"Bersiaplah, kita akan kerumah sakit" Ucap Hoseok tiba tiba saat baru saja masuk kedalam apartemen ku.
Kening ku berkerut mendengar penuturannya.
Rumah sakit? Siapa yang sakit? Atau jangan jangan ia sedang mengajakku untuk bertemu dokter kandungan? Apakah Hoseok sudah menerima kehamilan ku ini?Berbagai pertanyaan muncul dalam benakku. Spekulasi positif yang ku buat adalah Hoseok sudah menerima semuanya tanpa terkecuali "sebentar aku bersiap. Eh tapi bagaimana dengan Eun Ji, anak itu baru saja tidur" Balas ku.
"Kita tunggu Eun Ji bangun"
Hoseok berlalu begitu saja setelah mengatakan itu. Kakinya melangkah masuk kedalam kamar satu satunya di apartemen dimana Eun Ji sedang terlelap.
Aku yang melihat itu, memilih kembali menekuni pekerjaan ku yang tengah membuat makanan untuk makan malam.Tak ku pungkiri bahwa saat ini jantung ku berdetak kencang. Titah tanpa aba aba dari Hoseok untuk mengunjungi rumah sakit lah yang menjadi sebab utamanya.
Meski aku berusaha untuk menjejali pikiran ku dengan prasangka baik tapi aku juga tak bisa berkelit bahwa ada sisi lain hatiku yang takut akan terjadi hal buruk pada janin yang sedang ku kandung ini. Karena seperti yang kalian tau, aku pernah memberikan pilihan pada Hoseok untuk mengugurkannya apabila memang ia tidak menginginkan janin ini.
"Mama..." Teriak Eun Ji begitu membuka pintu kamar. Gadis kecil itu menghampirku dan mulai naik dikursi meja makan.
"Sudah bangun? Appa yang membangunkan ya? Maaf ya, karena Mama harus ke rumah sakit" Tutur ku pelan pada Eun Ji.
"Appa bilang Eun Ji akan punya adik"
Mataku membola mendengar ucapan Eun Ji, meski tak urung setelahnya bibir ku tersenyum manis. Ternyata prasangka buruk ku terhadap Hoseok tak terbukti apapun. Yang ada malah aku diberi bukti bahwa Hoseok sudah menerima kehamilan ku.
"Wah Appa curang ya, sudah memberi tahu Kakak sebelum kita ke rumah sakit"
"Kakak?" Tanya Eun Ji bingung.
Ku towel pelan pipi gembul Eun Ji sebelum akhirnya aku menjelaskan padanya bahwa sebutan "Kakak" itu memang ku sematkan padanya karena statusnya yang akan memiliki adik.
Saat sedang asik membahas sebutan baru Eun Ji tiba tiba Hoseok ikut bergabung diantara kami "nanti kita pindah ke rumah yang sudah Appa persiapkan"
"Rumah?" Tanya ku bingung.
"Aku baru saja membeli rumah agar kita lebih nyaman. Disini hanya ada satu kamar, sedangkan Eun Ji butuh kamar sendiri" Jelas Hoseok.
"Bukan Eun Ji, Appa tapi Kakak" Protes Eun Ji.
"Kakak? Kenapa Kakak?" Tanya Hoseok heran.
"Kan kata Appa habis ini Kakak punya adik"
"Ohh... Appa ngerti. Jadi sekarang minta dipanggil Kakak gitu?" Perkataan Hoseok, ia akhiri dengan menggelitik tubuh Eun Ji. Anak perempuannya itu sampai harus ampun ampun melihat perbuatan Ayahnya yang tak kunjung dihentikan.
Setelah makan malam dan menyiapkan segalanya, kami bertiga bergegas untuk pergi ke salah satu rumah sakit terbesar di Seoul. Dengan perasaan berbunga berkali kali aku menatap wajah Hoseok yang seakan dibuat dingin untuk menjailiku, padahal jelas jelas ia sedang membawaku ke tempat yang memang membuat hatiku berbunga bunga.
"Appa siapa yang sakit? Kenapa kita ke rumah sakit?" Tanya Eun Ji saat kaki kami mulai memasuki lobby rumah sakit itu.
"Katanya Kakak mau adik. Ini kita mau liat adik" Jelas Hoseok membuat ku sedikit malu.
"Asikkk..."
Namun ada yang mengganjal pikiran ku saat kami hanya melewati begitu saja lorong lorong ruang pemeriksaan rawat jalan. Harusnya kami memasuki lorong itu bukan?, apabila kami ingin memeriksakan kehamilan ku? Tapi entah mengapa Hoseok malah membawaku menaiki lift yang ada di tengah tengah rumah sakit ini.
Pikirku saat itu, mungkin Hoseok membuatkan janji dengan dokter kandungan secara personal, mengingat statusnya sebagai mantan idol masih cukup rentan. Akan tetapi semua prasangka ku itu terbantahkan ketika kami memasuki ruang rawat inap dengan papan nama bertuliskan nama lengkap Kak Ji Woo.
"Maaf aku terlambat Kak. Tadi Eun Ji masih tidur" Ucap Hoseok sambil menciun kedua pipi kakaknya.
Mama yang sudah lebih dulu berada di ruangan itu, memelukku erat sambil menanyakan keadaan ku. Meski tadi pagi kami sempat bertemu namun itu tak bisa mencegah Mama untuk tidak bertanya. Tak hanya Mama sendiri, di ruangan itu juga ada suami Kak Ji Woo dan Papa yang sedang duduk tak jauh dari ranjang rumah sakit.
"Kak... Kakak gak papa?" Tanya ku sambil mendekati kasur pesakitannya.
"Ketuban nya sudah keluar jadi mau tidak mau Kakak harus di operasi malam ini juga" Jelas Kak Ji Woo tersenyum kecil sambil menggenggam erat kedua tangan ku. Dari caranya menggenggam tangan ku, aku bisa tau bahwa Kak Ji Woo sedang menyembunyikan rasa takutnya akan meja operasi yang dalam waktu dekat ini akan ia hadapi. Aku yang paham betul bagaimana rasanya melahirkan, cukup paham akan ketakutan itu, meski aku tak sampai masuk ke ruang operasi.
Mungkin benar kata orang, melahirkan terbaik itu lewat jalan normal tapi stigma itu bukan berarti menyalahkan bahwa lahir dengan jalan operasi tidak terbaik. Malah yang ada, jalan operasi itu ditempuh karena memang ingin yang terbaik untuk ibu dan bayinya, bukan malah sebaliknya.
"Maaf pasien harus masuk ruang operasi" Ujar suster yang tiba tiba sudah hadir ditengah tengah kami.
Kami semua, Mam, Papa, Suami Kak Ji Woo, Hoseok dengan Eun Ji di gendongannya serta aku turut membersamai keberangkatan Kak Ji Woo masuk ruang operasi.
Karena tak ingin terlihat menangis didepan Kak Ji Woo, aku memilih memberanikan diriku untuk menggenggam tangan Hoseok yang bebas dari Eun Ji.
Entah perasaan apa, tapi seketika itu aku membayangkan bahwa tubuhku lah yang akan masuk kedalam ruang operasi. Aku sedikit mengeratkan genggaman ku begitu Kak Ji Woo melambaikan tangannya dan mulai menghilang dibalik pintu ruang menakutkan itu.Aku memilih duduk bersebelahan dengan Hoseok begitu lampu merah tanda operasi sedang berlangsung mulai menyala. Tak ada obrolan apapun diantara kami semua, Eun Ji bahkan seperti paham bahwa kami butuh ketenangan sebari menunggu Kak Ji Woo, anak itu tertidur dengan pulsanya di bahu sang ayah.
"Kalau seandainya aku yang berada didalam, dan kau harus menyelamatkan salah satu diantara aku atau bayi ku, kau memilih siapa?" Tanya ku spontan pada Hoseok. Aku ingin tau responnya apabila ia dihadapkan dengan masalah itu.
Hoseok yang mendengar celotehan ku, melirik ku dalam diam. Sepertinya lelaki itu enggan menjawab pertanyaan ku. Tak ingin ambil pusing akan hal itu, aku lebih memilih menundukkan kepala ku sambil mulai merapalkan doa untuk Kak Ji Woo.
Namun tiba tiba perkataan Hoseok membuat ku terkejut setengah mati "aku belum memutuskan mempertahankannya atau menggugurkan nya jadi aku tak bisa menjawab pertanyaan mu"
.
.
.28082022
Borahe 💙
KAMU SEDANG MEMBACA
Wajah Lain Bahagia
RomanceAku bertemu dengannya dengan tidak sengaja... Di taman itu... Matanya menatap kearah lain, tapi tangannya menggenggam kuat pergelangan tangan ku... Tapi ternyata... Dimasa depan ada tangan lain juga menggandeng ku... Aku masih mencintai masa lal...