🐰 Kembali 🐰

820 45 0
                                    


3. Kembali

🐰🐰🐰🐰🐰🔥🔥🔥🐰🐰🐰🐰🐰


Tidak ada obrolan yang berarti di dalam mobil hitam milik Rasya. Kuda besi itu melaju di jalanan yang lenggang. Bukan karena adanya pertengkaran keadaan menjadi sepi.

Namun, di balik benak sana mereka sama-sama saling berkecamuk. Bagaimana Illy tengah khawatir karena akan mengunjungi kediaman mertuanya.

Hari ini adik Rasya yang juga sahabatnya pulang setelah lima tahun menetap di London. Bahagia? Tentu saja. Akan tetapi, kenyataan di mana ia juga akan bertemu ibu mertua menjadikan perasaan resah itu hadir. Ah, mengingat itu membuat perempuan dengan pakaian sabrina pink itu merasa tidak nyaman dalam duduknya.

Asyik bergelut dengan pemikirannya, Illy tidak menyadari jika mobil yang dikendarai sang suami telah berhenti.

"Sayang," panggil Rasya dengan menggenggam tangan sang istri. Cukup berhasil membuat Illy yang terlihat melamun tersadar.

Perempuan bermata hazzle itu tersenyum. Tangan Rasya terangkat membelai surai Illy. "Ayo turun."

Mendengar ajakan suaminya, tidak lantas membuat Illy turun. Perempuan itu malah mengedarkan pandangan keluar kaca mobil, menatap sekeliling di mana mereka kini telah sampai di kediaman orang tua Rasya.

Illy menghela napas berat. Rasanya malas sekali memasuki kediaman megah di hadapan mereka. Katakanlah ia menantu durhaka. Hanya saja sakit hati karena berbagai ucapan-ucapan yang dilontarkan mertuanya mengenai kekurangan dirinya masih sangat membekas.

"Sayang, ayo!" Illy menarik napas dalam sejenak. Menutup mata dan membuang napas perlahan. Hanya untuk mencari kekuatan sebelum berperang. Ya, berperang untuk menguatkan telinga akan kalimat-kalimat tajam dari ibu mertuanya.

Hal itu tak luput dari pengamatan Rasya. Dengan sigap, Rasya menggenggam tangannya. "Semuanya akan baik-baik saja."

Mendengar kalimat semangat itu membuat Illy tersenyum. Ia pun membuka pintu mobil untuk turun bersama suaminya. Dengan tangan yang berkeringat, perempuan dengan celana kain hitam itu menggenggam tangan sang suami dengan kuat.

Rasya yang tahu perasaan istrinya mencoba memberi ketenangan dengan mengelus pelan punggung tangan Illy.

"Rasya!" Baru saja mereka memasuki pelataran rumah. Suara perempuan menyapa. Desi-mamanya Rasya datang dengan senyuman yang merekah.

Ibu dan anak itu berpelukan "Akhirnya kamu datang juga. Mama sudah kangen sama kamu." Setelah pelukan keduanya terlepas, tatapan Desi beralih pada sang menantu.

"Kalian datang cuma berdua?" tanyanya dengan meneliti tubuh Illy dari atas hingga bawah. Tidak perlu diperjelas apa maksud dari ucapan itu.

Jika Illy paham kalau itu adalah kalimat sindiran untuknya, berbeda dengan Rasya yang memang memiliki sifat kurang peka. "Memangnya mau sama siapa lagi, Ma?" jawab Rasya dengan tawanya.

Pria itu tidak menyadari bagaimana raut wajah sang istri yang sudah tegang sembari menggigit bibir bawah.

"Mama pikir sama calon anak," ucap Desi membuat Rasya tersadar. Perempuan paruh baya itu membalikkan tubuh berjalan memasuki rumah.

Menarik napas dalam, Rasya menatap Illy. Terlihat senyum manis dari perempuan cantik itu. Sungguh tidak menyangka. Namun, ia tahu di balik senyum itu ada luka yang menganga.

"Maafkan Mama, ya, sayang." Rasya berucap dengan penuh penyesalannya. Begitu besar hati milik istrinya ini.

Illy berusaha tetap tersenyum meski hatinya terasa sakit. Apalagi saat sang suami mengucapkan maaf dengan wajah penyesalan padahal ini bukanlah kesalahannya.

Menjadikanmu Milikku (APL)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang