Bahagia 22

36 6 0
                                    

"Jim... Kau dimana? Bisa tolong antarkan aku ke bandara?" Ucap Hoseok saat ia dan aku sudah berada didalam mobil bersiap untuk pulang ke kampung halamannya.

Lelaki itu meminta adiknya untuk mengantar kami ke bandara padahal detik ini pun ia sudah siap dibalik kemudi nya.

Ada apa dengannya? Ingin rasanya ku tanyakan itu tapi entah mengapa mulut ku seakan terkunci akibat kejadian yang baru saja terjadi diantara aku, Hoseok dan Yoongi.

"Kalian tak papa kan Hyung?" Tanya Jimin pada Hoseok saat mengantarkan kami ke bandara.

"Tak papa. Kami hanya kelelahan saja Jim. Tak perlu khawatir" Ucap Hoseok mencoba menutupi apa yang terjadi.

"Noona sepertinya habis menangis?"

"Merindukan anaknya"

Jawaban Hoseok membuatku akhirnya menolehkan kepalaku kearahnya. Tak biasanya ia menyebut Eun Ji dengan sebutan seperti itu. Biasanya ia akan memaknai anak gadis ku itu dengan menyebutnya anak kita. Ada apa sebenarnya?

"Jim, bisa putar balik ke arah apartemen ku? Sepertinya barang ku ada yang tertinggal" Kata ku pada Jimin pelan.

Aku tau ucapan ku pasti akan membuat kedua lelaki didalam mobil ini menatap ku heran. Dengan waktu yang sudah mepet dengan jam penerbangan, aku malah meminta Jimin untuk kembali.

"Kita sudah hampir terlambat sayang. Apa yang tertinggal?" Ucap Hoseok tak mengerti.

"Ada barang yang harus aku bawa Oppa. Aku harus mengambilnya" Kilah ku.

Mungkin penerbangan hari ini harus ku gagalkan. Bukan karena aku masih ingin di Kota ini, hanya saja keadaan kami yang amburadul ini, menurut ku tak layak diperlihatkan pada Eun Ji dan kedua orang tua Hoseok. Aku tak ingin membuat mereka khawatir karena sejatinya, mereka lah yang saat ini harus menjadi prioritas kebahagiaan ku.

"Putar balik Jim" Titah Hoseok.

"Tapi Hyung, kali...."

Belum sempat Jimin menyelesaikan ucapannya, Hoseok sudah memintanya melakukan hal yang sama.

Akhirnya dengan berat hati Jimin mengarahkan mobil yang kami tumpangi itu kearah apartemen yang kemarin menjadi tempat pelarian ku.

"Ambillah barang itu Noona, aku akan menunggu disini" Ucap Jimin santai.

"Pulang lah saja Jim. Penerbangan ke Gwangju sudah habis, mungkin kami akan pergi besok"

Lelaki yang menyandang status sebagai suami ku itu terlalu peka sampai sampai ia tau maksud dari permintaan ku untuk kembali kesini.

"Baiklah Hyung, hubungi aku kalau kalian membutuhkan ku"

Setelah mengucapkan terima kasih pada Jimin. Aku dan Hoseok berjalan bersisihan masuk ke dalam apartemen tanpa ada percakapan diantara kami. Kami diam membisu sampai masuk kedalam rumah kecil ku itu.

"Mandilah dulu, aku akan membuatkan mu teh hangat"

Lagi, lagi tak ada satupun perkataan yang keluar dari mulut Hoseok. Dia hanya langsung masuk kedalam kamar mandi bahkan tanpa menoleh ku yang sudah berada didepan kompor.

Tak selang berapa lama, Hoseok keluar dari kamar mandi dengan hanya handuk terlilit di bagian pinggang nya. Aku sudah tau ia pasti lupa membawa baju gantinya.
Saat Hoseok akan menjangkau kopernya, aku lebih dulu memberi tahu nya bahwa baju gantinya sudah ku siapkan di dalam kamar "maaf tadi aku membuka kopermu. Bajumu sudah aku siapkan diatas kasur"

Hoseok hanya menatap ku sebentar sebelum pada akhirnya ia masuk kedalam kamar yang pernah kita tempati berdua kemarin.

"Pergilah mandi. Aku tunggu dikamar untuk sholat. Setelah itu aku ingin kita bicara" Ada sedikit penekanan dalam ucapan Hoseok. Aku tau kami sedang tidak baik baik saja tapi entah mengapa nada bicara Hoseok terkesan lain, meski aku pernah melihatnya marah sebelum ini.

Seusai kami beribadah. Aku masih memperlakukannya selayaknya biasa, mencium tangannya dan dibalasnya dengan mencium kening ku. Akhirnya aku mulai terbiasa dengan kegiatan kami itu.

Rasanya kejadian beberapa hari lalu yang membuat ku kabur darinya hilang begitu saja dalam ingatan ku. Mungkin kalian mengira aku wanita plin plan yang kadang marah, kadang tidak tapi kalau boleh jujur perlakuan Hoseok setelah berbuat itu dengan perlakuan Yoongi sungguh sangat berbeda.

Aku sempat merenung saat kami kemarin tidur dalam satu kamar. Terlepas apapun niat kami menikah, Hoseok memang seharusnya mendapatkan hak nya sebagai suami bukan? Malah harusnya hak itu sudah ku berikan jauh sebelum ini, saat ia selesai mengucapkan ijab qobul.

Memang benar kata orang, kadang kita lupa melihat kebaikan orang lain hanya karena satu saja kesalahannya.

Berhubung aku tak mau melakukan kesalahan lagi, aku tak ingin memakai sudut pandang itu. Aku ingin hidup lebih dewasa daripada sebelum ini karena ada Eun Ji yang juga harus ku pikirkan kehidupannya.

"Apa kau ingin kembali pada Yoongi Hyung?" Tanya Hoseok pelan sambil menatap kedua mata ku lembut.

Kilatan amarah tak lagi ku lihat didalam matanya. Hoseok sudah bisa mengendalikan dirinya "bukannya kau tak ingin dia memperlakukan ku tak baik lagi? Lalu untuk apa kau bertanya seperti itu?" Jawab ku masih sambil memperhatikannya.

"Kau masih menatapnya dengan tatapan yang sama seperti beberapa tahun lalu. Itu tandanya kau masih mencintainya"

Aku langsung membuang pandangan ku kearah lain. Hoseok tau betul, aku masih menyimpan rasa itu pada Yoongi tapi meski begitu, aku seakan tak terima saat ia mengatakan hal itu tepat didepan mata ku.

"Kau bisa mencoba berjalan dengannya lagi, asal keluarganya mau menerima mu dan Eun Ji"

Perkataan Hoseok terdengar begitu menyakitkan. Ada perasaan yang tak bisa ku jelaskan, begitu mendengar seorang suami merelakan istrinya untuk kembali pada masa lalunya. Aku memang belum bisa mencintai Hoseok meski kami sudah hidup berdampingan bertahun tahun tapi mendengarnya seakan tak ingin lagi menjaga ku, ternyata membuat ku tak nyaman.

"-- kau bisa memulainya. Aku tak akan menghalangi kalian selama ia tak menyakiti mu lagi. Aku tau tadi aku terlalu egois untuk mempertahankan mu sedangkan aku tau hubungan kita pun hanya sebatas ini. Kau perlu bahagia, Amora. Eun Ji perlu tau siapa Ayahnya kandungnya"

Air mata ku menetes begitu saja mendengar Hoseok berkata seperti itu. Lelaki ini tak pernah berubah. Ia selalu memikirkan orang lain lebih dulu ketimbang dirinya. Padahal jelas jelas ia dapat memaksaku menerima seluruh perasaannya yang sudah mencintai ku lebih dulu tapi Hoseok tak pernah melakukan itu. Ia lebih memilih kami seperti ini meski ikatan kami, ikatan suami istri.

"Hoseok-ah apa kau sudah lelah menjaga ku?"

"Tidak. Aku tak lelah. Hanya saja aku tau, aku tak ada bedanya dengan Yoongi Hyung. Aku bahkan tidak bisa mengontrol pikiran dan gerak tubuh ku. Jadi menurut ku daripada kau nantinya tersiksa, lebih baik kau mengikuti kata hati mu"

"Kalau aku tetap tak mau bagaimana?"

.
.
.

20062022

Borahe 💙

Wajah Lain Bahagia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang