yang tegas terlihat menahan amarahnya. Aku tau kami bertiga tidak sedang baik baik saja diruangan ini. Kami punya luka masing masing dan ingin segera sembuh. Tapi nyatanya, kami malah menambah luka satu sama lain.

"Kau tak pernah tau Hob-ah bahwa sebenarnya aku pernah memperjuangkannya, aku pernah berlutut hanya untuk menolak perjodohan bodoh itu tapi semua sia sia" Ucap Yoongi sambil bergetar. Aku tau lelaki itu tidak sedang membual akan perjuangannya mempertahan ku tapi entah mengapa, kejujurannya belum bisa membuat ku menerimanya kembali.

"Aku tau Hyung, kau pasti tidak akan diam. Tapi kalau aku boleh jujur, aku tak suka dengan caramu meninggalkannya tanpa ada komunikasi sama sekali. Kau seakan membuangnya tanpa peduli seperti apa terlukanya dia saat itu" Kata Hoseok semakin memelukku erat.

"Aku masih ingat Hyung bagaimana keadaannya waktu itu. Tubuhnya kurus, matanya menghitam dan rambutnya berantakan. Yang Amora lakukan hanya menangis, sampai tubuhnya tak kuat dan akhirnya pingsan" Imbuh Hoseok.

"Kau pingsan?" Tanya Yoongi dari balik tubuh ku.

"Iya dia pingsan saat itu. Dia frustasi dan hampir hilang akal. Aku bahkan tak pernah berpikir aku akan melihat percobaan bunuh diri didepan mata ku, Hyung tapi akhirnya aku melihatnya. Istriku pernah hampir membunuh dirinya sendiri hanya karena kehilanganmu"

"-- lalu saat dia sudah baik baik saja, kau tiba tiba memintanya kembali padamu? Apa kau gila? Kau ingin dia sesakit apa Hyung?"

"Aku akan memperjuangkannya sekali lagi"

.
.
.

15062022

Borahe 💙

Wajah Lain Bahagia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang