Siap Kembali
🐰🐰🐰🐰🐰🔥🔥🔥🐰🐰🐰🐰🐰
Tubuh tegap dengan rahang kokoh yang ditumbuhi jambang tipis itu setia duduk di kursi kebanggaannya. Mata tajam tidak lepas dari pemandangan kota London dari balik kaca transparan ruang kerjanya.Ruangan hampa yang menemaninya selama lima tahun terakhir ini. Kotak persegi berukuran sepuluh kali sepuluh meter yang terasa dingin tanpa ada senyuman wanita cantik yang ia cintai.
Suara pintu terbuka menandakan adanya seseorang yang datang. Tanpa ingin merepotkan diri, ia tetap menatap lurus apa yang dilihat sedari tadi. "Tuan. Tiket kepulangan Anda sudah ada."
Senyum smirk terbit dari bibirnya. Sebuah lengkungan bulan sabit yang selalu dapat membuat semua wanita bertekuk lutut di bawah kakinya.
"Persiapkan semuanya," titahnya tanpa bantahan. Seseorang yang sebelumnya memasuki ruangan kini kembali mengundurkan diri. Mempersiapkan apa yang sudah dititahkan padanya.
Dalam keheningan, pria itu kembali mengembangkan senyumnya. Mendongakkan kepala dan memejamkan mata. Ingatannya kembali terlempar pada kejadian lima tahun yang lalu. Kejadian yang membuat dirinya tidak akan melupakan untuk seumur hidup.
Peristiwa di mana menandakan bahwa dirinya harus berjuang, perjuangan cinta yang selalu tertanam di hatinya. Sebuah peperangan yang tertunda akibat keberangkatannya ke negeri orang.
Malam itu. Di malam acara kebahagiaan dua orang. Di malam kesedihan dan kesakitan dirinya. Ia memutuskan untuk melampiaskannya pada angin malam, berteriak di sebuah taman masih bagian dari hotel. Karena tempat yang disewa sepenuhnya, jangan heran jika menemukan suasana dalam keadaan sepi.
Ia mendongak, mengaku pada langit malam yang gelap bahwa dirinya tengah kesakitan, sebuah hati yang patah meremukkan jiwanya. Ia tumpahkan tangis tanpa peduli jika ada yang melihatnya.
Di malam kebahagiaan sang kakak ia menghabiskan waktu di luar pesta tidak cukup mampu melihat kebahagiaan mereka. Hampir empat jam dirinya berdiam diri dengan tangis. Setelah dirasa cukup, ia berjalan ke arah balroom hotel.
Waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam, kini pesta yang ada adalah untuk sang pengantin beserta teman-temannya.
Aroma alkohol memasuki indra penciumannya ketika ia duduk di salah satu meja bundar besar yang memang sudah disediakan untuk hal ini. Ia menatap semua orang yang tampak memegang gelas berisi cairan merah.
Baiklah. Kali ini ia akan melampiaskan pada minuman itu. Satu, dua, tiga, bahkan kini ia tidak ingat berapa gelas yang sudah dihabiskan. Pandangan pun tidak lagi jelas.
Namun, ia masih bisa melihat mempelai perempuan yang duduknya sedikit kesusahan akibat alkohol yang ditenggaknya. Sudut bibirnya tertarik membentuk senyuman akan sikap lucu itu. Tanpa sadar meracau hal yang tidak terduga.
Meski sakit masih menggelayuti hatinya atas apa yang telah terjadi di ruangan ini beberapa waktu lalu, di mana perempuan yang ia perhatikan, sekaligus perempuan yang sangat ia cintai. Kini, telah menjadi kakak iparnya.
Menoleh pada sang kakak, ia berbisik, "Kak. Illy sudah mabuk. Antarlah dia ke kamar."
Sang kakak hanya menoleh sekilas, lalu kembali menatap dirinya. "Kau saja yang mengantar. Aku masih ingin berada di sini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Menjadikanmu Milikku (APL)
RomanceTidak ada yang bisa Ali lakukan selain merelakan Illy untuk kakaknya saat melihat dua orang yang disayanginya akan menikah. Namun, semua berubah karena ketidaksengajaan di malam pertama sang kakak dan kakak iparnya. Bagaimana mungkin malam itu bisa...