Bahagia 17

31 6 0
                                    

Trauma...

Satu kata yang membuatku harus pergi, tanpa tau kapan akan kembali. Bisa sehari, seminggu, sebulan, dan bahkan setahun. Karena kadang kadang kita hanya butuh waktu, dengan apa yang Allah hadirkan dalam kehidupan kita.

Ketika aku mengenal seseorang yang tau akan apa yang aku alami, lalu ia berjanji untuk memberikan sesuatu yang berbeda, namun ternyata berakhir melakukan hal yang sama, itu membuat ku akhirnya berpikir mungkin hidup sendiri lebih akan membuat ku tenang.

Aku tak lagi bisa percaya pada siapapun. Yang bisa membantu ku adalah diriku sendiri.

Namun tau urung, ada kepedihan yang harus ku telan akibat sebuah perpisahan yaitu rindu.

Baru satu hari, dan aku sudah tidak sabar untuk menghubungi Eun Ji. Berkali kali tombol power pada ponsel pintar ku hampir ku sentuh, kalau tidak ingat bahwa komunikasi dengan Eun Ji bisa menjadi jalan Hoseok tau dimana keberadaan ku saat ini.

Aku mencoba menyembunyikan diri ku serapat mungkin, agar lelaki itu tidak bisa menemukan ku dengan cepat.

Tapi nyatanya aku salah.

Hoseok menemukan ku malam ini, ditepian Sungai Han, yang memang selalu menjadi tempat favorit ku melepas lelah kala dulu. Jangan tanyakan bagaimana Hoseok menemukan ku, sudah bisa dipastikan Yoongi lah yang memberi tahunya. Karena yang ku lihat sosok Yoongi berdiri tak jauh dari tempat ku dan Hoseok sekarang.

"Kenapa harus pergi? Kita bisa membicarakan ini baik baik. Eun Ji berkali kali menanyakan Mamanya" Ucap Hoseok lirih.

Kami duduk berjauhan.
Sejujurnya aku masih butuh waktu untuk mengikhlaskan apa yang terjadi. Aku masih butuh untuk tau apa yang sebenarnya aku inginkan. Aku masih belum bisa menerima perlakuan Hoseok kemarin.

"Ayo. Pulang" Ajaknya sambil mengulurkan tangan "terlalu lama disini tidak baik. Ini sudah larut malam" Tambahnya.

Mataku hanya menatap telapak tangan yang Hoseok ulurkan. Dua sisi didalam tubuhku mulai bergelut, menimbang nimbang, aku perlu meraih tangan Hoseok atau tidak.

Dan keputusan ku, aku tidak menyambut tangannya tapi aku mulai beranjak dari tempat ku berdiam. Aku melewati Hoseok begitu saja, berjalan kearah jalan besar tanpa menengok kebelakang.

"Jangan melakukan hal bodoh seperti dulu"

Langkahku langsung terhenti dan secara otomatis kepalaku menoleh kearah sumber suara itu, Yoongi berdiri disana sambil menatap ku dalam.

"Kau boleh lakukan tindakan bodohmu terhadap ku tapi jangan lakukan itu pada Hobie. Dia mencintaimu melebihi dirinya sendiri, Amora" Imbuh Yoongi.

Ada penekanan saat Yoongi menyebut namaku. Aku tau Yoongi pasti sudah tau identitas ku sepenuhnya, Hoseok pasti menceritakan semua padanya sebelum akhirnya Hoseok bisa menemukan ku disini.

"Kau tak perlu ikut campur. Kita tidak saling kenal" Kataku mulai tersulut emosi.

Yoongi tertawa meremehkan, sambil melipat kedua tangannya didepan dada "aku bahkan mengenalimu saat Hobie mencoba menyembunyikan mu dengan status pernikahan kalian. Sebaik apapun kau merubah penampilan mu, matamu tidak pernah akan bisa ku lupakan"

Aku tak ingin merespon Yoongi lebih jauh. Dengan perasaan berkecamuk akhirnya aku meninggalkannya. Lelaki itu masih sama bermulut pedas dan dingin tapi lelaki itu juga yang masih mengguni hatiku.

"Terima kasih Hyung. Kau bisa pulang, aku akan mengurus istriku" Aku sedikit menarik bibirku ketika aku mendengar penuturan Hoseok, ia benar benar tak bisa ditebak.

Kami akhirnya tiba di apartemen yang ku tinggali selama sehari dalam pelarian ku. Aku sama sekali tak menghiraukan Hoseok yang memang berada satu ruangan dengan ku. Aku sibuk dengan sendirinya mengganti bajuku, dan membersihkan tubuh.

"Aku menginap disini ya" Ucap Hoseok.

"Kau punya apartemen yang lebih mewah dari ini. Tidurlah di tempatmu sendiri"

"Aku akan tidur disana, saat istri ku juga disana. Kalau istri ku mau disini, maka aku akan disini"

Tak ku pedulikan apa yang Hoseok katakan. Terserah, pikirku saat itu. Toh percuma saja aku mengusirnya pun tak akan membuatnya pergi, yang ada tenaga ku malah habis terkuras karena bertengkar dengannya.

"Kau sudah sholat? Mau ku imami?" Aku berdiri kaku tak jauh dari tempat Hoseok duduk sambil menatapnya dengan Heran.

Apa aku tidak salah dengar apa yang ia katakan?
Mengimami ku?
Setelah empat tahun kita beribadah sendiri sendiri, lalu mengapa hari ini seakan ia semakin menegaskan dimana posisinya berada.

"Aku sudah sholat sebelum aku pergi" Ucap ku sambil mengalihkan perhatian ku, pada cangkir cangkir yang mau ku isi dengan teh.

"Aku belum. Dimana aku bisa beribadah?"

Ku tunjuk kamar utama dan satu satunya di apartemen ini. Namun tak urung aku juga masuk ke dalamnya guna memberinya alas untuk sholat.

"Sudah ku siapkan" Kata ku sambil keluar dari kamar itu.

"Terima kasih sayang"

Mungkin ada hal yang terjadi selama aku pergi kemarin, sampai sampai Hoseok berubah sebegitu drastis nya. Padahal biasanya ia akan bersikap dingin juga guna mengimbangi sikap ku yang cuek padanya tapi hari ini ia tidak seperti itu.

Tak ingin terlalu lama berada di satu tempat dengannya. Aku memutuskan untuk melanjutkan kegiatan ku yang tertunda. Membuat teh dua cangkir, untuk Hoseok dan aku sendiri. Aku tetap harus memperlakukannya dengan baik bukan, saat ia bertamu di rumahku?

"Ahh... Terima kasih" Ucap Hoseok sambil duduk disebelah ku setelah ia menyelesaikan sholat isya nya.

Reflek aku langsung memberi jarak diantara kita. Aku belum terbiasa dengan sikapnya yang ramah, banyak menebar senyum dan ceria. Aku memang pernah melihat Hoseok seperti ini sebelumnya tapi itu hanya saat ia sedang berhadapan dengan kamera, dan dirumah ku saat ini tidak ada kamera apapun, jadi untuk apa ia melakukan itu?

"Pulang lah. Aku butuh waktu sendiri" Kata ku pelan sambil menatapnya yang tengah menyeruput teh bikinan ku.

Diletakkannya teh yang sudah dicicipinya itu, lalu dibalasnya tatapan ku "kau butuh waktu berapa lama untuk sendiri? Untuk menghadapi Yoongi Hyung saja kau butuh waktu hampir empat tahun, lalu berapa lama kau bisa menghadapi ku? Kau ingat Eun Ji kan?"

Selalu saja, Eun Ji yang menjadi pusaka HoSeok untuk menarik ku agar tak jauh jauh dengannya. Hoseok bahkan selalu mengikut sertakan nama Yoongi saat kami bersama "jangan membanding bandingkan apa yang terjadi saat ini dengan masa lalu! Aku tidak suka! Apa yang terjadi dengan kita saat ini berbeda dengan apa yang terjadi saat itu!" Ucap ku mulai terbawa emosi.

"Kau benar! Kisah mu dengannya berbeda dengan kisah mu dengan ku. Dan yang membedakan adalah dulu kau meninggalkan kekasihmu dan sekarang kau meninggalkan suamimu. Kita memang berbeda di status ini. AKU SUAMI MU"

.
.
.

10062022

borahe 💙

Wajah Lain Bahagia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang