"Kenapa rindu itu menyakitkan" Tanya Eun Ji.
Hoseok yang mendengar penuturan Eun Ji menghentikan kegiatannya. Dilihatnya anak gadisnya itu sedang duduk dipinggir tempat tidurnya sambil menunduk.
Tanpa berpikir panjang, Hoseok langsung mendatanginya lalu meraup tubuh Eun Ji kedalam pelukannya mencoba menyalurkan kekuatan pada anaknya itu.
"Rindu itu tidak akan menyakitkan kalau kita melihatnya dari sisi yang berbeda" Ujar sambil mengelus pelan surai Eun Ji.
"Papa tidak rindu?"
Eun Ji sengaja mengganti panggilannya pada Hoseok agar sama seperti saat ia memanggil Amora.
"Sangat. Sangat rindu, tapi Papa bisa apa"
Ada perasaan sendu diujung pernyataan yang Hoseok katakan. Semua orang tau bahwa ia tidak baik baik saja setelah semuanya terjadi, namun dengan sekuat hati Hoseok mencoba menyembuhkan kesedihannya dari anak anaknya.
"Ayo. Jangan bersedih nanti Mama khawatir" Ajakan Hoseok dijawab dengan anggukan kepala oleh Eun Ji "Ryu dimana sayang?" Tanya Hoseok.
"Ada dibawah"
"Ya sudah ayo"
.
Sesampainya ditempat lapang, Ryu dan Eun Ji langsung berhamburan keluar mobil tak sabar.
"Kakak, adek jangan lari nanti jatuh" Teriak Hoseok yang sibuk dengan bawaannya sendiri.
Senyumnya mengembangkan sempurna kala ia melihat Yoongi juga berada ditempat yang sama.
"Kami mencintaimu dengan cara yang berbeda, Amora" Batin Hoseok.
Yoongi begitu terkejut saat ada sepasang lengan memeluknya dari belakang "Eoh, Eun Ji? Kau kesini sama siapa?" Tanyanya.
Eun Ji memberi isyarat pada Yoongi agar menoleh dan melihat Hoseok berjalan mendekat kearah mereka.
"Kau terlambat Hobie" Ucap Yoongi sambil memeluk adik lain darahnya itu.
"Maafkan aku, Hyung. Tadi anak perempuan kita yang membuat ku terlambat"
Ucapan Hoseok langsung diprotes oleh Eun Ji, yang tidak terima menjadikannya kambing hitam atas keterlambatannya. Padahal jelas jelas Eun Ji tau, Hoseok tadi terlalu lama memangut tubuhnya didepan cermin.
"Sudah jangan bertengkar. Papa dan Daddy sudah tua. Sana minggir dulu, Eun Ji mau menemui Mama" Usir Eun Ji pada kedua ayahnya itu.
Kedua lelaki itu sebagai sedikit menjauh dari kedua anak mereka. Hingga tersisa Eun Ji dan Ryu yang berada ditempat itu.
Tatapan Eun Ji tidak terlepas pada batu bertuliskan nama Amora lengkap.
Iya, Amora akhirnya menyerah setelah ia melahirkan Ryu. Tubuhnya tidak sanggup lagi bekerja sampai akhirnya nafasnya terhenti dan berujung ditempat ini, sebuah tempat yang menjadi rumah abadinya saat ini.
"Apa kabar Ma? Mama bahagia disana?" Ucapan Eun Ji sedikit tertahan karena rasa sesak yang tiba tiba menyerangnya.
Melihat Kakaknya yang sudah mulai tak baik baik saja akhirnya Ryu mengambil alih pembicaraan mereka dengan gundukan tanah dimakam Amora "Mama tak ingin datang melihat Ryu? Ryu sudah besar Ma. Ryu ingin ketemu Mama"
Eun Ji hanya mampu menutup seluruh wajahnya dengan kedua tangannya. Eun Ji sungguh merasa kasian melihat Ryu tumbuh tanpa belaian kasih sayang dari seorang Ibu, meski banyak sekali limpahan kasih sayang dari Kakak Hoseok dan keluarga lainnya.
"Eun Ji janji Ma. Eun Ji akan menjaga Papa dan Ryu dengan baik" Kata Eun Ji sambil menarik nafas.
"-- Eun Ji dan Ryu akan sering sering datang kesini jadi Mama tidak perlu khawatir. Oke?. Eun Ji pamit ya Ma. Terima kasih banyak sudah membuat Eun Ji menjadi anak kuat"
Eun Ji meninggalkan makam Amora dengan menggandeng Ryu dengan raut wajah yang penuh kedukaan.
Hoseok dan Yoongi yang melihat kedua buah hatinya tidak baik baik saja langsung menarik mereka kedalam pelukan masing masing.
"Aku akan pamit terlebih dahulu dengan Amora. Setelah itu aku akan membawa anak anak ke tempatku. Menyusul lah nanti saat kau sudah selesai melepas rindumu" Tutur Yoongi yang langsung diangguki HoSeok setuju.
Yoongi langsung mendekat lagi pada malam Amora dan duduk dipinggir tanah gembung itu sambil mengelus pelan, batu bertuliskan nama wanita yang pernah singgah di hatinya itu.
"Kau selalu bisa membuatku tak bisa melangkah dari sini tapi aku bisa apa kalau orang yang kau cintai sedang mengamati ku dari belakang sana. Hahaha"
"-- sampai ketemu di kehidupan selanjutnya ya. Dan akan ku pastikan aku menemukanmu dan menjadikan kamu satu satunya milikku. Terima kasih untuk semuanya, aku akan segera kembali lagi kesini dalam waktu dekat"
"-- aku mencintaimu, Mora"
Setelah memastikan Yoongi dan kedua anaknya benar benar pergi dari tempat itu. Hoseok mulai bergerak mendekati puasara Amora dengan membawa banyak mawar merah ditangannya.
Lelaki itu duduk perlahan dipinggiran tempat abadi sang istri. Membersihkan sedikit kotoran diatasnya lalu menyiramkan air pada batu nisan Amora.
"Maaf aku baru bisa kesini sekarang. Lima tahun ini aku masih berharap semua ini mimpi. Meski aku tau, tiap malam aku selalu sendiri"
"-- kau jahat sudah membiarkan ku sendiri sepanjang waktu. Harusnya waktu itu aku tak menyuruhmu tidur, kalau saja aku tau, kau tidak tau caranya untuk bangun"
"-- aku merindukanmu, sayang. Sangat merindukanmu. Hiks" Akhirnya tangis Hoseok pecah setelah sedari tadi coba ia tahan sebisanya.
"-- aku harus bagaimana menjalani ini semua sayang.. Kalau aku boleh memilih, aku rela tidak mendengar pernyataan cintamu selama hidupku, asal kau kembali padaku lagi. Aku lelah berpura-pura kuat, aku butuh kamu untuk menjadi rumah ku pulang. Aku ingin menghabiskan semua hidupku bersamamu. Bisakah kau kembali? Aku sangat membutuhkanmu. Hiks"
"-- kau tak ingin melihat Ryu? Anak lelakimu itu sungguh menggemaskan. Dia persis sepertimu yang tidak bisa diam. Eun Ji juga sudah beranjak dewasa, aku dan Yoongi Hyung benar benar khawatir dengan gadis kita itu. Kami berdua takut dia dekat dengan lelaki. Hahaha. Tapi aku janji aku tidak akan keterlaluan pada kedua anak kita itu, aku ingin mereka bahagia"
Hoseok mencoba menghalau rasa sesak yang menyiksa nya, saat ia sadar bahwa ia benar benar sudah menjadi orang tinggal untuk kedua anaknya. Lelaki itu beberapa kali memukul dadanya agar sakit dibagian itu segera menghilang.
"Maaf belum sempat membahagiakanmu. Terima kasih sudah memberikan hidup mu untuk melahirkan anak kita. Maafkan aku kalau masih belum bisa menerima semuanya, aku tak tau harus bagaimana tanpamu. Biarkan aku seperti ini dulu ya, aku janji suatu saat aku akan mengikhlaskan kepergian mu dengan benar"
"-- aku harus pergi menjemput anak kita. Aku harap kau masih menungguku disini ya. Aku mencintaimu, Nyonya Jung. Sangat mencintaimu"
Sebaik apapun kata yang kau rangkai dan sebagus apapun salam perpisahan, perpisahan tetaplah menyakitkan.
.
.
.07112022
End...
KAMU SEDANG MEMBACA
Wajah Lain Bahagia
RomanceAku bertemu dengannya dengan tidak sengaja... Di taman itu... Matanya menatap kearah lain, tapi tangannya menggenggam kuat pergelangan tangan ku... Tapi ternyata... Dimasa depan ada tangan lain juga menggandeng ku... Aku masih mencintai masa lal...