Bahagia 26

33 6 0
                                    

"Jadi Oppa mendiamkan ku hanya karena kau marah tadi Jimin memelukku? Astaga. Dia, adikmu, Oppa. Apa yang perlu kau cemburui?" Omel ku tak terima.

"Wajar dong, suami cemburu kalau melihat istrinya dipeluk lelaki lain"

Aku menatap Hoseok lelah. Sikapnya yang melebih lebihkan kejadian di bandara tadi membuat ku bingung harus menjelaskan bagaimana lagi. Meski sebenarnya aku juga tak membenarkan acara pelukan ku dan Jimin tadi.
Trauma nya akan hubungannya yang terdahulu sepertinya yang membuat sikapnya begini. Hoseok selalu mendambakan wanita yang setia karena saat dulu sebelum debut, ia pernah dicurangi oleh orang yang ia suka.

"Oke, aku minta maaf. Kemarilah aku akan memeluk mu sebagai gantinya" Ucapku sembarangan.

"Kalian pergilah ke kamar sana. Jangan keluar sampai kalian lelah" Ujar Mama sambil beranjak dari tempat duduknya.

Ku pukul kening ku saat aku mulai menyadari kesalahan apa yang telah kami perbuat. Aku dan Hoseok bertengkar dihadapan Mama. Dan aku menyesali itu.

"Aku tunggu dikamar" Kini akupun juga beranjak dari meja makan, meninggalkan Hoseok sendirian disana.

Tak selang berapa lama, setelah aku mendudukkan diriku ditepian ranjang, pintu kamar ku terbuka dan Hoseok muncul setelahnya. Tapi anehnya lelaki itu hanya menutup pintunya tanpa mendekat kearah ku sama sekali. Hoseok malah menyender didinding didekat pintu "ada apa?" Ucapnya dingin.

Aku langsung menubruk nya dan menyusupkan lenganku diantara pinggang nya "bekas pelukan Jimin sudah hilang terganti dengan pelukan darimu. Kau puas?" Ujar ku sedikit kesal karena tak biasanya pelukan ku tak terbalaskan seperti ini.

"Untuk apa kau melakukan ini kalau tidak dari hatimu?" Ucapan Hoseok masih terdengar pedas ditelingaku. Emosi lelaki itu belum surut sama sekali walaupun aku sudah melempar tubuh ku lebih dulu padanya.

"Siapa yang tidak melakukannya dari hati, Oppa. Aku hanya bisa melakukan ini saja karena memang aku tak bisa mengawali yang lebih dari ini! Ayolah jangan seperti anak kecil, aku tak mau Mama khawatir tentang hubungan kita. Jangan tunjukkan hal hal yang membuatnya sedih" Omelku semakin kesal.

"Kau mengkhawatirkan perasaan Mama ketimbang perasaan suamimu sendiri"

"Oppa, kau benar benar ya! Sudah terserah kau saja apa maumu! Kita bicara lain kali" Kali ini diakhir ucapan ku, ku akhiri pula sikap manis ku.

Ku lepas dengan keras pelukan ku pada Hoseok akan tetapi sepertinya rencana ku itu terbaca oleh lelaki dihadapan ku ini. Terbukti bukannya pelukan kami terlepas, yang ada semakin erat, lengkap dengan bibirnya yang bergerilya melumat bibirku "aku ingin lebih dari ini" Ucapnya disela sela ciuman kami.

Lelaki dan perempuan mungkin untuk urusan mental bisa jadi perempuan yang akan menang, tetapi kalau urusan tenaga, sudah dipastikan perempuan akan kalah jauh dengan laki laki. Dan itu sedang terjadi padaku.

Aku kalah telak dengan tenaga Hoseok. Berkali kali aku mencoba melepaskan diri dari kungkungannya tapi tetap saja tak bisa. Yang ada malah rasa lelah mendera ku karena usahaku yang sia sia "Terima kasih sayang. Lain kali kau harus menolak jika Jimin memeluk mu atau kalau tidak, aku akan menghukummu lagi, oke?" Ejek nya padaku yang sedang menutup wajahku dengan selimut.

"Kau gila Jung Hoseok!" Erangku dari dalam selimut.

Bagaimana bisa aku menganggap hubungan intim dengan Hoseok sebagai sebuah petaka kalau kami sering melakukannya begini? Bukankah semakin sering kami melakukannya, ini semua akan menjadi kebiasaan bagi kami? Apalagi perlakuannya yang lembut, selalu sukses membuatku lupa bahwa apa yang sudah kami lakukan sudah terlalu jauh.

Aku benar benar menyesali ucapanku yang memperbolehkan Hoseok untuk menunjukkan rasa cintanya padaku, kalau dengan cara seperti ini.

Arrrggggghhhh... Jung Hoseok Gila

"Aku gila karenamu, Amora" Bisiknya ditelingaku sambil mencoba memelukku lagi dari dalam selimut.

"Jangan tidur. Mama pasti menunggu kita makan Oppa. Mandilah" Cegahku, menolak pelukannya.

"Mama akan mengerti. Tidurlah"

"Eun Ji, iya, Eun Ji... Anakmu itu pasti akan mencari kita kalau kita terlalu lama berdiam dikamar"

Ternyata benar, hanya nama Eun Ji lah yang bisa membuat Hoseok akhirnya bangkit dari tidurnya lalu menghilang dibalik pintu kamar mandi.

Tak selang berapa lama, teriakan Eun Ji mulai terdengar, diiringi suara ketukan dipintu sambil memanggil ku "Appa... Mama..." Anak gadis ku itu selalu tau bahwa ia sedang ku bicara dan pasti akan muncul setelahnya.

Akan tetapi aku lupa bahwa, aku belum berganti apapun dibalik selimut ini. Entah dimana bajuku di buang oleh Hoseok, aku juga tak tau. Kepanikan langsung mendera ku, begitu aku tak melihat satu helai pun pakaian ku yang tadi.

Aku berjalan kesana kemari dengan selimut menutupi tubuh ku. Suara Eun Ji masih terdengar dibalik pintu kamar ini, meski sejak tadi aku belum juga membukanya. Sampai akhirnya aku merasakan tubuh ku terangkat ke udara dan Hoseok lah yang menjadi pelakunya "turunkan aku, apa yang kau lakukan Oppa?"

"Diam. Masuklah ke kamar mandi. Eun Ji biar aku yang urus" Titah Hoseok sambil mulai memasukkan ku ke kamar mandi.

Acara mandi ku telah usai, namun saat aku kembali ke dalam kamar, aku malah melihat adegan romantis antara anak dan ayah itu. Bagaimana tidak, aku melihat Eun Ji mengelus puncak kepala Ayah nya yang tengah memeluknya tanpa baju atasan. Hoseok tertidur dalam pelukan Eun Ji. Sangat lucu bukan?

Eun Ji mengirim ku isyarat dengan menempelkan jari telunjuknya didepan mulutnya. Aku yang mengerti arti isyarat itu, berakting sedikit menjijit sambil mulai melangkahkan kaki menuju ke almari untuk mengambil baju baru.

"Anak mama sudah makan siang belum?" Tanyaku setelah aku ikut bergabung diatas kasur bersama Eun Ji dan Hoseok.

"Mama jangan keras keras nanti Appa bangun" Perintahnya.

"Oke oke maaf. Ayo makan dulu, nanti bisa sakit. Appa biar tidur dulu" Ajakku pada Eun Ji.

Eun Ji mengangguk anggukkan kepala lalu dengan berhati hati mulai menjauh dari Hoseok tapi bukannya bisa lepas, Hoseok malah mempererat pelukannya pada Eun Ji "Appa juga mau makan" Kata Hoseok.

"Loh Appa gak tidur?"

"Tidur tadi tapi suara Mama kekencengan jadi kebangun deh"

"Salah Mama ini" Omel Eun Ji padaku.

"Maaf deh. Ya sudah ayo kita makan" Ajakku pada keduanya.

Tapi bukannya bangkit, Hoseok malah menarik tangan ku "apa Oppa?" Tanya ku tak mengerti.

"Pakai dulu hijab mu, sayang. Aku tak suka kau keluar kamar tanpa penutup kepalamu"

"Maaf. Untung saja belum sampai keluar rumah" Ujar ku menyesal.

"Kau mau pergi?"

"Iya, ke Toko"

"Aku antar. Jangan sekali kali pergi sendiri saat aku berada dirumah"

"Kenapa? Aku sudah terbiasa kesana sendiri, jangan berlebihan"

"Banyak lelaki mata keranjang diluar sana" Aku langsung tercengang mendengar penuturan Hoseok, tak biasanya lelaki itu bertingkah seperti itu.

.
.
.

29062022

Borahe 💙

Wajah Lain Bahagia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang