Bahagia 18

37 6 0
                                    

Sekuat apapun aku melawan takdir, hasilnya tetap aku yang kalah. Aku terlalu angkuh untuk bisa meminta Allah menuruti apa mau ku. Sedangkan untuk taat padaNya saja aku belum mampu.

Aku sempat tidak terima saat Hoseok menekankan bahwa memang dirinya lah yang berhak atas ku. Aku bahkan sempat kecewa, marah, sedih dan emosi saat tau ternyata selama ini ia menolong ku karena Hoseok ingin aku menjadi miliknya.

Hoseok sengaja mengikat ku dengan menyetujui adanya pernikahan kami.

"Kenapa kau berkali kali menegaskan kau, suami ku" Ucap ku sambil mencoba menahan agar tidak berteriak.

"Nyatanya aku memang suami mu, Amora. Kita menikah Sah secara islam dan ada banyak bukti yang menunjukkan bahwa kita memang suami istri" Jawab Hoseok.

"Aku tau itu, tapi kau juga tau bukan kalau seandainya kita menikah karena ingin menyelamatkan Eun Ji"

"Aku tak hanya menyelamatkan Eun Ji tapi aku juga ingin melindungi mu"

"Maksudmu?" Aku benar benar tidak tau maksud Hoseok apa. Lelaki ini terlalu berbelit belit untuk sekedar menyampaikan maksudnya.

"Saat kau dulu menjalin hubungan dengannya, aku sama sekali tak pernah dekat dengan mu karena memang aku tak ingin, rasa kagum ku terhadap mu tumbuh"

"Kau salah langkah dari awal Hoseok-ah"

"Tidak! Aku tak salah langkah. Langkah ku benar dengan menikahi mu. Hanya saja aku tak bisa menunjukkan karena memang kau tak ingin aku seperti itu"

Sebuah pengakuan yang langsung membuat kepala ku pusing.

"Hoseok-ah, aku mohon jangan seperti ini. Aku tak bisa membalas apa yang sudah kau beri, apalagi itu tentang perasaanmu" Air mata disudut mataku mulai menetes. Aku tak ingin menyakiti orang sebaik Hoseok, hanya karena tak bisa membalas perasaannya.

Raupan lengan Hoseok langsung membawaku pada dekapan dada bidangnya. Aku menangis se jadinya disana, sambil menumpahkan segala kebingungan ku "aku tak akan meminta mu membalas perasaan ku. Maaf kemarin aku hanya terbawa emosi. Aku sudah terbiasa dengan rasa sukaku ini, empat tahun saja aku bisa menjalaninya, kenapa sekarang tidak. Jadi jangan terbebani ya"

Mungkin untuk Hoseok pernyataannya barusan ingin membuat ku baik baik saja, nyatanya yang ada ucapannya itu semakin membuat ku merasa bersalah padanya.

"Kau bisa menalak ku, Hoseok. Karena seperti yang kau tau aku tak akan bisa membalas perasaan mu" Ucap ku pelan, sambil masih tetap terisak.

"Aku hanya ingin menikah satu kali seumur hidup ku" Jawab Hoseok lantang.

"Tapi aku tak pernah bisa memberi hatiku padamu"

"Tak apa, kau hanya perlu berada di jangkauan ku. Itu sudah cukup untukku"

Perasaan bersalah semakin menjadi tak kala, aku dan Hoseok tak punya jalan lain untuk perasaan kami masing masing. Aku yang masih mencintai masa lalu ku tetapi aku juga membutuhkannya. Dan Hoseok yang menyukai ku. Sungguh hidup ku terlalu rumit, hanya berputar putar ditempat yang sama tanpa tau kapan putaran ini berhenti.

"Istirahatlah. Jangan terlalu sering menangis. Besok aku akan mengantarmu pulang ke Gwangju" Titahnya padaku.

"Gwangju? Besok? Bukannya kau mengatakan pada Mama dan Papa akan memulangkan ku lusa?" Tanya ku heran.

"Kau masih mau disini? Katanya kau butuh waktu? Di Gwangju kita tak akan bertemu dalam waktu dekat. Kau bisa menemani Eun Ji di sana"

"Kau akan pergi?"

"Aku hanya tak akan pulang sampai konser terakhir kami selesai. Jadi kau bisa menyediri tanpa gangguan ku"

Ku dongkakkan kepalaku keatas menatap Hoseok yang juga menatap ku. Aku bisa melihat dengan jelas, lelaki yang memelukku ini sedang berjuang menahan perasaannya padaku "Hoseok-ah, kau boleh sesekali mengatakan perasaan mu pada ku. Aku akan membiarkannya"

Hoseok tersenyum lebar sambil mengusap ngusap punggung ku "kau tak perlu terlalu keras Amora. Aku tak papa"

Beruntung bukan aku bertemu dengan lelaki seperti Hoseok ini?
Aku yang menyakitinya, akan tetapi ia yang mengucapkan maaf pula.
Hoseok bahkan rela menahan semua hanya karena ia mau aku tetap nyaman didekatnya, bukan kah aku seharusnya aku mengapresiasi apa yang ia lakukan?

"Hmm... Mari kita berteman"kata ku sambil menenggelamkan wajah ku lebih dalam dipelukannya.

"Berteman? Hahaha. Kita bahkan sudah melakukan lebih dari sebuah pertemanan sayang. Kau sedang bergurau?"

"Lalu maumu apa?!"

"Ya tetap bersikap selayaknya suami istri tanpa melibatkan perasaan" Jawabnya santai.

Bersikap seperti suami istri tanpa melibatkan perasaan?
Apa Hoseok sedang mengajakku bercanda?
Apa maksudnya, ia tetap ingin aku melayaninya meski tanpa rasa cinta, begitu?

"Kau sepertinya mabok Hoseok" Ujarku sarkas.

"Aku sudah lama tak minum"

"Aku tak bercanda. Kau pikir selayaknya suami istri tanpa perasaan itu seperti apa?!"

"Ya, seperti kita. Kau cukup menerima semua perlakuan ku. Mulai dari memanggilmu sayang, memelukmu, menciummu dan..."

"Stop! Jangan teruskan. Aku tak menyetujui idemu. Kau gila memang" Umpat ku tepat didepan wajahnya.

"Hahahaha... Kenapa kau serius sekali. Sudah jalani saja seperti biasanya. Aku janji tak akan mengulangi perbuatan ku malam kemarin"

Aku langsung melepaskan diri darinya begitu sekelibatan bayangan akan malam kemarin tiba tiba hadir "kenapa? Kau tak papa? Aku berjanji tak akan melakukan perbuatan itu lagi"

"Aku hanya perlu membiasan diri dengan mu lagi. Pulanglah, besok kita bertemu lagi" Usir ku pelan.

"Aku tak akan pergi kemanapun selama kau masih ingin disini"

"Aku tak ingin ke apartemen mu lagi. Aku takut untuk tidur ditempat yang sama dengan tempat kita berbuat itu" Akhirnya aku berhasil mengatakan trauma ku.

"Aku tak masalah tinggal disini, atau kau ingin aku membeli rumah yang lain?"

"Simpan saja uangmu itu. Kita bisa menggunakan tempat ini"

"Berbagi tempat tidur maksudmu?"

Aku terjebak dengan ucapanku sendiri. Aku sungguh tak menyangka apa yang aku ucapkan malah menusukku sendiri tanpa ampun.

"Hahaha aku bercanda. Aku bisa tidur di kursi ini" Tambah Hoseok.

"Tidurlah dikamar tapi kita beri batasan" Ucap ku sedikit ragu.

"Sudah ku katakan, jangan memaksakan. Aku tak papa" Hoseok mencoba membuat ku senyaman mungkin dengannya.

"Kau ingin kita hidup selayaknya suami istri kan? Ya sudah, ayo lalukan"

Hoseok menatap ku diam, dengan mulut terbuka. Bukankah ini seperti apa yang ia pinta beberapa waktu lalu? Tapi mengapa Hoseok malah terkejut?

"Jangan bercanda Amora" Tekannya.

"Aku tak bercanda Hoseok. Mari hidup sebagai suami istri tanpa perasaan seperti yang kau mau tadi"

.
.
.

10062022

Borahe 💙

Wajah Lain Bahagia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang