Tak ada percakapan apapun saat Amora dan Hoseok memutuskan untuk kembali pulang setelah perdebatan dengan Kim Sohyun tadi. Hanya ada suara Hoseok menahan mual dan muntah nya yang sedari tak kunjung reda.
"Kau marah? Karena aku membuka statusku?" Tanya Hoseok begitu mereka mulai masuk kedalam apartemen nya.
Amora menghentikan langkahnya begitu mendengar pertanyaan Hoseok. Diputarnya tubuhnya menghadap lelaki berstatus suaminya itu "enggak, hanya saja aku tidak suka dengan caramu"
"Apalagi yang salah? Bukankah aku benar, aku tidak mau lagi membuat rumor dengannya"
"Kau benar tidak mau ada rumor diantara kau dan dia tapi pemilihan katamu tadi bisa menyakitinya Hoseok. Minta maaflah" Ujar Amora sambil berlalu.
"Kita belum selesai bicara jadi jangan kemana mana.. Wuuekkk" Suara Hoseok menahan Muntah terdengar lagi di telinga Amora.
Dengan cepat wanita itu langsung mengambil air putih dan memberikannya pada Hoseok yang terduduk lemas dikursi ruang tamu apartemen nya "minum dulu. Berhenti membuka mulut, atau kalau tidak kau akan muntah lagi"
Hoseok mengusap wajahnya kasar. Amora tau pasti sulit mengalami mual muntah yang sangat mengganggu ini "huekkk...." Lagi, lagi Hoseok tidak bisa menahan perutnya untuk tidak berulah.
"Apa kau mau dirawat saja?" Tanya Amora saat ia mulai membaur seluruh badan Hoseok dengan minyak.
Gelengan kepala langsung Hoseok lakukan. Hoseok tak ingin berada didalam ruangan yang berbau obat obatan itu. Menurutnya selama masih bisa diatasi dirumah, ya ia akan tetap dirumah.
"Tapi kau mual terus" Imbuh Amora khawatir.
"Aku tak papa sayang. Jangan khawatir"
Entah karena efek hamil atau memang perasaan Amora sudah berubah pada Hoseok, pipi wanita hamil itu bersemu merah karena mendengarkan Hoseok memanggilnya sayang.
"Kau yakin?" Tanya Amora mengalihkan rasa malunya.
"Yakin. Mungkin ini hukuman untukku karena aku sempat menyuruhmu menggugurkan nya. Hueekkk..."
Setitik kilatan akan permintaan Hoseok untuk menggugurkan janin yang dikandungnya kembali hadir dibenak Amora. Ia bahkan tak bisa mengontrol lelehan air matanya yang tiba tiba meluncur begitu saja.
"Kau menangis? Kenapa? Ada yang sakit?" Tanya Hoseok disela sela mulutnya menahan gejolak mual muntah nya.
Amora tersenyum sambil menghapus pelan air matanya dan berkata "aku tak papa. Aku hanya teringat saat kau mengijinkan ku untuk mempertahankannya"
Rasa bersalah kembali menyerang Hoseok. Lelaki itu paham bahwa apa yang ia perintahkan saat itu pada Amora bukanlah hal baik. Hanya karena rasa khawatirnya yang berlebihan membuatnya hampir saja meleyapkan janin yang tidak bersalah.
Di peluknya erat wanita yang sudah menjadi istrinya hampir lima tahun itu. Berkali kali Hoseok menyerukan permintaan maafnya pada sangat istri "aku hanya mengkhawatirkan mu, sayang. Aku saat itu terlalu egois" Ujar Hoseok.
"Tak papa, aku mengerti. Mungkin banyak hal yang mempengaruhi pikiranmu. Tapi Hoseok-ah, kau harus ingat apapun yang kita rencanakan kalau Allah memang sudah berkata waktu kita habis didunia, bagaimanapun keadaannya, ajal pasti akan menghampiri kita"
Hoseok mengurai pelukannya lalu menatap Amora dalam dalam "kalau kau boleh memilih, kau ingin siapa dulu diantara kita yang dipanggil?"
"Aku" Jawab Amora mantap.
Raut wajah Hoseok sedikit terkejut namun sedetik kemudian lelaki itu merubah mimik wajahnya kembali seperti semula "kenapa?" Tanya Hoseok meminta penjelasan.
"Eun Ji butuh sosok lelaki yang hebat agar nantinya dia juga akan menemukan lelaki yang hebat pula"
"Apa kau tak berpikir, pada siapa nanti Eun Ji mendapat contoh menjadi wanita yang baik kalau kau tidak ada?"
"Versi wanita yang baik untuk setiap orang itu berbeda beda Hoseok. Menjadi baik itu hanya bisa terjadi kalau kita mau berproses dan belajar. Sehebat apapun contohnya kalau diri sendiri tidak ingin menjadi baik, ya tetap saja tidak ada gunanya. Kalau kau pilih mana? Aku atau kau yang meninggalkan dunia ini lebih dulu?"
Hoseok menggenggam tangan Amora erat erat. Seakan menyalurkan kekuatan sebelum pada akhirnya mulutnya terbuka untuk menjawab pertanyaan istrinya itu "aku ingin, aku yang lebih dulu meninggalkan dunia ini"
"Kenapa?"
"Karena wanita bisa menjadi ibu sekaligus ayah yang baik untuk anaknya sedangkan ayah belum tentu bisa menjadi ibu yang baik untuk anaknya" Kata Hoseok sambil menerawang jauh.
"- Mama sempat bekerja diluar negeri hanya karena ingin aku bisa meraih mimpi ku untuk menjadi penari yang handal. Aku tak mengatakan bahwa Papa tak baik, bukan. Tapi aku lebih menekankan seorang Ibu selalu akan memberikan yang terbaik untuk anaknya walaupun harus berpisah jarak dengan anaknya" Imbuh Hoseok sambil menyandarkan kembali tubuh Amora didada bidangnya.
Pelukan hangat yang Hoseok berikan mampu mengusir pikiran buruk yang tiba tiba hadir dalam benaknya. Hoseok tak pernah berubah, hanya saja ia sedang menyembunyikan dirinya yang lain dibalik dirinya yang sekarang, pikir Amora.
"Hoseok bagaimana kalau kita bertemu dengan Yoongi dan Sohyun?" Ajak Amora.
"Untuk?"
"Aku ingin memberi tahu Yoongi siapa Eun Ji sebenarnya dan aku ingin kita meluruskan masalah yang terjadi antara kau dan Sohyun"
"Kau sudah siap?"
"Aku siap Hoseok. Aku hanya berpikir, berapa kali pun kita mengatakan akan memulai semuanya dari awal, kalau masa lalu kita belum selesai, itu sama saja bohong"
Suami Amora itu tersenyum lalu mencium pucuk kepala Amora pelan. Entah apa jadinya hidupnya kalau wanita dalam dekapannya ini saat itu memilih untuk mengakhiri hidupnya sendiri "aku akan mencoba menghubungi Yoongi Hyung dan Sohyun secepatnya"
"Terima kasih" Ucap Amora sambil memperdalam dekapannya.
Mungkin banyak orang yang bisa mengawali kisah mereka secara gampang tapi tidak sedikit pula pasangan diluar sana harus merasakan sakit dan pedihnya hidup sebelum akhirnya bisa berdamai dan melihat segala sesuatu dari sisi yang berbeda.
Hidup memang akan selalu berjalan tapi bagaimana kamu cara berjalan saat ini, akan menjadi alasan kehidupanmu dimasa depan.
.
.
.24102022
KAMU SEDANG MEMBACA
Wajah Lain Bahagia
RomanceAku bertemu dengannya dengan tidak sengaja... Di taman itu... Matanya menatap kearah lain, tapi tangannya menggenggam kuat pergelangan tangan ku... Tapi ternyata... Dimasa depan ada tangan lain juga menggandeng ku... Aku masih mencintai masa lal...