Bahagia 16

33 7 0
                                    

"Hoseok, lepaskan tangan ku. Sakit" Aku masih merengek kesakitan akibat tarikan tangan Hoseok pada pergelangan tangan ku.

Telapak tangan ku sejak tadi keluar dari gedung BigHit digenggam erat olehnya. Aku bisa merasakan suasana hati Hoseok yang sedang tidak baik baik saja. Memang, aku pernah memintanya untuk meluapkan emosinya padaku saat ia sedang marah tapi bukan cara seperti ini yang aku maksud.

Tit..tit..tit..tit..tit..tit

Enam digit pasword apartemen yang kami tinggali, Hoseok tekan. Seketika pintu terbuka dan menampilkan sisi dalam apartemen yang sepi.

Aku cukup lega begitu aku tau Hoseok memilih tempat ini untuk kami berbicara karena bagi ku tak ada tempat lebih privat selain rumah sendiri.

Namun, aku langsung menyesali pikiran positif ku itu, ketika Hoseok malah membawaku ke dalam kamar yang sebelumnya memang ku tempati.

"Ho-hoseok..." Ucap ku tergagap begitu melihat Hoseok dengan emosi membuka baju atasnya sambil mulai berjalan perlahan ke arahku, hingga tubuh ku sudah terbentur tembok diujung kamar ini.

"A-apa yang kau lakukan Hoseok. Jangan macam macam, aku bisa membencimu" Ada getar ketakutan dalam setiap kata yang ku ucapkan.

"Benci aku sesuka mu setelah ini" Ucapnya dingin, sambil mulai menempelkan bibirnya diatas bibirku.

Aku meronta dengan tenaga terkuat yang ku punya, akan tetapi semua sia sia. Tenaga Hoseok lebih besar dari tenaga ku, yang notabene seorang wanita.

Air mata ku mengalir begitu saja merasakan lidah Hoseok mulai masuk kedalam rongga mulut ku. Aku dipaksa nya untuk membuka akses, untuknya masuk kedalam tubuh ku.

"Aku mohon jangan" Ucapku disela tangisku, saat ciuman kami terlepas begitu saja. Aku bahkan memalingkan wajahku, tak ingin memandang wajahnya.

Hoseok yang sejak dulu, ku anggap sebagai lelaki baik ternyata mempunyai sisi gelap saat ia sedang marah. Dan sisi gelapnya saat ini cukup melukai harga diriku.

Rengekan ku tak lagi didengarnya. Tangis ku makin menjadi tak kalah hijab yang menutupi rambutku dibuka paksa olehnya. Tak hanya itu, baju panjang yang ku pakai juga menjadi sasaran kemarahannya. Tak ada yang tersisa selain selimut yang mendadak ia tutupkan diatas tubuh polos ku.

Ku kira semua sudah selesai. Ku kira Hoseok hanya akan menikmati ku sebagai pemandangan saja, akan tetapi ternyata Hoseok juga sama dengan ku, tanpa busana dan ia sudah mulai merayap diatas tubuh ku.

"Hoseok-ah, aku mohon jangan" Ucap ku sambil terisak saat aku mulai merasakan benda lain diantara tubuh ku.

"Aku, suamimu" Satu kata yang akhirnya membuat tangis ku semakin meledak.

Status yang ku kira tak pernah ia anggap serius, ternyata itu merupakan status yang paling ia yakini.

SUAMI.

Aku semakin buatnya tak bisa apa apa. Mulut ku dikunci, badan ku ditindih. Hanya bisa terisak tanpa bisa bergerak.

Diakhir pelepasannya, Hoseok memelukku dengan erat sambil berkata "aku hanya mencontoh apa yang Yoongi Hyung lakukan padamu. Mungkin dengan cara itu, tempatnya bisa ku gantikan. Istirahat lah, aku akan tidur dikamar Eun Ji" Kecupan singkat dipucuk kepalaku menjadi akhir dari permainan panjangnya.

Tak ada yang bisa ku lakukan selain menyeret tubuhku ke kamar mandi, sambil membasahi setiap lekuk tubuh ku dengan air dingin. Ku gosok kasar tiap inci kulit ku yang sudah Hoseok jamah. Ada beberapa tanda bekas yang memerah akibat ulahnya, membuat ku menangis lagi dibawah guyuran air.

Setelah ku rasa cukup, aku memakai bajuku dan mulai menggelar sajadah panjang. Aku sholat dengan terisak, sambil mencoba menghilangkan gambaran apa yang terjadi sebelumnya.

"Kenapa harus aku lagi Ya Allah?"

"Kenapa ujianMu rasanya tak pernah usai?"

"Kenapa harus kejadian yang sama?"

"Dan kenapa harus Hoseok?"

"Engkau ingin aku seperti apa, Ya Allah? Apa Kau ingin aku selalu menangis?"

"Tak bisakah Engkau beri bahagia saja? Aku hanya ingin bahagia, tanpa ada air mata"

Aku menjeda doaku saat tubuh ku mulai gemetar tak karuan. Andai Hoseok bukan orang yang membuat luka baru didalam tubuhku, mungkin aku sudah berlari kearahnya dan berhambur memeluknya. Hal yang mungkin tak bisa ku lakukan lagi pada Hoseok, mulai saat ini.

Tangan ku mengusap lelehan air mata dipipiku dengan kasar. Masih mencoba untuk berkonsentrasi memanjatkan doa yang entah seperti apa nantinya.

"Kalau dulu aku pergi dari hidup Yoongi, bukan kah harusnya saat ini aku pergi dari hidup Hoseok, Ya Allah?"

"Tapi bagaimana Eun Ji kalau seandainya aku harus pergi?"

Senyum Eun Ji tiba tiba hadir dalam benakku. Anak gadis ku itu sepertinya saat ini harus menerima konsekuensi dari apa yang orang tuanya lakukan. Mungkin dimasa lalu aku boleh dengan egois pergi begitu saja tanpa memikirkan dampaknya untuk orang lain, tapi lain cerita untuk saat ini, ada Eun Ji yang menjadi sumber kehidupan ku.

"Bolehkah kali ini aku egois Ya Allah?"

"Aku tak ingin Eun Ji melihat ku seperti ini. Memandang Hoseok dengan pandangan membenci, sedangkan putri ku itu amat mencintai sosok ayah palsunya itu"

"Jadi bolehkah aku titipkan Eun Ji dipenjagaanMu saja? Agar aku tak perlu mengkhawatirkan apapun tentangnya. Aku yakin Engkau sudah menempatkan orang terbaikMu untuk menjaganya, saat aku pergi nanti"

"Dan untuknya..." Aku langsung terdiam, begitu aku menyadari, mulut ku masih selalu menyebutnya dalam tiap doaku.

Aku langsung termenung, mencoba berpikir, apa pantas aku masih mendoakannya disaat ia sendiri yang membuat ku terluka begitu dalam?

Sisi baik diriku membisikkan, aku tetap harus mendoakannya seperti aku masih tetap menyebut Yoongi didalam munajat ku.  Namun sisi burukku seakan tak terima, Hoseok masih ku doakan setelah apa yang ia perbuat pada ku hari ini.

Tapi nyatanya, sisi baikku kali ini yang memenangkannya, membuat bibir mungilku akhirnya mendoakan kebaikan untuk lelaki yang menjadi teman ku empat tahun ini.

"Tak banyak yang ku pinta untuk Hoseok, Ya Allah... Aku hanya ingin dia menyesali perbuatannya dan tak mengulangnya pada orang lain. Aku tau dia orang baik, tapi mungkin tempat ku bukan didekatnya"

"Dia, Ayah palsu dari Eun Ji. Jadi aku mohon, tolong buatlah dia selalu memerankan perannya dengan baik, sampai lukaku hilang dan mengambil Eun Ji darinya. Hoseok tak boleh gagal menjadi Ayah bagi Eun Ji meski ia harus memerankan peran tambahan sebagai Ibunya juga"

Diakhir doaku, aku berhenti pada namanya. Nama yang mungkin sudah mengukir banyak perbuatan baik tapi harus tercoreng karena satu perbuatan buruknya.

JUNG HOSEOK.

"Aku pergi ya... Aku titipkan Eun Ji padamu" Ucap ku pelan sambil menatap pintu kamar Eun Ji yang tertutup rapat, dengan Hoseok didalamnya.

.
.
.

07062022

Borahe 💙

Wajah Lain Bahagia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang