Bahagia 8

45 12 0
                                    

"Kenapa?" Tanya Hoseok begitu keheningan menyelimuti perjalan pulang mereka. Eun Ji sudah tertidur pulang di kursi belakang, sedangkan Amora sedari tadi tak henti hentinya menatap Hoseok yang sedang ber kemudi.

"Oppa... Oh maaf maksudku, Hoseok-ah"

"Aku lebih suka kau panggil Oppa" Kata Hoseok memotong ucapan Amora.

"Kau ingat kan kenapa kau menyuruh ku untuk mempertahankan kehamilan ku saat itu?" Ucap Amora mengacuhkan permintaan Hoseok dan mulai membahas apa yang sebenernya ingin ia bahas.

"Kau ingin aku balas dendam dengan bahagia kan?" Lanjut wanita itu lalu berdiam lagi.

"Tapi apa aku dan Eun Ji bisa bahagia kalau seandainya salah satu member tau keberadaan kami?" Imbuhnya.

Tepat saat Amora selesai mengungkapkan perasaannya, mobil yang mereka kendarai berhenti dipersimpangan lampu merah. Hoseok menatap Amora sekilas lalu membuang pandangannya kembali kedepan "kebahagianmu perlu Yoongi Hyung ketahui" Ucap Hoseok dingin.

"Untuk apa? Yang ada akan timbul masalah baru"

"Aku tak ingin dia menyakiti wanita lain lagi dan menganggap pernikahan itu sebuah permainan"

"Ma-maksud mu ada wanita lain yang ia hamili lagi?" Kata Amora tak percaya.

Hoseok menghela nafas panjang sebelum akhirnya kakinya menginjak gas dan mulai melakukan lagi mobil mereka. Tak ada penjelasan lebih akan apa yang sudah lelaki itu ucapkan. Amora hanya terdiam sambil mencoba mencerna apa maksud dari perkataan Hoseok.

Kilatan percakapan mereka semalam cukup mengganggu Amora. Bahkan sampai pagi hari ini tak ada kelanjutan akan pembicaraan itu, semua menggantung begitu saja diudara.

Hoseok seperti sedang menyembunyikan sesuatu perihal Ayah Eun Ji dibelakang Amora. Hoseok selalu penuh misteri. Mengingat perbuatan Hoseok , membuat Amora ingat bahwa lelaki itu harus bekerja pagi pagi karena BTS akan menggelar konser terakhir mereka dalam waktu dekat.

Eun Ji meringkuk dalam dekapan HoSeok, pemandangan pertama yang Amora lihat begitu ia membuka pintu kamar disisi kamar yang ia tempati. Anak gadisnya itu terlihat begitu nyaman dalam pelukan ayah penggantinya.

Hoseok benar benar membuktikan ucapannya bahwa ia akan menjadi ayah sesungguhnya untuk bayi yang pernah Amora kandung itu.
Tak tega merusak moment itu, Amora memilih menutup pintu itu dan melangkahkan kakinya menuju dapur.

Tak banyak yang Amora kerjakan, hanya menyiapkan sarapan serta membersihkan ruangan di apartemen itu sebisanya "Morning.." "Morning.." Ucap Hoseok dan Eun Ji saat Amora hampir saja menyelesaikan pekerjaannya.

"Morning juga anak Mama... Tidurnya nyenyak?" Tanya Amora pada Eun Ji yang sudah Hoseok duduk kan dikursi sebelahnya.

"Nyenyak, kan dipeluk Appa" Jawab Eun Ji dengan riang.

"Ohh jadi kalau dipeluk Mama gak nyenyak gitu?" Goda Amora.

"En-enggak maksud Eun Ji.. Aduh gimana ya? Mama coba aja sendiri minta peluk Appa biar tau rasanya"

Amora terdiam akan usul anak gadisnya itu. Ia tak menyangka Eun Ji akan mengatakan hal semacam itu, sedangkan Hoseok, jangan tanya lelaki itu sedang apa, ia sedang berusaha untuk menyembunyikan tawanya dari hadapan Amora.

"Ketawa aja jangan ditahan" Ujar Amora sinis.

"Siapa juga yang tertawa. Enggak ada. Eun Ji kan ngomong apa adanya ya sayang kalau pelukan Appa nyaman?" Jawab Hoseok meledek.

"Mau makan apa anak Mama ini?" Ucap Amora mengalihkan. Bukan tanpa alasan Amora melakukan itu, anak gadisnya itu entah sudah berapa kali memintanya dan Hoseok menemaninya tidur bersama.

Kalian pasti tau kan mengapa keinginan Eun Ji itu tidak pernah terwujud? Iya benar, karena hubungan Amora dan Hoseok sama sekali tidak mengalami kemajuan. Trauma dimasa lalu lah yang membuat keduanya membangun benteng setinggi tingginya. Mereka hanya akan terlihat mesra saat harus berhadapan dengan orang lain.

"Hari ini mau kemana?" Tanya Hoseok pada Amora.

"Lotte World"

Hoseok diam sejenak sambil memandang Amora dingin. Tak tau apa yang ada dipikirannya tapi yang jelas pasti ada perkataan Amora yang salah di hadapannya "kenapa?" Tanya Amora tak mengerti.

"Terlalu berbahaya untuk pergi berdua saja kesana. Nanti saja, tunggu aku menyelesaikan pekerjaan ku lalu kita pergi"

"Terlalu malam Oppa"

"Tak apa"

"Keburu tutup"

"Aku akan menyewa nya agar tetap buka sampai kita datang" Ujar Hoseok sombong.

"Aishhh... Jangan buang buang uangmu untuk hal hal tak berguna. Tabung saja, kau butuh uang banyak untuk menghidupi kami"

Hoseok langsung tertawa begitu mendengar perkataan Amora "kau yakin dengan ucapanmu? Kau mau menerima uang ku? Oke mulai saat ini aku siap membiayai hidupmu" Kata Hoseok sambil meledek.

Amora langsung memasang muka jengah begitu ia menyadari bahwa ia sudah masuk ke dalam perangkapnya sendiri "tak perlu. Aku punya uang untuk hidupku sendiri"

Tawa Hoseok kembali menggema diruang makan apartemen mewah itu. Hoseok tau betul wanita dihadapannya ini tak akan pernah mau menerima uang yang Hoseok berikan sebelum hatinya mau menerima keberadaannya. Amora bahkan dengan sengaja tetap bekerja meski, Hoseok sanggup membiayainya. Wanita itu membuka toko roti didekat rumah orang tua Hoseok di Gwangju sana.

"Jangan pergi sendiri, oke?" Ucap Hoseok lagi, lagi mengingatkan.

"Aku tak ingin terlalu lama disini"

"Aku tau, tunggulah nanti akan ku ajukan cuti untuk menemani kalian pergi"
Eun Ji langsung melompat begitu ia tau bahwa ayahnya akan menemaninya bermain.

"Jangan berjanji untuk sesuatu yang kau tak bisa tepati" Ucap Amora begitu Eun Ji sudah meninggalkan kedua orang tuanya itu untuk bermain diruang tengah.

"Akan aku usahakan"

"Kau tak bisa terus begini Hoseok- ah. Kau juga harus bahagia" Entah mengapa ucapan Amora membuat suasana pagi itu meredup tiba tiba. Keduanya terdiam begitu menyadari bahwa pembahasan kali ini terlalu dalam.

"Aku tak ingin membahasnya"

"Kau sudah terlalu lama mengupayakan kebahagian ku. Jadi sekarang sudah waktunya kau mengusahakan kebahagianmu sendiri. Kau butuh teman untuk bercerita, sedangkan aku tak pernah bisa menjadi teman cerita mu"

Pandangan keduanya bertemu, menatap penuh makna pada mata yang tak pernah berbohong "cukup pikirkan kebahagian Eun Ji, tak perlu memikirkan kehidupan ku" Ucap Hoseok dingin.

Air mata Amora luruh begitu saja saat ia memutar tubuhnya membelakangi Hoseok. Wanita itu sudah tak ingin memperpanjang bahasannya kali ini karena ia tau, semua itu akan berujung membawanya dan Hoseok dalam pertengkaran.

Suara denyit kursi yang dimundurkan, membuat Amora cukup bernafas lega. Ia mengira, Hoseok sudah pergi menemani Eun Ji bermain namun nyatanya ada sepasang lengan yang tiba tiba menariknya dalam pelukan. Tak salah lagi itu lengan lelaki yang ia punggungi beberapa saat lalu.

"Jangan bahas tentang kebahagiaan kalau kau sendiri masih menangis diam diam" Bisik Hoseok tepat di sebelah telinga Amora, sebelum akhirnya ia beranjak begitu saja.

.
.
.
.

17052022

Borahe 💙

Wajah Lain Bahagia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang