Bahagia 13

45 6 0
                                    

Kita memang dibawah langit yang sama, tempat yang kita pun juga sama, namun kita sama sama tau bahwa langit yang kita pandang tidak sama, arah yang kita tuju tidak sejalan dan bahagia yang kita cari itu berbeda.

Amora cukup terusik dengan ucapan Hoseok semalam. Lelaki itu tidak pernah berubah dari awal mereka menikah sampai sekarang, bahkan saat Amora tak lagi menganggap perkataannya serius, Hoseok masih selalu menepatinya.

"...Aku sudah berjanji akan menjagamu selayaknya seorang suami menjaga istrinya"

Sebuah kata yang terulang lagi, setelah beberapa tahun yang lalu.

Mungkin untuk pasangan suami istri sesungguhnya, kalimat yang Hoseok ucapkan itu menjadi hal lumrah dan biasa dalam rumah tangga. Akan tetapi saat kalimat itu keluar dari seseorang, yang bahkan tidak serius menganggap pernikahan, apakah bisa membuat bahagia?

Jawabannya tentu saja, Tidak!!

Yang ada perkataan Hoseok semakin membuat Amora bingung harus bersikap seperti apa terhadap lelaki itu.

"Kau didalam?" Ucap Hoseok dibalik pintu kamar yang Amora tempati.

Amora yang kalau itu tengah berselancar dengan pikiran pikirannya, tidak mendengar teriakan Hoseok dari luar. Ia sibuk memandang langit dengan tatapan kosong.

Sedangkan Hoseok dibuat khawatir, dengan tidak adanya jawaban dari dalam. Berkali kali ia mengetuk pintu itu, dan berkali kali pula tak ada jawaban yang ia terima.

Dengan berat hati akhirnya Hoseok memberanikan diri masuk kedalam kamar wanita, yang berstatus istrinya itu "kau kenapa?" Tanyanya lagi, begitu ia melihat Amora duduk menyendiri didepan jendela kamarnya.

Namun sama, Amora belum juga ingin membuka mulutnya. Hal itu membuat Hoseok semakin mendekat kearah jendela. Ditepuk nya pelan pundak Amora, sampai wanita itu akhirnya tersadar dari lamunannya dan menolehkan kepalanya kearah Hoseok.

Hoseok dibuat terdiam dengan pemandangan yang sudah lama ia lupakan. Wajah putih Amora terlihat sangat kontras dengan rambut panjangnya yang hitam tergerai. Sudah hampir empat tahun lelaki itu tidak pernah melihat surau istrinya itu, terakhir kali saat Amora keluar dari rumah sakit setelah kejadian yang memilukan itu.

Amora memang langsung memutuskan untuk menutup semua lekuk tubuhnya, begitu ia sudah mulai menerima kehadiran Eun Ji didalam tubuhnya.

"Yakk!! Jung Hoseok! Balikkan badanmu!" Teriak Amora begitu melihat Hoseok tak jauh darinya.

Hoseok langsung tersadar dan membalik tubuhnya membelakangi Amora. Tak lama setelah itu, terdengar suara ranjang berdencit. Sebenarnya ia penasaran akan apa yang Amora lakukan dibalik tubuhnya, namun mengingat perempuan itu bisa lebih ganas padanya, ia mengubur rasa penasaran nya dalam dalam.

"Jangan balikkan badanmu sampai aku bilang berbalik!" Oceh Amora, sambil menutup seluruh rambut panjangnya dengan kain lebar.

"Kau sedang apa? Apa perlu aku keluar saja?" Tanya penasaran Hoseok.

"Aku sedang memakai hijab ku. Kau tidak boleh melihat ku tanpa penutup kepala ku, Hoseok!"

"Tapi aku suamimu" Satu kalimat dasyat, yang langsung bisa menghentikan gerakan tangan Amora yang sedang mengikat pengait dibawah lehernya.

Lagi, lagi, Amora disadarkan oleh Hoseok akan statusnya yang sebenarnya.

"Aku akan keluar. Maaf sudah lancang" Ujar Hoseok sambil mulai melangkahkan kakinya keluar kamar dan meninggalkan Amora yang diam mematung.

Tak ada yang berubah dengan hubungan mereka, meski sudah bertahun tahun lamanya. Hoseok bahkan punya ide gila akan mengembalikan Amora pada Yoongi. Hanya saja saat rencana itu akan dilakukannya, yang ada Hoseok malah menggenggam tangan Amora dan mengakui wanita itu sebagai istrinya.

Padahal Hoseok tau betul, penghuni tetap hati Amora ya Yoongi. Tidak ada orang lain yang bisa menggantikannya, meskipun statusnya terikat oleh lelaki yang sudah menolongnya itu. Hoseok ingin melepas Amora demi kebahagiaan wanita itu dengan Yoongi, namun tak bisa dipungkiri bahwa ia juga tak ingin Amora beranjak dari sisinya.

Mungkin ini sifat egois manusia. Tak ingin ditinggalkan tapi juga tak mau melepaskan. Hanya ingin memiliki dan dicintai sebagaimana semestinya, meski tau kesempatan itu tidak pernah ada.

"Hoseok-ah bisa kita berbicara sebentar" Kata Amora sambil mulai mendekat ke arah Hoseok.

"Duduklah" Ucap Hoseok sambil mendudukkan dirinya tak jauh dari kursi yang ia suguhkan pada Amora "ada apa? Aku minta maaf soal yang tadi" Imbuhnya.

Amora menutup matanya sebentar, mencoba menghalau perasaan tak menentu nya, sebelum pada akhirnya ia bisa dengan yakin menatap Hoseok langsung ke iris matanya "aku mau pulang" Cicit Amora pelan namun masih bisa terdengar.

"Pulanglah lusa. Jangan besok, kasian Eun Ji pasti anak itu lelah karena bermain seharian. Kau juga boleh menginap dirumah Kakak kalau kau mau"

Perkataan Hoseok membuat Amora terdiam. Ia benar benar tidak menyangka Hoseok akan mengatakan hal itu dengan gampangnya.

Bukan kah beberapa hari yang lalu Hoseok pernah merayu Eun Ji untuk meminta Amora tetap tinggal lebih lama disini? Lalu apa yang sekarang ia lakukan? Memperbolehkan Amora pulang begitu saja dengan santainya.

"Kau mengusir ku?"

"Tidak. Aku hanya ingin membuat mu nyaman. Aku tau kau terpaksa tinggal bersama ku disini. Dan aku tak ingin, dihari terakhirmu disini, kau tidak merasakan kebahagiaan semestinya"

"Tapi nanti Kakak akan berpikir kalau kita bertengkar Hoseok"

"Aku akan mencari alasan, aku ada syuting diluar kota bersama BTS. Jadi kau tenang saja" Kata Hoseok meyakinkan.

"Terima kasih Hoseok, kau selalu mengerti akan apa yang tidak membuat ku nyaman"

Hoseok tertawa hambar, sambil mulai menghalau rasa tidak nyaman yang mendadak hadir padanya. Entah sudah berapa lama Hoseok selalu memakai topengnya, sampai sampai ia begitu susah untuk melepasnya meski didepan istrinya sendiri.

"Kau tidak menyukaiku kan, Hoseok?" Tanya Amora tiba tiba.

"Tidak" Jawab Hoseok cepat dan mencoba untuk sesantai mungkin. Ia tau Amora pasti sedang menyakinkan dirinya sendiri atas apa yang terjadi beberapa hari ini. Perilakunya, pengakuannya akan status Amora didepan semua member dan tugasnya sebagai suami. Itu semua pasti alasannya.

"Aku takut kau menyukaiku"

"Kenapa kau berpikir seperti itu? Aku tau resikonya kalau aku sampai menyukaimu. Jadi kau tak perlu khawatir" Ada rasa mengganjal setelah Hoseok mengutarakan hal itu. Ia tau betul bahwa hati, kepala dan mulutnya tidak sejalan.

"Aku tak khawatir Hoseok, aku hanya ingin menyakinkan hatiku bahwa kita tidak melangkahi batasan kita. Kita sudah melakukan sandiwara ini bertahun tahun bukan? Jadi aku tau kau memerankan peran mu dengan baik. Kemarin, kemarin lusa dan hari ini"

Hoseok membuang pandangannya dari tatapan Amora. Ia bingung harus menjelaskan apalagi pada wanita itu "kita perlu bersikap seperti ini seterusnya bukan, sampai kita sudah bosan dan menemukan apa yang kita cari" Ucap Hoseok.

"Bukan kita tapi kau. Kau butuh seseorang yang bisa menempati statusku saat ini"

.
.
.
03062022

Borahe 💙

Wajah Lain Bahagia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang