🐰 Kesempatan 🐰

542 45 0
                                    

16. Kesempatan.

🐰🐰🐰🐰🐰🔥🔥🔥🐰🐰🐰🐰🐰

Rasya memarkirkan mobilnya di depan rumah kedua orang tuanya. Dengan langkah pelan ia memasuki kediaman keluarga Yarendra. Memutar kunci mobil pada jari tangan kanan, tidak lupa bibir yang bersenandung lirih.

Bibirnya membentuk senyuman saat melihat sang mama yang tengah santai menonton tivi. "Ma," panggilnya. Ia duduk di sebelah Desi dan merangkulnya lembut.

"Tumben kamu ke sini?" tanya Desi. Bola matanya menelisik pakaian Rasya. "Dari kantor langsung ke sini?"

Rasya mengangguk. "Ada perlu?" tanya Desi lagi.

"Papa panggil aku, Ma. Aku diminta menemui Papa sore ini," jelas Rasya.

Kening Desi terlipat, merasa bingung. "Papa minta kamu datang?" Rasya mengangguk. "Ada apa? Kok Mama tidak tahu?"

Rasya mengedikkan bahunya acuh. "Rasya juga belum tahu ada apa. Soalnya Papa memberitahu Rasya lewat chat tadi siang."

Di balik benak sana Desi berpikir keras. Ada apa gerangan suaminya itu memanggil Rasya secara tiba-tiba? Apalagi dia tidak tahu mengenai hal ini.

"Ngomong-ngomong Papa di mana, Ma?"

Desi sedikit tersentak dari lamunan. Ia menoleh dan menatap putranya. "Ada di ruang kerjanya," jawab Desi sembari menunjuk lantai dua dengan dagu.

Rasya bangkit. "Kalau begitu Rasya mau menemui Papa dulu deh, Ma." Desi hanya mengangguk.

“Rasya." Namun, langkah Rasya terhenti ketika mendengar suara sang papa memanggilnya.

Rasya dan Desi sama-sama menoleh, terlihat Tuan Yarendra yang berdiri di ujung tangga. Tatapannya sulit diartikan.

Pria paruh baya itu berjalan pelan mendekati sang putra. Rasya yang mengira semua tidak ada masalah memasang senyum seperti biasa, menyapa papanya dengan ramah. "Pa."

Rasya memandang bingung papanya yang hanya diam, lalu berdiri tepat di hadapannya dengan mimik wajah datar. Melalui ekor mata ia melirik sang mama yang juga terlihat bingung.

Tiba-tiba saja,

Plak.

Satu tamparan keras mendarat mulus pada pipi putih milik laki-laki itu. Saking kerasnya, wajah Rasya Sampai terlempar ke arah samping. Terlihat begitu jelas amarah yang memuncak dari si pelaku pemberi tamparan.

Rahang yang mengeras dan wajah yang memerah, serta napas yang saat ini memburu, menggambarkan dengan jelas bentuk kekecewaan Tuan Yarendra pada Rasya.

Sedangkan Rasya yang mendapat tamparan hanya mampu memegangi pipi yang sudah terlihat memerah akibat tamparan itu. Menoleh, ia menatap dengan pandangan kebingungan, tidak mengerti.

Rasya memandang penuh tanya pada sang ayah masih dengan elusan tangan pada pipinya untuk menetralisir rasa panasnya.

"PAPA!" Desi yang terkejut berdiri seketika, berteriak memanggil sang suami dengan tatapan tidak percaya juga penuh tanya.

Menjadikanmu Milikku (APL)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang